Episode 19

Sudah dua hari sejak pertemuan ku dengan Do Weiheng belum ada kemajuan atau laporan darinya. Pasukan sudah siap bertarung aku hanya menghela napas.

Namun,peta yang masih jadi teka teki bagi kami. Karena,banyaknya huruf yang hilang dan juga tulisannya buram membuat aku harus mencari tau dari para tetua atau jalan lain lagi.

Pertarungan hidup dan mati aku akan menghadapi nya sekali lagi. Mungkin saja aku menemukan jalan mengetahui kematian ayah.

Atau menghilang nya ibu meninggalkan ku karena perjanjian yang dibuat ayah. Kelahiranku seperti petaka aku tak tau harus bersyukur atau malah mengeluh.

Kekuatan yang kumiliki bisa mengubah ku menjadi makhluk yang mengerikan atau menjadi seorang yang tak memiliki kekuatan apa apa bahkan membela diri sendiri saja aku tak bisa.

Jika saja aku bisa mengontrol kekuatan pasti bisa melakukan apapun tanpa ragu. Kekuatan yang banyak diharapkan setiap orang. Tapi,justru merubahmu menjadi makhluk yang mengerikan.

Aku teringat sesuatu sebentar lagi waktu itu akan tiba. Jika, perang ini belum usai itu akan sangat merepotkanku. Aku bisa saja membunuh banyak orang.

Aku gemetar ketakutan mencengkram erat pegangan meja. Aku terhuyung terduduk membayangkan diriku membunuh setiap orang yang tak bersalah hanya karena rasa haus yang gila.

"Aku tak pantas hidup." Hanya itu terbersit dipikiran ku setelah aku melakukan semuanya. Namun,bayangan ayahanda, ibunda, kakak Luan, dan kakak ketiga membuat ku bahagia. Belum lagi ibu juga selir Gong yang menyayangi ku. Dan, tak luput paman Gong, Zhang Chagyi yang setia bersamaku.

Aku tersenyum dan orang yang kini bersamaku memberikan uluran tangan nya yaitu Do Jian pria yang kusuka. Jantung ku berdebar cepat tapi ada rasa sedih menyusup disana.

"Aku juga membunuh kekasihnya. Apa aku pantas disisi nya. Aku hanya wanita jahat yang serakah." Aku menyeringai tertawa pelan.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh hari sudah malam dan lagi larut. Aku mengerutkan dahi siapa pula yang mengetuk kamarku.

"Siapa?" Teriakku tak ada yang menyahut aku mengambil pedang yong jian. Mendekat membukakan pintu dengan waspada.

KRIEK! KREK!

Kubuka pintu perlahan dan aku hampir berteriak saking terkejutnya. Seorang pria tergeletak dengan tubuh dipenuhi luka di bagian lehernya dan juga cakaran dipunggungnya.

Aku berjongkok memeriksa dahi ku berkerut. "Bukankah dia adalah.." Aku berdiri berteriak memanggil dayang. "DAYANG HAN!!" Dayang Han adalah dayang yang mengurus istana. Dia adalah kepala dayang tapi aku lebih sering memanggilnya dayang Han.

Dayang Han muncul di balik tembok kamarku. "Saya disini,tuan." Ujar nya membungkuk. Dayang Han terkejut melihat mayat tergeletak di depan pintu kamar. "Tu-tuan.." Tunjuknya dengan gemetaran. "Dimana pengawal yang bertugas?" Tanyaku dayang Han menelan ludah kasar dengan suara gemetar dan terbata dia membungkuk ketakutan.

"Maaf tuan,tadi nona Yuen menyuruh pengawal untuk menemaninya." Dahi ku berkernyit apakah ini rencana Yuen untuk menakuti ku.

"Kalau begitu panggil pengawal yang lain. Aku ingin mayat ini segera di bawa ke rumah tabib Xian Mei katakan padanya kalau aku yang menyuruh." Dayang Han membungkuk kemudian berlalu mencari pengawal.

Tak lama pengawal muncul membawa mayat ini pergi menuju rumah tabib Xian Mei. Aku menghela napas sebenarnya apa yang direncanakan Yuen untuk menggulingkan ku.

"Tuan." Suara Yuen terdengar di balik pintu. "Iya,silakan masuk." Ujarku Yuen pun masuk dia membawa dua gulung surat menyerahkan padaku. Aku membaca nama yang tertera tapi satu gulungan membuat dahiku berkerut.

"Dari siapa?" Tanyaku menunjuk salah satu gulungan surat tanpa nama. "Dari salah satu tetua di Qia Lian Do. Katanya saya disuruh untuk mengantarkannya."

Aku mengangguk. "Keluarlah." Yuen membungkuk kemudian pergi tapi sebelum itu aku merasakan ada aura yang aneh mengelilinginya. Apakah mungkin dia memiliki sihir hitam. Aku bertanya dalam hati tapi karena pekerjaan yang menumpuk jadi kugubris saja dulu.

Aku membuka gulungan surat dari Do Weiheng. Isinya,dia akan mempertemukan ku dengan tetua Qia Lian Do di rumahnya dekat bukit Tian Chen. Bukit yang terletak di timur kota Qia Lian Do perjalanan menuju kesana hanya membutuhkan satu hari perjalanan.

Kemudian,aku membuka gulungan kedua isinya kalau tetua ini tidak mau ikut andil dalam peperangan kecuali satu hal. Aku mengernyit kan dahi.

"Apakah dia tau siapa aku? Dan lagi kenapa dia meminta undangan ke istana? Apakah ini ada kaitannya dengan Yuen?" Batinku seraya memijat pelipis yang berdenyut.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. "Siapa?" Teriakku seorang pria dengan surai putih muncul. Aku terperangah melihatnya pasalnya dia mengacungkan pedang dengan tatapan nanar.

"Li Shang!" Teriaknya kencang aku menelan ludah. "Kenapa? Kenapa kau harus menghabisi Yuan?" Aku terdiam tubuhku gemetar aku mencengkram erat surat yang kupegang.

"Li Shang jawab aku jangan hanya diam saja!" Entah kenapa kata kata nya membuat aku sakit hati. Aku merasakan ada amarah yang terpendam disana.

"Aku terpaksa melakukannya." Do Jian menatap ku tajam. "Terpaksa?" Aku menghela napas berusaha tenang. Jadi,selama ini Do Jian tidak menganggap ku ada dan hanya cuma belas kasihan karena aku setengah vampire. Benar benar menyedihkan makhluk yang tidak punya ketetapan hidup yang ingin memiliki cinta.

Dan merasakan cinta ternyata malah menghadapi takdir yang rumit. "Dia berusaha menghabisi ku dan aku hanya melakukan pembelaan." Ujarku lembut tapi Do Jian tidak mengidahkan perkataan ku.

Do Jian meletakkan ujung pedangnya di leher ku bersiap menusuknya. Aku hanya pasrah dan tersenyum.

"Apa yang kamu ketawain, hah? Apakah ajal mu di tanganku atau kamu takut dengan kematian?" Napas Do Jian menderu aku bisa merasakan ada ketakutan di sana.

"Do Jian,apakah dengan menghabisi ku Yuan akan kembali?" Tanyaku membuat Do Jian murka. "DIAM!" Teriak nya keras membuat beberapa pengawal masuk ke kamarku. Mereka hendak meringkus Do Jian tapi ku tahan.

Do Jian menoleh mendengus. "Lihatlah,bahkan pengawal ku malah setia padamu." Aku tersenyum lebih tepatnya mengejeknya. "Do Jian,apa kamu lupa? Atau perlu kuingatkan lagi kejadian itu?" Do Jian menusuk leherku perlahan membuka lapisan kulit ku yang menyebabkan darah keluar.

Aku meringis kesakitan Do Jian tertawa pelan. "Aku tak menyangka kamu bisa merasakan sakit."

"Tentu saja, karena aku juga manusia." Do Jian berdecih. "Manusia? Kamu bukan manusia. Manusia tidak pernah saling membunuh. Kamu itu mesin pembunuh. Pembunuh!" Kata terakhir yang kudengar menyakiti telingaku.

Aku memegang pedangnya meninggalkan goresan di tanganku. Pengawal yang melihat tak bisa berbuat apa - apa tanpa perintah dariku.

"Pembunuh? Kalau begitu aku akan tunjukkan apa itu arti dari kata pembunuh." Aku menarik pedangnya membuat kedua mata kami bertemu. Aku menyeringai suara detakan jantung Do Jian terdengar keras seakan mau meledak.

Terpopuler

Comments

wina fahira

wina fahira

ni thornya lg sbuk ya..kok lm sih up nya..aku kn pnsaran thor ama klnjutanyaa

2019-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!