Mengabaikan suaminya yang terjengkang belakang akibat dorongannya, Clara melangkah menuju dapur dengan kaki di hentak dan tidak peduli pada teriakan juga ringisan suaminya. Clara terlalu dongkol meladeni pria menyebalkan itu, selain itu Clara juga malu karena sempat mengira suaminya akan menciumnya.
“Arrggh!” geram Clara begitu mengingat kejadian barusan.
“Kamu kenapa?”
“Astaga!” terkejut bukan main, Clara hampir saja memotong jarinya sendiri saat Birma yang tiba-tiba saja datang dan memeluknya dari belakang.
"Kenapa kamu jadi kayak jelangkung gini sih, Bir, ngagetin tahu gak!” dengus Clara kesal, namun laki-laki yang masih setia memeluk istrinya itu hanya terkekeh pelan dan meletakan dagunya di pundak sang istri.
“Makanya kamu itu jangan kebanyakan melamun.” Kata Birma, menyentil hidung istrinya, kemudian melayangkan kecupan singkat di pipi wanita cantik kesayangannya itu, lalu memberikan elusan lembut di perut rata Clara sebelum membalikkan tubuh istrinya agar berhadapan dengannya, mengecup bibir yang mengerucut menggemaskan itu lalu menunduk dan memberikan kecupan di perut Clara seraya menyapa anaknya yang tumbuh di dalam sana.
“Sekarang jangan kesal lagi ya sayang? Lebih baik bikin makanan buat kita. Anak dalam perut kamu juga butuh asupan makanan dan gizi yang baik. Jadi, selamat masak, sayang. Biar aku yang siapin susu hamil dan kupas buah untuk kamu,” ujar Birma meninggalkan satu lagi kecupan di kening istrinya sebelum melangkah menuju kulkas.
Beberapa kali Clara menarik dan membuang napasnya untuk kembali menetralkan detak jantungnya yang benar-benar menggila akibat perlakuan suaminya sendiri. Birma masih sama seperti dulu, selalu membuatnya kesal dan jatuh cinta secara bersamaan.
Tersenyum kecil, Clara kemudian melanjutkan memotong bawang dan sayuran yang akan menjadi bahan untuk masakannya, sementara Birma sudah mulai mengupas buah-buahan, membaca artikel di internet yang menyatakan bahwa ibu hamil bagus memakan buah-buahan membuat Birma berpikir untuk menyiapkannya setiap hari, demi calon ibu dari anaknya agar selalu sehat.
🍒🍒🍒
“Cla, sepertinya kamu gak perlu kerja lagi deh,” kata Birma membuka obrolan di tengah asyiknya menonton drama kesukaan sang istri di ruang tengah pada siang hari ini.
“Kenapa?” tanya Clara mengalihkan tatapannya dari layar datar di depannya, keningnya mengerut menatap Birma yang sejak tadi tidak berhenti mengunyah.
“Kamu lagi hamil dan bekerja akan membuat kamu kelelahan. Aku gak mau kamu dan anak kita kenapa-kenapa. Di rumah aja ya? Lebih aman.” Dengan selembut mungkin Birma memberikan pengertian pada istrinya.
Apa yang di ucapkannya memang benar-benar bentuk kekhawatirannya sebagai suami serta calon ayah. Lagi pula sejak awal pun Birma tidak menginginkan istrinya bekerja. Meskipun keluarganya tidak memiliki perusahaan sebagaimana keluarga Clara. Birma masih cukup mampu menghidupi anak istrinya kelak dari hasil kerjanya sendiri.
“Ta...”
“Kalau kamu memang merasa kesepian di rumah, aku akan antar kamu ke rumah Bunda sebelum aku berangkat kerja, atau aku yang akan minta mereka untuk datang ke sini.”
Clara tak langsung menjawab, wanita itu justru kembali mengalihkan tatapannya untuk menghindari Birma, yang sorot matanya terlihat jelas memohon dan serius, ada gurat kekhawatiran di sana yang membuat Clara Bimbang saat ini.
Sejujurnya Clara masih ingin bekerja, bukan karena uang yang Birma beri kurang, melainkan karena sudah merasa nyaman dengan apa yang di lakukannya setiap hari di tempat kerja. Ia bisa berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya dan juga ia bisa mengenal sibuknya dunia kerja, serta sulitnya mendapatkan uang, walau pada kenyataannya uang tidaklah sulit dirinya dapatkan. Tapi ....
“Apa aku boleh tetap melanjutkan kerja? Janji setelah kandungan aku membesar aku akan benar-benar berhenti dan aku pun akan tetap berhati-hati di tempat kerja.” Clara kembali menatap suaminya, tatapan memohon dirinya berikan untuk meluluhkan suaminya. Ia terlalu menyukai pekerjaannya, dan Clara belum siap meninggalkan itu semua.
“Cla...”
“Aku pastikan gak akan kelelahan, Papi juga pasti akan memberikan aku keringanan, kalau perlu nanti aku minta Papi kasih asisten. Please, Bir!” dengan cepat Clara memotong ucapan suaminya. Clara benar-benar memohon meminta izin itu, karena ia masih ingin tetap bekerja. “Hanya beberapa bulan lagi, aku janji.”
Menghela napasnya panjang, Birma kemudian meraih istrinya ke dalam pelukan, memberi sebuah kecupan singkat di puncak kepala wanita cantik itu. “Aku sebenarnya berat buat izinin kamu kerja, tapi kalau memang itu keinginan kamu, aku bisa apa? Maksa kamu untuk berhenti pun aku tahu, kamu malah akan balik marah. Jadi, tolong jaga baik-baik kandungan kamu, jaga kesehatan kamu dan jangan buat aku khawatir. Aku beri kamu izin tiga bulan untuk bekerja, setelah itu, mau gak mau kamu harus nurut sama aku.” Putus Birma dengan berat hati.
“Sampai usia kandunganku 7 bulan deh ya?” pinta Clara mencoba bernegosiasi.
Menggelengkan kepala, Birma menolak keinginan istrinya. “Itu terlalu lama, usia kandungan kamu baru masuk usia dua minggu, sayang.”
“Lima bulan, janji setelah itu aku berhenti.” Tak ingin menyerah, Clara terus bernegosiasi dengan suami tampannya itu.
Tahu bahwa Birma akan melayangkan protesannya, dengan cepat Clara memberikan puppy eyes yang benar-benar menggemaskan di mata Birma. Tatapan lucu yang selalu menjadi andalan Clara untuk meluluhkan laki-laki tampan yang akan segera menjadi ayah untuk anak dalam kandungannya.
“Oke lima bulan.” Pasrah Birma, menghela napasnya berat. Dirinya memang harus mengaku kalah karena selalu saja lemah jika berhadapan dengan istrinya. Apalagi kalau sudah tatapan itu yang keluar. Apalah daya Birma yang terlalu mencintai istrinya, demi kebahagiaannya, Birma rela melakukan apa pun. Kecuali jika Clara memintanya terjun bebas ke dalam jurang, maka jangan harap dirinya untuk menuruti itu.
Secinta apa pun Birma, kalau di suruh mati, ya mana mungkin ia mau. Birma tidak sebodoh itu, rela mati demi menyenangkan istrinya. Di saat rasa sakit dirinya rasakan dan nyawa ikut melayang, istrinya berbahagia dengan laki-laki lain, bukankah itu merugikannya?
Mendengar persetujuan dari suaminya, Clara langsung melayangkan kecupan di kedua pipi suaminya itu dengan gembira. “Terima kasih suamiku sayang.”
“Giliran maunya di turutin aja, manis banget.” Cibir Birma.
“Ngaca coba, Bir. Kamu juga gak ada bedanya sama aku.” Balas Clara mencebikkan bibirnya, tapi tak urung memberikan lagi kecupan di kedua pipi pria itu.
“Pipinya doang yang di cium? Ini enggak?” tanya Birma menunjuk pada bibirnya yang ia majukan.
“Di kasih pipi, minta bibir. Kamu itu salah satu contoh definisi tidak tahu diri.” Clara memutar bola matanya malas, sementara Birma hanya terkekeh.
“Kalau kamu gak mau biar aku aja deh yang kasih,” mendekatkan wajahnya pada wajah sang istrinya. Bayangan di kepala Birma sudah begitu panas akan kegiatannya dengan sang istri.
Namun sayang, nasib tidak berpihak padanya. Bayangan lembut dan manisnya benda kenyal dan hangat itu malah berakhir dengan rasa panas dan berdenyut akibat tamparan sendal rumah yang Clara berikan, mengacaukan semua pikiran liar Birma.
“Gimana? Enak?” tanya Clara dengan senyum menyebalkannya, membuat Birma mendengus dan cemberut sambil mengusap-usap bibirnya yang menjadi sasaran ciuman sendal istrinya.
“Boleh gak sih gue tukar tambah istri?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nuuy⚜ɑ͜͡ᵇʲ²
aq mau tuker tambah pacar aja🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2020-12-02
0
melia
hhhh ada y tukar tmbh istri
2020-11-01
0
i'Wit Fierzhy06🍷Cf.
hahhaa tukar tambah istri??
emang istrinyq barang apaan Bir??
2020-04-29
1