Do Jian menghembuskan napas mengangguk. Aku menahan rasa sakit mengetahui kalau dia masih membenci ku padahal aku kan tidak salah.
Aku hanya melaksanakan perintah tapi aku akui salah karena sudah menjadi penyebab kematian kekasihnya Yuan.
Aku menunduk dalam, mataku berkaca kaca. Ingatan itu kembali berputar seperti ada adegan nyata terlihat didepan mataku.
"Putri Shuwang." Panggilnya lembut aku mendongak tatapan matanya membuatku tau bahwa dia juga sedih.
"Tak apa jika kamu tidak mau. Aku akan membantumu melakukannya." Do Jian terpaku.
"Putri,anda serius melakukannya? Apakah anda tau kalau itu sangat berbahaya." Aku menggeleng menyentuh tangannya memberikan kepercayaan.
"Apapun itu aku akan melakukannya." Ujarku mantap kali ini Do Jian tersenyum meski samar aku bisa melihatnya jelas.
"Putri aku akan ada didepanmu membantumu. Dan ini merupakan kampung halamanku sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindunginya."
Do Jian mendongak tersenyum samar kurasakan bulir hangat melewati wajahku. Do Jian menoleh dan sedikit terkejut.
"Putri,kenapa anda menangis?" Tanya nya khawatir. Aku mengusap air mata merasa malu aku yang selama ini tidak pernah menangis bahkan sejak kematian ayah dan ibu yang menghilang. Aku tak tau artinya air mata.
Selagi,aku bisa menahan nya maka aku bertahan. Lagipula,airmata ku hanya terlihat saat aku bersama kak Wuqing itupun tidak terlihat jelas.
"Aku hanya terharu mendengar kata katamu, Do Jian." Aku menggandeng tangannya mengajaknya keluar hutan.
"Apakah suatu saat kamu akan membenci ku saat kamu tau siapa aku? Atau kamu bahkan membunuhku saat tau aku penyebab kematian kekasih dan keluargamu? Aku memang wanita jahat dan serakah."
"Do Jian,bagaimana kalau kita makan aku sangat lapar." Ujarku Do Jian mengangguk. Do Jian mengajakku ke rumah makan Ruonting. Disana, dia disambut hangat bahkan mereka berbincang dengannya.
"Yang mulia putra mahkota, kami sangat merindukan anda. Kapan anda akan kembali?" Tanya pemilik rumah makan. Do Jian menghela napas melirik ke arahku. Aku hanya mengangkat bahu.
"Paman tidak usah panggil saya putra mahkota. Panggil saja saya Do Jian." Ujarnya tersenyum pemilik rumah makan menyapu ujung matanya. "Tapi,yang mulia.." Do Jian menggeleng. Pemilik rumah makan hanya bisa menurut.
"Do Jian bagaimana bisa anda kalah dalam perang? Padahal anda sangat ahli berpedang. Aku tak menyangka anda malah dikalahkan dewa perang. Padahal, anda lebih berpotensi."
Aku memutar bola mata lihatlah Do Jian dia salah tingkah. Pemilik rumah makan menatapku lalu tersenyum kaku mendekati Do Jian menariknya seraya berbisik.
"Do Jian,apakah dia pacar anda?" Aku menatap kedua orang itu heran bahkan Do Jian terlihat malu malu. Saat ku tatap matanya eh,dia malah memalingkan wajahnya.
Beberapa pelayan mendekatiku mengobrol. Aku senang disini mereka sangat ramah. Aku seperti dirumah tak ada yang..
"Li Shang,sampai kapan kamu akan memakai topeng itu?" Bisikan itu datang membuat ku sakit kepala. Aku memijit kepala menahan sakit.
"Kakak,tak apa?" Aku menggeleng tersenyum. Aku mengedarkan pandangan mataku menatap salah seorang pelanggan gadis belia menyeringai menatapku.
Jantungku berpacu cepat aku merasakan tenggorokan kering dan leherku di cekik. Suaraku tercekat aku tak bisa bicara.
Bahkan, napas ku tersengal aku merasakan dada ku terbakar. Aku mengcengkram menahan rasa sakit.
Tubuhku gemetaran. "Kakak!" Mereka memapahku yang hampir jatuh terhuyung. Do Jian mengejarku, aku menarik tubuhnya membuat kami berdekatan. Beberapa pelayan terlihat khawatir.
"A...ku b...ut...uh da..rah." Hanya itu yang bisa kukatakan. Perlahan, iris mataku berubah menjadi kuning dan suraiku berubah menjadi hitam pekat. Do Jian dengan cepat mengambil kain didekat meja dan menutupi tubuhku.
Sebelum, mereka tau kalau aku vampir. Do Jian menggendongku entah kemana. Karena,yang kulihat hanya gelap kecuali aroma saja yang kuendus.
Langkah nya terhenti, BRAK! Do Jian melanjutkan langkahnya kemudian meletakkan ku perlahan di tempat yang empuk dan lembut.
Aku membuka kain yang menutupi. Do Jian menutup pintu kemudian mendekati ku. Raut wajahnya nampak khawatir.
Sinar matahari yang masuk membuatku kesakitan. "ARGH!" Teriakku Do Jian semakin kebingungan. "***..as." Do Jian mengedarkan pandangan dan melihat tirai jendela yang terbuka lebar.
Dengan cepat Do Jian menutup semua tirai yang terbuka. Jadilah,kamar mungkin kalau bisa disebut kamar menjadi gelap gulita. Do Jian mencari lilin menghidupkannya supaya bisa melihatku.
Aku meringis kulit ku sempat terbakar sinar matahari. Rasa nya sangat menyakitkan. "Putri, anda tak apa?" Tanyanya cemas aku menggeleng. Rasa hausku kembali menyiksa. Leherku terasa semakin dicekik dan membuat ku gila.
Benar yang dikatakan kak Wuqing kalau darah manusia ibarat arak terasa manis tapi memikat siapapun yang meminumnya.
Aku menatapnya Do Jian seakan mengerti dia membuka hanfu nya. "Putri tak apa. Aku tau siapa anda dan sudah menjadi resiko kenapa aku melakukan kesalahan yang membuat anda jadi seperti ini."
Aku mendekap mulut menahan suara isak tangisku. Air mata ku bergulir berjatuhan laksana hujan yang turun ke bumi.
Do Jian tersenyum menunjukkan kalau dia baik baik saja. "Do.. J..ian apakah kamu tau resiko jika vampir mengisap darah manusia?" Ujarku sedikit terbata.
"Aku tau putri. Aku pernah membacanya di dalam buku kuno dan juga mendengar perkataan guru." Do Jian terdiam suasana kembali hening.
"Kalau kamu tau kenapa tetap bersamaku." Do Jian menghela napas. "Aku seperti ini karena aku merasa bersalah."
"Bukan kasihan kah? Untuk darah campuran seperti ku lebih baik menjauh." Aku menunduk dalam mengepalkan tangan.
"Putri,untuk apa aku kasihan melihatmu. Anda begitu sempurna bahkan anda memiliki apapun yang diinginkan oleh semua orang."
"Justru yang aku kasihani diriku sendiri." Sambungnya. Aku semakin merasakan sakit hati. Sakit yang membuat aku tak bisa menahan rasa haus.
"Ayo,lakukan Li Shang. Apalagi yang kau tunggu? Lakukan!" Bisikkan itu kembali datang. Sejak sampai di rumah makan ini.
Bisikan itu terus mendengung di telingaku. Aku menutup telinga dan menggigit bibir menahan rasa haus.
"Putri!" Semakin ditahan semakin sakit. Aku sudah tak kuat lagi. Aku mendekapnya bukan lebih tepatnya menggigit tengkuknya.
Taringku mencuat kukuku menajam. Tubuh Do Jian menegang aku tau dia pasti merasakan sakit. Tapi,apa boleh buat taring ku semakin lama semakin tajam seperti jarum.
Aku merasakan darah Do Jian. Rasanya benar benar nikmat seperti madu. Tenggorokan ku yang kering terasa seperti ada air dingin yang membasahinya.
Pantas saja mereka kecanduan terhadap darah manusia. Aku yang semula menganggap itu omong kosong ternyata benar.
Kuku ku menancap di punggung Do Jian membuat dia mengerang. Perlahan, gigitanku semakin lemah mataku terasa berat dan aku terjatuh kedalam pelukan kegelapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Anita
namanya orang mana nih? CN, JP, Ko.
2020-12-06
1