Episode 13

Hari sudah siang setelah makan siang aku membuka laci mengambil berkas. "Eh?!" Aku terperangah kaget. Berkas yang ada di laci hilang secara mendadak.

"Dayang! Dayang!" Teriakku kencang membuat para dayang berkumpul dikamarku.

"Iya,tuan ada yang bisa kami bantu?" Tanya salah satu dari mereka seraya membungkuk hormat. Aku menatap mereka satu persatu.

"Apakah ada orang yang masuk kemari selain aku?".

"Maaf tuan, tidak ada yang masuk selain tuan sendiri." Aku memijit pelipis mendesah kecewa.

"Kalau begitu sekarang keluar." Perintahku mereka semua keluar. Aku sudah mengobrak abrik kamar mencari dokumen tentang perang yang mungkin ada kaitannya dengan ayah.

Aku duduk bersandar kepalaku rasanya mau pecah. Padahal,sudah didepan mata harus terlepas lagi. Aku teringat sesuatu apakah mungkin dia yang sudah mengambilnya?

Seorang pengawal masuk ke dalam membungkuk hormat seraya membawa sepucuk surat. "Tuan,ada surat dari kerajaan Wang Jian Li." Dia menyerahkan padaku. Setelah,itu langsung pergi aku membuka surat dan membacanya.

Aku tersenyum membaca isi suratnya. Rupanya dari kak Luan dia merindukanku dan menyuruh pulang kalau tugasku sudah selesai. Aku segera membalasnya dan memanggil pengawal.

"Kirimkan balasan surat ini ke kerajaan Wang Jian Li." Perintahku dia mengangguk lalu pergi.

Aku kembali melanjutkan pekerjaan. Tapi,suara gaduh diluar menganggu kesibukanku.

Aku pun keluar dan melihat pemandangan yang mengenaskan. Lima orang prajurit istana tewas dalam keadaan yang mengenaskan.

Di tengkuk mereka terdapat bekas luka yang diakibatkan oleh gigitan dan lagi tubuh mereka berubah menjadi pucat.

Dayang dan beberapa orang diistana berteriak histeris belum lagi ada yang pingsan. Aku muncul diantara mereka. Mereka terdiam menangis.

"Apa yang terjadi?" Yuen nama wanita muda yang kusebutkan sebelumnya adalah saudara kembar Yuan kekasih Do Jian. Dia maju diantara kerumunan orang yang menangis.

"Maaf tuan,para prajurit kita sedang patroli dikawasan hutan Shang Huang. Saat itu ada sesuatu yang menyerang mereka. Sepertinya mereka diserang Jiangshi. Hanya itu yang saya tau, tuan." Ujarnya aku mendesah ternyata rumor yang tersebar itu benar.

Aku pikir salah seharusnya mereka semua berkumpul di suatu tempat bukan disini dunia manusia. "Kapan itu terjadi?"

"Semalam tuan lebih tepatnya tengah malam." Aku menatap prajurit yang tersisa mereka tampak nya trauma melihatnya.

"Apakah kalian akan membiarkan wilayah kita diserang?" Semua menoleh mendengar pertanyaan ku. Terdiam dan menunduk. "Aku tanya sekali lagi apakah kalian akan membiarkan wilayah kita diserang?" Aku mengulang pertanyaan dan membuat mereka saling lirik lalu menatapku.

"Tuan,kami tentu takkan membiarkan wilayah kita diserang dan direbut dari mereka." Bagus sepertinya semangat mereka sudah kembali walau tak sepenuhnya.

"Kalau begitu,aku sebagai panglima Li Huang akan membantu kalian menumpaskan masalah ini sampai tuntas. Siapa yang ikut denganku?" Teriakku keras membuat mereka mengepalkan tangan ke udara.

"Kami akan mengikuti anda tuan Li Huang." Jawab mereka serempak.

"Bagus, kita akan mulai latihannya sekarang. Aku tunggu kalian di lapangan."

"BAIK TUAN!" Teriak mereka serempak. Aku tersenyum melihat semangat mereka. Aku jadi ingat pasukan di Wang Jian Li teman teman seperjuangan juga Zhang Chagyi dan paman Gong Duan.

Apakah mereka baik baik saja? Apakah mereka merindukanku? Aku bertanya tanya dalam hati.

"Tuan." Aku tersentak menoleh Yuen ada dibelakang membungkuk hormat. Aku memutar bola mata malas menanggapi.

"Ada apa?" Aku menatapnya lekat dia semakin menunduk.

"Tuan,kenapa anda tidak minta bantuan dari perguruan Lieren? Seharusnya, ini diserahkan pada para pembasmi Jiangshi."

"Apakah menurutmu aku tak pantas mengurus masalah ini? Atau kamu mulai bosan hidup makanya memerintahku." Ujarku membuatnya bungkam. Aku mendekat dia mundur perlahan.

"Kenapa? Takut?" Aku semakin memojokkan nya.

"Tuan,saya minta maaf." Ujarnya lirih aku semakin mendekat membuatnya terpojok di tembok istana yang dingin. Kali ini dia gemetar ketakutan.

Yuen menunduk dalam beberapa dayang yang melihat bisik bisik. Mungkin mereka berpikir kalau aku menggodanya. Aku mengangkat dagunya membuat mata kami saling bertatapan. Matanya berkaca kaca seakan takut kalau aku merebut kesuciannya.

"Tuan,saya sungguh.." Aku menempelkan telunjukku di bibirnya yang ranum.

"Biarkan aku menikmatinya dulu." Aku menyeringai kali ini tubuhnya gemetaran bahkan detak jantungnya terdengar tak karuan.

"Tuan." Dia berusaha mendorongku tapi ku tahan dengan tanganku membuat nya tak lepas dariku.

"Menarik." Matanya membulat mendengarnya kali ini dia berontak berusaha melepaskan pegangan tanganku. Aku semakin mengeratkan peganganku.

Air matanya yang sejak tadi ditahan Yuen perlahan tumpah aku semakin senang. Aku mendorong tubuhnya membuat dia terjatuh.

Yuen meringis aku menjilat bibirku seakan siap memangsa nya. Yuen semakin ketakutan tubuhnya terkulai lemas pasrah dengan apa yang kulakukan.

Aku mendekat perlahan kusentuh wajahnya. "Yuen,kenapa kamu gemetaran begitu? Aku takkan memangsa mu secepat ini." Aku berbisik di telinganya.

Lalu, ku sentuh bibirnya mendekat ke arahnya. Saat bibir kami akan bertemu Yuen memejamkan matanya. Aku menyeringai lalu melepaskannya. Aku melangkah keluar.

Dayang yang melihat menunduk ketakutan. "Jika ada yang berani melawan ku. Aku takkan sungkan melakukannya." Aku berlalu membuat mereka saling tatap dan membantu Yuen yang lemas.

"Semoga saja itu bisa memberinya pelajaran." Batinku. Aku menuju halaman istana tempat latihan prajurit yang menunggu. Begitu aku tiba semua membungkuk hormat.

"Selamat datang tuan Li Shang." Sapa mereka serempak. Aku menghitung jumlah mereka satu persatu yang tersisa hanya 30 orang.

"Apakah semua sudah berkumpul?" Tanyaku semua saling tatap lalu kemudian salah satu prajurit maju.

"Semuanya yang tersisa hanya ini saja tuan." Aku menghela napas.

Kalau segini akan sangat sulit menghadapi mereka. Setidaknya,aku butuh 10 atau 15 orang yang menjadi prajurit untuk membantu. Karena,ini akan menjadi perang bagi Qian Lian Do.

"Kalau segini tidak mencukupi. Apakah kalian tidak pernah merekrut prajurit baru?" Mereka menggeleng.

"Buatkan pengumuman dan sebarkan keseluruh rakyat Qian Lian Do. Kalau kita mencari prajurit. Cepat laksanakan." Perintahku. Salah satu dari mereka berlari melaksanakan perintahku sedangkan yang lain tinggal.

Aku menatap mereka tanggung sekali kalau aku suruh mereka bubar. "Ambil senjata kalian kita akan mulai latihan tanding."

Mereka langsung bubar mengambil senjata yang digunakan. Lalu, kembali berkumpul aku melihat senjata yang mereka gunakan. Ternyata mereka memilih kultivasi dan pedang.

Mereka menatapku ragu. "Untuk yang pedang buat barisan sendiri." Mereka lalu membuat barisan sendiri ada 12 orang yang pedang.

"Lalu,untuk kultivator silahkan buat barisan sendiri." Ada 28 orang yang masuk kedalam kategori kultivator.

Mereka menatapku penasaran. Aku akan merombak pasukan yang akan ikut perang kali ini. Aku menyeringai sudah lama aku tidak melakukan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!