Pagi menjelang pasukan bersiap kembali melanjutkan perjalanan. Matahari yang bersinar terik tidak menyurutkan semangat kami. Kami melanjutkan perjalanan dalam diam tak ada suara selain derap langkah kuda aku menghela napas panjang.
Angin berembus kencang debu bertebangan membuat kami merapatkan caping. Aku merasakan hawa matahari yang semakin panas sudah dua hari kami melakukan perjalanan yang tak berkesudahan.
"Tuan,lihat ada sesuatu disana,” teriak Zhang Chagyi didepan aku menoleh mendekat ke arah Zhang Chagyi. Aku turun dari kuda begitu juga kak Wuqing.
"Kalian tunggu sebentar aku akan periksa sebentar,” kataku semua mengangguk patuh.
"Baik tuan."
Aku dan kak Wuqing berjalan mendekat didepan permukiman penduduk yang seperti nya sudah lama ditinggali bangunannya banyak yang rusak.
Kami mengelilingi setiap tempat tapi tidak menemukan apapun. Kami memutuskan kembali tapi sebuah cahaya menghalangi gerakan kami keluar dari desa. Mataku terasa silau dan perih aku memejamkan mata seraya berubah.
BUM! Suara ledakan terdengar aku membuka mata debu bertebangan disekitar. Kak Wuqing mengeluarkan pedang aku juga mengeluarkan pedang. Napas kak Wuqing menderu cepat.
"Tuan!" teriakan terdengar dari seberang. Aku menyusul pasukan tapi ada sesuatu yang menarik kebelakang membuatku terjerembab.
"Selamat datang Tuan Li Huang,” sapa Yuan bertepuk tangan dia keluar dari kepulan debu. Yuan menyeringai menatap kami. "Wah,aku tak menyangka isu yang disebarkan bisa membuatmu memanggil pasukan sebanyak itu,” ujar Yuan menunjuk ke seberang tempat pasukan ku. Aku mengatupkan rahang menahan amarah yang sudah memuncak.
"Apa maksudmu menebar rumor yang tidak benar, hah?" protes kak Wuqing geram Yuan terkekeh.
"Tentu saja menghancurkan kalian berdua ibarat sekali tepuk dua lalat tewas," ujarnya diiringi senyum licik. Aku berdecih muak dengan sikap nya. "Dan,lagi pula darah campuran seperti mu tidak pantas tinggal disini. Ini bukan tempat mu,” ujar Yuan mengejek aku membulatkan mata tak percaya dengan perkataannya. Bagaimana bisa dia tau kalau aku darah campuran? Tunggu jadi sudah berapa orang yang tau kalau aku bukan manusia, batinku terkejut.
"Yuan,dari mana kamu tau jika aku darah campuran?" aku bertanya penasaran Yuan menunjukan otaknya. Seakan mengatakan kalau dia cukup cerdik.
"Li Huang,jangan khawatir ini adalah rahasia kita berdua. Tapi,jika kamu macam macam dengan Do Jian. Aku tak akan segan memberitahu yang lain tentang rahasia besarmu,” ancam Yuan pada akhirnya akan terjadi negoisasi di sini. "Li Huang sebaiknya kamu menyerah saja. Dan lepaskan Do Jian,” aku tertawa terbahak bahak mendengar permintaannya.
"Jangan harap dia adalah tawanan perang Wang Jian Li. Jadi,dia milik kami jangan pernah berharap dia akan kembali padamu sampai kapanpun,” Yuan mengatupkan rahang wajahnya merah padam.
"Dasar darah campuran tidak berperasaan. Kalian tidak pantas hidup disini lebih baik kalian ke neraka,” aku terpaku perkataan nya sungguh menusuk hatiku.
Jika saja aku bisa memilih mungkin aku tidak ingin terlahir seperti ini. Aku juga ingin hidup sama seperti yang lain.
Hidup normal dengan orang yang kucintai dan kusayangi. Yuan dia adalah gadis yang beruntung menemukan pasangan yang akan segera dinikahi adalah suatu anugrah.
Kak Wuqing menatapku sayu dia mengepalkan tangan. "Bicara mu sungguh keterlaluan. Apakah wanita bangsawan di dunia manusia tidak diajarkan etika? Bahkan kalian lebih hina daripada Jiangshi," sahut kak Wuqing membuat wajah Yuan merah padam.
"Cukup kak jangan buang waktu hanya untuk menanggapi ocehan wanita ini. Perkataan nya memang benar tapi aku hanya penasaran apakah dia juga pantas disebut orang yang hebat? Bahkan melawan setengah manusia seperti ku saja kewalahan,” kak Wuqing melirikku tersenyum.
"Kamu benar,dik. Aku juga ingin lihat apa dia pantas melawan kita,” sahut kak Wuqing membuat Yuan makin marah.
"Cukup kalian lihat saja. Aku akan membuat kalian berdua bertekuk lutut,” sergahnya Yuan menjentikkan jari. Gerombolan Jiangshi bermunculan di belakangnya. Kak Wuqing terperangah melirikku.
“Dia bisa mengendalikan Jiangshi?”
“Bagaimana? Apa kalian akan menyerah?” tanya Yuan menatap kami satu persatu.
“Kita harus melawannya apapun yang terjadi,” kata kak Wuqing mengacungkan pedang. Suara raungan terdengar memekakkan telinga. Kulirik prajurit di seberang kami. Mereka tampak kebingungan.
“Tenang saja. Aku sudah memasang pembatas,” ucap Yuan terkekeh. Aku mengatupkan rahang. Kali ini pertarungan diantara kami akan meletus kapan saja.
Yuan melambaikan tangannya ke arah kak Wuqing. Gerombolan Jiangshi merangsek maju. Mereka mulai menyerang kak Wuqing sendirian. Tak tinggal diam aku ikut membantu. Kak Wuqing tampak kewalahan melawan mereka yang berjumlah puluhan. Walaupun ditebas puluhan kali mereka terus berdatangan seperti air bah.
Berkat gabungan kekuatan kami berdua perlahan pasukan Jiangshi berkurang. Napasku tersengal dan keringat bercucuran. “Sial!” rutukku. Mendadak Jiangshi muncul di belakang kak Wuqing. Aku pun segera mengejarnya tapi tiba tiba tubuhku terpental. “Kak Wuqing! Awas!” pekikku. Kepalanya tertoleh ke belakang. Lalu sayap pun mencuat dari punggungnya. Jiangshi itu terpental menghantam yang lain. Bahu kak Wuqing naik turun. Pedang ditangannya bercahaya terang.
Aku melirik Yuan yang mengacungkan jarinya. "Lawan mu aku Li Huang," Yuan muncul menerjang tubuhku sontak aku pun terpental. Tubuh ku tertimbun kubangan pasir.
Pertarungan kak Wuqing dan gerombolan Jiangshi masih belum selesai. Belum sempat mengkhawatirkan kak Wuqing tiba tiba sebuah tangan besar menangkap kakiku.
Aku semakin susah bergerak dia mencengkram kuat enggan melepaskan nya. "ARGH!" aku meringis kesakitan.
"Bagaimana tuan Li Huang dengan serangan ku? Apa sekarang kamu sudah mengakui kalau diriku lebih kuat dari kamu?" aku meronta berusaha melepaskan nya.
"Sialan! Kalau seperti ini aku harus menggunakan cara itu” gumamku menoleh menatap Yuan yang tertawa penuh kemenangan.
Aku membaca mantra membentuk angin kencang. Dari kejauhan terdengar suara deru angin. Aku menancapkan pedang suzaku berpegangan erat.
"Apa yang ingin kamu lakukan? Menyerah atau memilih tewas di tanganku?” pegangannya semakin erat membuat kedua kaki ku makin sakit. Aku menggigit bibir bawah menahan sakit.
Angin kencang menerpa pasir membuat debu bertebangan. Jarak pandang pun terganggu Yuan menutup mata dan ini menjadi kesempatan ku.
Begitu genggaman nya longgar aku melesat terbang dan bersembunyi. Dalam sekejap deru angin menghilang jarak pandang pun kembali normal.
Yuan membuka mata alangkah terkejutnya dia mengetahui aku menghilang. "Sialan! Li Huang dimana kamu? Aku tau kamu sembunyi. Jangan sembunyi seperti pengecut. Tunjukkan dirimu."
Aku terkekeh melihat sikap nya yang kesal. Aku melompat di depan nya mengayunkan pedang ke arahnya.
Yuan yang tak sempat bersiap terkejut akan kehadiranku. Sabetan pedang ku mengenai perutnya.
Yuan memegang perutnya meringis kesakitan darah langsung membasahi telapak tangan dan hanfunya.
"Aku akan membalasmu, Li Huang,” pekiknya keras dia mengangkat kedua tangannya membuat pasir terangkat ke atas membentuk jarum yang mengarah ke depanku.
"Huft,sepertinya ini akan memakan waktu lama,” gumamku melihat kak Wuqing yang kelelahan menghadapi Jiangshi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments