Chapter 1

"Udah gak perlu sedih, mungkin Tuhan memang belum mempercayai kita untuk memiliki seorang anak,” Birma memeluk istri cantiknya yang saat ini sudah kembali menangis begitu mendapati hasil tes kehamilan yang lagi-lagi menunjukan garis satu. “Usia pernikahan kita baru akan menginjak usia ke empat tahun, dan di luaran sana banyak yang sudah menikah belasan tahun tapi belum di berikan momongan. Jadi, jangan berkecil hati.”

“Tapi Ma...”

“Udah biarin aja. Lagi pula orang tua aku juga 'kan sudah tahu bahwa kamu dan aku itu sehat. Dokter juga sudah menjelaskannya saat itu di depan Mama. Yang harus kita lakukan sekarang adalah berdoa dan berusaha. Kamu yang sabar, Tuhan pasti punya rencana lain untuk kita.” Senyum menenangkan Birma berikan, kemudian melayangkan kecupan pada kening sang istri.

“Maaf, belum bisa ngasih kamu keturunan,” ucap Clara dengan lirih dalam pelukan suaminya.

“Gak perlu minta maaf sayang, anak itu adalah rezeki. Meskipun sudah dalam kandungan, jika memang belum rezekinya pasti akan kembali pada Sang Pencipta. Sekarang kamu belum hamil, itu artinya Tuhan memang belum memberikan rezeki itu pada kita. Jangan terlalu dipikirkan, ya, aku gak mau kamu sakit,” Birma menyeka air mata yang membasahi pipi istrinya.

“Coba mana senyumnya, aku mau lihat.”

Kedua sudut bibir Clara tertarik sedikit, membuat Birma tak puas dan melayangkan kecupan singkat di hidung mancung istrinya. “Boleh minta senyum yang lebih ikhlas dan lebar?” tanya Birma. Clara menarik napasnya terlebih dulu, lalu membuangnya kembali sebelum kemudian mengukir senyum manis yang menambah kecantikan Clara di mata Birma.

Satu kecupan kembali Birma daratkan dan kini di kening Clara, sebelum keduanya keluar dari kamar mandi dan membuang semua alat tes kehamilan yang beberapa menit lalu di gunakan Clara.

“Udah hampir jam tujuh, kamu gak ke kantor?”

“Hari ini aku mau libur aja buat nemenin istri aku,” membimbing istrinya untuk duduk di tepi ranjang, Birma kemudian menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang istri. “Gimana kalau kita ke rumah Bunda aja, ketemu si kembar?” usul Birma yang dengan cepat di angguki semangat oleh Clara.

“Kamu mandi duluan, aku mau masak dulu biar nanti kita makan sama-sama di rumah Bunda.” Birma mengangguk setuju, melayangkan satu lagi kecupan di kening istrinya sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Clara keluar dari kamar melangkah menuju dapur.

“Enaknya bikin apa ya,” Clara mengetuk-ngetukkan telunjuk dan jari tengahnya di pinggir kulkas yang pintunya sudah dirinya buka. Mengamati bahan-bahan yang ada sambil memikirkan apa kira-kira yang harus dirinya buat.

Begitu memilih beberapa sayuran, daging dan bahan lainnya, Clara kemudian fokus berkutat dengan alat-alat dapur kesayangannya yang dirinya pilih sendiri saat akan mengisi perabotan rumah baru yang di siapkan suaminya.

Birma yang baru saja turun dari kamarnya sudah siap dengan kaos polo hitam di padukan dengan jaket bomber dan celana jeans hitam, tersenyum kecil melihat istri cantiknya yang terlihat semakin cantik saat mengenakan apron doraemon kesukaannya berdiri di depan penggorengan.

Melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, Birma kemudian memberikan kecupan singkat di pipi istri cantiknya itu. Clara menghela napas pelan kemudian menoleh ke arah sang suami dan melepaskan tangan itu dari pinggangnya. “Pagi ini kamu udah lebih dari sepuluh kali loh, Bir cium-cium aku.”

“Gimana dong aku kan suka,” cengengesan Birma kembali melayangkan kecupannya di pipi kiri Clara.

“Udah, lebih baik sekarang kamu duduk, aku mau selesaikan masak dulu. Jangan ganggu!” peringat Clara dengan tatapan tajamnya.

“Sun dulu,” pinta Birma mendekatkan pipinya pada wajah Clara.

Plak.

“Noh ciumannya spesial,” menepuk-nepuk telapak tangannya, Clara tersenyum kecil ke arah suami tampannya, setelah itu berbalik dan kembali fokus pada cumi tepung yang tengah di gorengnya.

“Sakit loh, Yang,” rengek Birma dengan nada manja.

“Apa sayang, aku gak dengar. Kamu minta nambah lagi?” tanya Clara berpura-pura tidak mendengar tanpa menoleh ke arah suaminya.

“Untung istri gue, lo, kalau bukan ... gue perkosa lo sekarang juga!” Birma menggerutu dengan suara yang begitu kecil, tapi siapa yang tahu bahwa gerutuannya itu masih mampu istrinya dengar, membuat Clara menggeram dan menoleh pada suaminya.

“Kamu bicara apa barusan? Minta tidur di luar?” tanya Clara dengan senyum manisnya.

“Mam**s!” Birma bergumam dalam hatinya. Merutuki mulutnya yang tidak dapat di rem. “Gak kok, sayang. Aku cuma bilang kalau kamu cantik,” ucap Birma dengan senyum salah tingkah.

“Ke mana aja lo selama ini, baru sadar kalau gue cantik?” Clara kembali berbalik menghadap penggorengan sambil mengibaskan rambut panjangnya dengan gaya sombong, hingga mengenai wajah Birma yang ada di belakangnya.

“Nyesel gue udah muji,” dengus Birma pelan, tapi sial ...

“Oke sayang, kamu tidur di luar selama satu minggu tanpa selimut dan bantal.” Ujar Clara tanpa menoleh sedikit pun pada suaminya yang kini sudah memucat.

“Sungguh sadis bosku.”

🍒🍒🍒

Clara dengan cepat turun dari mobil suaminya begitu melihat ponakannya tengah berlarian di teras depan rumah bersama Cleona yang membawa piring. Sudah bisa di tebak bahwa kakak iparnya itu pasti tengah kesusahan memberi makan kedua anaknya yang sudah semakin aktif.

“Nathan, El, aunty cantik datang!” seru Clara berlari menghampiri kedua bocah serupa itu. Dengan gembira dan seolah sejak pagi tak merasakan kesedihan, Clara berhambur memeluk kedua keponakannya yang menggemaskan dan pintar itu, lalu melayangkan kecupan bertubi-tubi di wajah tampan Nathan dan Nathael.

Birma yang melihat bagaimana interaksi istri dan keponakannya juga melihat wajar berseri Clara, tidak pernah henti menggumamkan doa dalam hati untuk segera di berikan momongan dalam rumah tangganya.

Tak jarang, Birma membayangkan anak-anak yang bermain dengan Clara itu adalah anaknya, meskipun pada akhirnya Birma harus kembali sadar bahwa apa yang di bayangkan itu hanya akan melukai perasaannya sendiri dan akan menambahkan harapan untuk segera memiliki sang pelengkap di rumah tangga mereka.

Tentu saja, Birma memang mengharapkan itu, tapi ia pun tidak ingin terlalu pemperlihatkan itu di depan istrinya karena bagaimanapun, Birma tidak pernah ingin membuat istrinya bersedih, apalagi sampai membuat istrinya kembali merasa bersalah karena belum bisa memberikan keturunan. Sedangkan dirinya tahu bahwa itu bukanlah kesalahan istrinya, sebab dokter sudah memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun dengan rahim Clara.

“Heh, adik ipar! Lo ngapain bengong di sana?” tegur Cleona menyadarkan Birma dari lamunannya.

“Istri gue mana?” celingukan Birma mencari keberadaan istri tercintanya yang ternyata sudah hilang dari pandangannya.

“Ck, makanya jangan ngelamun di siang bolong seperti ini, kesambet baru tahu rasa lo!” Cleona menggelengkan kepala, kemudian melenggang pergi meninggalkan Birma.

“Oy, Cle istri gue mana?” teriak Birma begitu melihat kakak ipar kesayangan istrinya itu masuk ke dalam rumah, meninggalkannya seorang diri yang entah kenapa mendadak menjadi lambat seperti sekarang ini.

Terpopuler

Comments

Ayu Arthamobilindo

Ayu Arthamobilindo

up Thor

2021-05-22

0

Violet Agfa

Violet Agfa

setelah sekian lamaaa.... aku mmpiirrrr lgiii thoorrrrr

2020-09-25

0

Nenti Arisanti

Nenti Arisanti

aku baru mampir tjor soalny baru buka lagi

2020-07-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!