Episode 7

"Baiklah,jika itu permintaan mu akan ayahanda kabulkan," semua menatap ayahanda tak percaya kecuali Zhang Chagyi dan Li Wei.

"Yang mulia!?" protes mereka serempak ayahanda menyesap teh tersenyum.

"Lagipula,Li Shuwang bisa menjaga dirinya. Biarkan saja."

Ayahanda memandang Zhang Chagyi yang keluar ternyata dia sudah selesai. Selir Chang Jingmi juga keluar setelah pamit dengan ayahanda.

"Nak,ada sesuatu yang ayahanda minta padamu,” aku berhenti menyuap menatap ayahanda yang tampak serius. "Belakangan ini ayahanda dengar daerah Da Hang diserang Jiangshi. Dan disana sudah banyak yang menjadi korban. Apakah kamu bisa kesana bersama Gong Duan dan Zhang Chagyi?" tanya ayahanda.

Aku terbatuk mendengar perkataan ayahanda dengan cepat aku meneguk air putih.

"Ada apa putriku? Kamu biasa nya tidak seperti ini?" tanya ibunda kebingungan.

"Tidak ibunda aku baik baik saja,” sahutku tersenyum. Dahi selir Hua Shing berkerut.

"Bukannya itu dulu kerajaan milik selir Chang Jingmi?" tanya selir Hua Shing penasaran yang diangguki ayahanda.

"Aku mendengar mereka sudah mulai menjarah daerah kekuasaan kerajaan Wang Jian Li,” ujar ayahanda menghela napas.

"Lalu,apa yang kulakukan, ayahanda?" tanyaku. Kak Luan mendengarkan tanpa komentar apapun.

"Pergilah kesana dan periksa kebenaran berita ini. Jika memang benar lakukan tugasmu,” titah ayahanda yang kuangguki patuh.

"Baik ayahanda,” sahutku serius. Apakah ini ada kaitannya dengan tunangan Do Jian? Sebaiknya aku selidiki lebih banyak, batinku berpikir keras.

Sepertinya tugasku bertambah lagi. Perang yang masih berkelanjutan dan misteri tentang Jiangshi. Aku memijat pelipis.

....

"Huft,membosankan,” celetukku menopang dagu menatap rumput yang bergoyang dan burung yang berkicau di atas pohon. Aku melirik Do Jian yang berdiri tidak jauh dariku. Sekarang dia sudah resmi jadi pengawal pribadiku. "Do Jian,saat bosan apa yang kamu lakukan?" tanyaku iseng.

"Saya biasanya pergi keluar putri Li Shuwang,” mataku berbinar itu ide bagus. Aku tersenyum senang.

"Kalau begitu temani aku keluar."

Mata Do Jian membulat tak percaya. "Tapi,putri Li Shuwang anda bisa dimarahi kaisar Li Quin,” aku menggeleng.

"Aku ada ide. Kita akan  menyamar,” usulku menjentikkan jari.

"Tapi.." aku menggeleng tegas.

"Tidak tapi tapian cepat ganti pakaian mu. Kita harus segera pergi,” titahku bergegas kekamar bersenandung riang. Di sepanjang lorong istana aku menyapa satu dua dayang. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Zhang Chagyi. Aku langsung membungkuk. "Selamat sore kakak kedua," Zhang Chagyi mendengus.

"Jangan bersikap ramah padaku. Menyingkir dari jalanku,” tukas nya dingin melewatiku begitu saja.

Aku menoleh menatap punggung nya yang semakin menjauh. "Jika saja kamu bisa baik padaku walaupun sedikit mungkin aku akan menjadi orang yang paling bahagia,” gumamku.

....

Aku mengetuk meja dengan telunjuk menunggu Do Jian yang belum juga muncul. Aku menghela napas.

"Putri maaf saya terlambat,” ujarnya membuatku mendongak lantas terkesiap melihat penampilannya. Surai yang keperakan dan iris safir juga rahang yang tegas tak lupa dengan hanfu biru menambah ketampanannya. Dia sangat berbeda saat memakai pakaian pengawal. "Putri Li Shuwang," panggilnya melambaikan tangan menyadarkan ku dari lamunan.

"Ah,iya maaf aku tadi melamun,” ujarku memalingkan wajah rasanya wajahku memanas dan mungkin saja berubah warna. "Akh,lebih baik kita segera pergi sebelum malam tiba,” lanjutku berdiri melangkah keluar. Do Jian mengikutiku.

"Putri bagaimana caranya keluar tanpa diketahui penjaga?" aku tersenyum.

"Do Jian apa kamu bisa sihir?" Do Jian mengangguk aku tersenyum.

"Kalau begitu buat mereka tertidur."

"Ap-apa putri?" tanya Do Jian terperangah.

"Iya,kalau tidak kita takkan bisa keluar,” sahutku Do Jian mengangguk.

Kami tiba di depan gerbang seperti biasa para penjaga berdiri mengawasi orang yang keluar masuk.

"Siapa kalian?" tanya mereka mengacungkan senjata begitu kami ingin lewat.

"Saya dayang yang disuruh putra mahkota Li Luan,” ujarku mereka saling tatap tak percaya.

Aku menyikut lengan Do Jian. "Apa buktinya jika kalian disuruh putra mahkota Li Luan?" Do Jian mendekat dia mengangkat tangan yang terkepal kuat.

Perlahan, dia membuka nya kemudian meniupnya pelan. Sontak asap menyelimuti kami menutup hidung.

Selang beberapa menit para penjaga sudah tertidur pulas. Do Jian menoleh mengangguk. Aku mengikuti nya dari belakang.

Aku menghirup udara lalu menghembuskannya pelan. "Akhirnya, aku bisa keluar dari sini,” ujarku tersenyum.

"Apa putri Li Shuwang tidak pernah keluar?" aku menoleh menyibak anak rambut yang ditiup angin. Do Jian memalingkan wajah aku tersenyum.

"Hah,bagi putri seorang kaisar aku harus menjadi sempurna di setiap tempat dan waktu. Kadang aku tidak punya waktu untuk bersenang senang. Terkadang, saat aku tengah bersantai akan ada seseorang yang mengincar nyawaku."

Aku teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu. Saat aku pergi ke kedai bibi Xu Fei bersama kak Luan. Aku hampir saja tewas di tempat kalau tidak berubah wujud. Lalu tak luput kejadian beberapa hari yang lalu akibat ulah Do Jian. Aku menghela napas panjang.

"Aku pikir menjadi seorang putri yang paling tersohor di seluruh kerajaan adalah hal yang mengagumkan,” celetuk Do Jian aku terkekeh.

"Do Jian ayo kita berkeliling aku tak sabar segera pergi," aku menarik tangan Do Jian mengelilingi pasar malam. Kami membeli makanan ringan.

"Do Jian, buka mulutmu,” aku memberikan dimsum Do Jian menggeleng.

"Tidak biar saya saja sendiri,” tolaknya membuatku cemberut.

"Ayolah Do Jian kamu kan hari ini jadi teman ku bukan jadi pengawal ku. Dan satu lagi jangan panggil aku Li Shuwang tapi Shuwang. Ayo buka mulutmu!" Do Jian membuka mulut aku memasukkan dimsum kemulutnya. Aku tersenyum sumringah Do Jian memalingkan wajah.

Aku berputar menatap lampu kelap kelip menyinari pasar malam. Beberapa orang tampak lalu lalang menikmati hiburan yang tersedia.

"Do Jian, lihat!" seruku menunjuk lampion yang bertebangan di langit. Do Jian mendongak tersenyum.

"Itu lampion. Apa putri mau? Katanya kalau kita memasangnya nanti permohonan kita di kabulkan” kata Do Jian tersenyum.

Aku mengangguk tersenyum lebar. "Tentu saja," Do Jian mengajak ku ke salah satu kedai yang menjual lampion.

"Putri Li.." Aku melotot dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Putri Shuwang ayo tulis permohonanmu,” aku langsung menulis permohonan.

"Semoga aku bisa mendamaikan kekaisaran tanpa perlu bertarung dan kuharap terus bersama mu, Do Jian,” pintaku tersenyum kemudian menerbangkan lampion.

"Putri,apa yang anda tulis?" Aku tersenyum kemudian meletakkan telunjuk ke bibir.

"Rahasia," ujarku mengedipkan mata.

.....

Hari yang dinanti pun tiba akhirnya aku akan pergi ke medan perang. Semua orang sudah berkumpul. Ibunda mendekat air mata nya menetes.

"Doa dan restu ku menyertaimu,” ujar ibunda. Aku tersenyum.

"Terimakasih yang mulia permaisuri,” sahutku membungkuk.

Ayahanda menghampiriku memberikan sebuah buku tua berwarna kecoklatan. Aku menatap tak percaya.

"Ayahanda,ini.." Ayahanda tersenyum.

"Ini akan berguna saat perjalanan nanti,” aku memeluk ayahanda.

"Terima kasih ayahanda."

"Tuan,kita harus segera berangkat,” ujar Zhang Chagyi yang kuangguki. Setelah,berpamitan dengan ayahanda kami pun meninggalkan Wang Jian Li.

Terpopuler

Comments

Sejahtera

Sejahtera

Semangat Kakak

2021-03-13

0

Kuroko-sensei

Kuroko-sensei

Mau tanya Thor, bagaimana Li Shuwang bisa jatuh cinta kepada Do jian? saya penasaran thor 😀

2020-02-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!