"Tuan,kenapa pasukan kita dibagi?" Aku menyeringai. "Kalian tau kan kalau yang kita hadapi ini bukan manusia pada umumnya. Tapi,yang kita hadapi adalah vampir. Vampir sangat sulit dihadapi apalagi saat malam." Mereka semua mengangguk.
"Karena,sekarang aku yang akan menjadi panglima kalian. Jadi,mulai sekarang dengarkan perintahku dengan baik."
"Baik tuan." Jawab mereka serempak.
"Untuk itu aku ingin kalian berlatih dengan giat agar kita bisa memenangkan perang ini." Ujarku semangat.
"Nah,ayo semua kalian latihan dengan benar untuk ahli sihir aku sudah mendatangkan guru besar Qian Lian Do. Kalian bisa memperdalam kekuatan sihir dengan benar."
"Dan,untuk ahli pedang siapa disini yang paling unggul?" Mereka serempak menunjuk seorang pria bersurai merah dengan iris keemasan usianya 32 tahun.
Aku menaikkan alis mata sebelah. "Tuan,dia ahli memainkan pedang. Dia mengalahkan musuhnya hanya dalam satu ayunan." Dia menggeleng. Aku tersenyum.
"Ambilkan dua pedang aku akan mencoba melatihnya." Prajurit mengambilkan dua pedang memberikan kepada kami berdua.
"Tuan,saya tidak pantas jadi lawan tanding dengan anda." Aku menggeleng. "Tak apa. Aku tak peduli siapa lawan tanding ku yang jelas selagi dia masih memegang pedang. Maka,dia ahli menggunakannya."
"Baik tuan." Dia tersenyum. "Siapa namamu?"
"Do Weiheng." Aku tersenyum, memasang kuda kuda saling tatap. Do Weiheng mengayunkan pedang terlebih dahulu. Aku langsung mengangkat pedang membuat kedua pedang beradu.
Aku menangkis serangannya. Aku menendang perutnya membuat dia terjengkal. Aku langsung mengayunkan pedang ke depannya dia menggeser tubuhnya sedikit membuat seranganku tak mengenainya.
Dengan cepat dia menyabet lenganku. Lenganku terluka membuat aku meringis. Lalu,dia mengangkat pedangnya aku membuat pertahanan.
Tapi,dia memutar pedangnya membuat nya menyerang bahu kiriku. Lagi,darah keluar dari bahuku. Darah mengucur semua orang menatap kami kagum.
Aku meringis menahan sakit. Kuliat wajahnya yang tenang tak ada ekspresi. Dia menyerangku kali ini dia menggunakan dari sisi kanan. Aku bersiaga memasang kuda kuda yang kokoh.
Dia langsung menyerang dari sisi kanan. Aku menangkisnya dan membuat pedangnya terpental. Belum habis rasa kagetnya aku langsung mengayunkan pedang ke depan.
Membuat dia menghindar aku menyeringai. Aku memutar tubuh dan memukul wajahnya membuat dia terjerembab.
Aku langsung mengarahkan pedang ke depannya membuat ujung pedang di depan lehernya. "Do Weiheng,kamu lawan yang hebat." Napasku tersengal jujur dia lawan yang tangguh.
Aku saja masih dari kata jauh untuk menghadapi nya. Dia tersenyum. "Justru saya yang merasa terhormat telah berlatih langsung dengan anda." Ujarnya.
"Tidak,justru kamulah orang yang paling hebat." Aku menurunkan pedang dan mengulurkan tangan membantunya berdiri. "Terimakasih tuan." Dia menerima uluran tangan dan membungkuk.
"Latihan hari ini cukup. Semuanya silakan istirahat." Aku menatap Do Weiheng. "Do Weiheng nanti temui saya dia ruang kerja." Dia mengangguk, aku langsung kembali ke kamar.
"Benar benar melelahkan." Gumamku. Aku berbaring di ranjang menatap langit kamar. "Panggilkan tabib ke kamarku." Perintahku mereka langsung pergi. Aku menunggu lalu tabib datang dan mengobati lukaku.
"Tuan,luka anda cukup serius. Bagaimana kalau saya menjahit luka anda?" Aku menggeleng. "Aku baik baik saja. Hanya perlu istirahat saja." Sahutku.
"Tapi,tuan untuk sementara jangan gunakan tenaga dalam anda terlalu lama. Nanti luka anda akan terbuka." Aku mengangguk setelah mengobati tabib pun keluar. Aku meraba bahu yang terluka, sakit. Aku meringis.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku langsung duduk. "Siapa?" Teriakku.
"Maaf tuan ada seseorang yang ingin menemui anda di ruang tamu." Dahiku berkerut perasaan aku tak menerima tamu kecuali Do Weiheng. "Tuan."
"Iya aku akan kesana. Katakan padanya untuk menungguku." Ujarku. Dayang pun langsung pergi. Aku pun bersiap membasuh wajah lalu merapikan rambut.
"Selamat datang, ada perlu apa anda kemari?" Kuliat seorang pria berkulit putih surainya kecoklatan dan irisnya hitam. Dahiku berkerut wajah nya sangat mirip dengan seseorang.
Juga surainya entah kenapa sangat tak asing. Dia mendongak berdiri langsung membungkuk hormat. "Suatu kehormatan saya bisa bertemu langsung dengan anda tuan Li Shang." Aku mengangguk menyuruh dia duduk.
"Siapakah gerangan anda?" Dia tersenyum. "Ternyata benar anda tidak mengenal saya. Maka saya akan langsung memperkenalkan diri saya." Dia berdiri lalu membungkuk.
"Nama saya Li Lian dari perguruan Lieren. Kaisar Li Quin memberikan titah untuk membantu anda tuan Li Shang." Aku terdiam tanganku mengepal erat. Kakak Ketiga dia datang untuk membantu. Sungguh, aku tak menyangka jika dia akan turun secara langsung.
"Tuan." Panggilnya aku tersentak memalingkan wajah. "Maaf aku hanya sedikit terkejut." Ujarku dia mengangguk kemudian duduk.
"Saya dengar hutan Shang Huang katanya dihuni vampir. Apakah tuan sudah menemukan cara untuk menghadapinya?"
Aku menyuruh dayang untuk menghidangkan teh. "Aku sudah menemukan caranya hanya saja kami kekurangan orang. Sebelumnya Qian Lia Do baru saja perang jadi populasi pria dewasa dan remaja minim." Sahutku dia mengusap wajahnya.
"Pasti sangat sulit. Apalagi kota ini baru saja perang." Dayang menuangkan teh sambil bercengkrama kami meminum teh.
"Tapi,saya sangat kagum melihat tuan. Tuan diusia 19 tahun sudah banyak membantu negara. Sedangkan saya yang berusia 23 tahun ini malah hanya belajar saja." Aku tersenyum. "Terkadang hanya kebaikan besar kita melupakan kebaikan kecil sendiri."
Aku menghirup aroma teh melati yang harum membuat ku merasa damai. "Aku tak menyangka tuan sebijak itu. Saya semakin kagum dengan anda."
"Lalu,mengenai bakat. Apa yang bisa anda lakukan?" Dia meletakkan tehnya menatapku. "Saya hanya bisa sihir."
"Itu memang diperlukan disini." Sahutku dia mengangguk. "Apakah saya bisa mencobanya?" Tanyanya. "Tentu saja. Kita lakukan di halaman istana."
Kami bangkit menuju halaman depan istana. Aku menuntun nya, kami akhirnya tiba beberapa ahli sihir sedang latihan. Aku mendekat mereka berhenti dan membungkuk hormat.
"Selamat datang tuan Li Shang." Aku mengayunkan tangan membuat mereka mundur. Kakak ketiga muncul dibelakangku mereka berbisik.
"Perkenalkan dia adalah murid dari perguruan Lieren. Li Lian sekarang dia akan membantu kalian latihan." Mereka membungkuk hormat kakak ketiga tersenyum mengangguk.
"Li Lian bisa kita mulai?" Dia mengangguk mereka berdecak kagum melihat Li Lian.
Kami bertanding di tengah arena yang mulai terik. Udara terasa panas tapi tak menyurutkan semangat kami. Kakak ketiga memulai terlebih dahulu. Dia melompat menghilang dan muncul di depanku jarak nya sangat dekat.
Dia mengeluarkan api dari tangannya berusaha memukulnya ke tubuhku. Aku membuat tameng kemudian menghilang.
Dia mencariku kebingungan. Aku lalu menarik kakinya dari bawah membuat dia terperosok.
Dia menggeliat berusaha melepaskan. Aku muncul di depannya. Tertawa pelan dia menarik ujung bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
M.A
komen kedua nih.
perang vampir???
aku suka sama vampire Ara.
apalagi kalau mereka ganteng🤣🤣🤣
semangat Ara nya aku😍😍😍😘😘😘
2019-10-18
0