Episode 3

Aku memperhatikan mereka Yuan menangis sejadi jadinya. "Yang mulia aku mohon biarkan saja aku yang menjadi tawanan mereka."

Putra mahkota menatap ku tajam. "Tidak,kalian cepat lah pergi. Aku akan baik baik saja." Mereka menunduk sedih. "Maafkan kami, yang mulia." Mereka berlarian keluar meninggalkan putra mahkota sendirian.

"YANG MULIA, TIDAK!! LEPASKAN AKU!! YANG MULIA!!" Teriak Yuan pilu namun tak ada satupun yang mendengar teriakannya.

Mereka terus membawa Yuan menjauh. Aku menghampiri putra mahkota yang menunduk. "Heh,aku pikir putra mahkota adalah orang yang hebat tapi seperti nya aku sudah salah."

Putra mahkota mendongak. "Jadi,kamu Li Shang yang terkenal itu?" Ujarnya membuatku tersenyum.

"Aku tak menyangka jika orang seperti ku terkenal." Putra mahkota terkekeh. "Tapi,aku tak menyangka jika kamu seseorang yang sangat bengis." Ujar nya tajam.

"Dan,kamu juga telah membunuh nenekku dasar pembunuh." Aku mengeluarkan pedang yong jian meletakkan di lehernya. Putra mahkota menelan ludah aku bersiap melayang kan pedang ke lehernya.

"Tuan Li Shang hentikan." Lagi aku menahan serangan menoleh. Seorang pria tua dengan usia 45 tahun menghampiri ku surai hitam dan iris yang hitam kontras dengan hanfu putih yang selalu dipakainya.

"Ada apa paman Gong Duan?" Ujarku ketus paman Gong Duan membungkuk. "Tuan,anda tidak perlu mengotori pedang anda dengan darah. Lebih baik anda bawa saja dia ke penjara."

Aku menghela napas jika paman Gong Duan berkata demikian aku bisa apa. Aku memasukkan pedang yong jian kedalam sarung.

Paman Gong Duan adalah orang yang menjagaku selama perang. Terkadang dia menasehatiku jika aku berbuat berlebihan terhadap lawan.

"Baiklah,urusan ini aku serahkan padamu." Aku melangkah memasuki istana. Dua orang prajurit mengikat kaki dan tangan lalu membawa pergi.

Aku menyandarkan diri di kursi menulis surat untuk kaisar Li Quin atau ayahanda. "Paman Gong Duan."

"Iya,tuan ada apa?" Aku menggulung surat. "Masuklah." Paman Gong Duan melangkah masuk membungkuk. Aku menyerahkan gulungan kertas. "Kirimkan ini kepada kaisar Li Quin. Dan katakan pada yang lain kita untuk bersiap esok pagi kita akan kembali."

"Baik tuan,lalu bagaimana dengan tawanan kita?" Aku mendesah. "Tentu saja kita akan membawanya."

.....

Setelah perbekalan sudah dikemas kami akan berangkat melakukan perjalanan pulang tak lupa putra mahkota ikut serta.

"Apa semua sudah siap?" Tanyaku memimpin didepan. Mereka mengangguk kecuali putra mahkota yang mendengus.

Aku memacu kuda dengan cepat meninggalkan Qian Lian Do. Perjalanan kali ini memakan waktu satu hari dua malam jadi kami tak perlu menyiapkan perbekalan yang banyak.

Untuk ke Wang Jian Li kami melewati desa yang terletak di pinggiran Qian Lian Do dan hutan. Kami melewati desa, rakyat yang melihat kami menepi. Aku bisa melihat kalau mereka masih takut.

Tak terasa malam sudah tiba kami memutuskan untuk beristirahat. Kami tiba di tepi hutan. "Tuan,kita beristirahat disini saja." Ujar Zhang Chagyi aku mengangguk.

Sementara yang lain sibuk mencari kayu bakar aku duduk di sisi putra mahkota yang cemberut.

Sebagian prajurit membangun tenda untuk kami tempati. Setelah,mendapat kayu mereka menghidupkan unggun untuk menghangatkan diri.

Kami pun mengeluarkan bekal menikmati di bawah langit malam yang gelap. Aku menoleh melihat putra mahkota yang tak nafsu makan.

"Apa kamu lapar?" Putra mahkota menatapku sinis. "Heh,aku tak butuh makanan dari pembunuh seperti mu." Zhang Chagyi yang mendengar mengeluarkan pedangnya aku menahan nya.

"Tuan,dia sudah bersikap kurang ajar terhadap anda. Dia pantas di hukum biarkan aku memberi pelajaran padanya." Aku menggelengkan kepala.

"Biarkan saja dia memang pantas bersikap seperti itu padaku." Ujarku menyantap bekalku. "Bagus jika kamu sadar jangan harap aku akan.."

KRUYUK.. KRUYUK...KRUYUK

Kami semua menoleh ke asal suara. Putra mahkota menunduk malu. Sontak Zhang Chagyi dan paman Gong Duan serta pasukan tertawa terbahak.

Aku menahan tawa menghampiri nya memberikan bekal. "Makanlah." Putra mahkota menatap ku ragu tapi mengambilnya juga.

"Siapa namamu?" Putra mahkota melirik ku. "Aku pikir kamu tau siapa aku." Aku tersenyum tipis menggelengkan kepala. "Jika aku tau aku tak mungkin bertanya." Sahutku membuat nya terdiam.

"Namaku Do Jian putra mahkota kerajaan Qian Lian Do." Ujarnya aku mengangguk. "Do Jian." Gumamku lirih.

......

Sorak sorai rakyat terdengar menggema memenuhi halaman istana. "Li Shang! Li Shang! Li Shang!"

Teriakan mereka sahut menyahut menyambut kepulanganku. Aku tersenyum melihat mereka. Do Jian mendengus sebal.

"Selamat datang Li Shang." Ayahanda menyambut kedatangan kami. "Hormat pada yang mulia kaisar Li Quin semoga anda di berkati dan berumur panjang." Ujar kami memberi salam serempak.

"Dayang antarkan tamu kita ke balairung istana." Beberapa dayang menghampiri kami aku mengikuti mereka.

Di balairung istana aku menopang dagu menghela napas panjang. "Tuan,setelah kita melakukan perang apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

"Mungkin kita akan istirahat dulu. Lalu,bagaimana denganmu?" Zhang Chagyi tersentak.

"Tentu saja saya akan mengikuti kemana pun tuan pergi." Aku menunduk dalam merasa sedih mendengar perkataannya.

"Ah,lebih baik kamu masuk kedalam pasukan inti kerajaan." Zhang Chagyi menatap ku tak percaya. "Bagaimana bisa tuan berkata demikian? Saya bahkan belum bisa menguasai pedang dengan sempurna." Tukasnya.

Aku menggelengkan kepala. "Aku tidak mau mendengar protesmu. Aku akan membicarakan ini dengan kaisar."

"Tapi..." Kalimatnya terpotong ayahanda menghampiri kami. Sontak kami langsung membungkuk hormat.

"Selamat datang yang mulia kaisar Li Quin semoga anda diberkati dan berumur panjang." Ayahanda duduk terlebih dahulu kami mengikutinya.

"Bagaimana keadaan selama di medan perang?" Tanya ayahanda memperhatikan kami satu persatu.

"Semua berjalan lancar kami berhasil memenangkan pertempuran berkat tuan Li Shang." Ayahanda tersenyum sumringah.

"Ehm,sebagai hadiah aku akan mengabulkan satu permintaan Li Shang. Katakanlah apa yang kamu inginkan?" Aku melirik Zhang Chagyi.

"Maafkan saya yang mulia saya hanya menginginkan Zhang Chagyi bergabung ke dalam pasukan inti kerajaan." Ayahanda mendesah kecewa dengan jawabanku.

"Padahal aku sangat berharap jika kamu yang masuk kesana." Aku menggelengkan kepala. "Saya masih belum pantas untuk masuk kesana."

"Tuan." Ujar Zhang Chagyi lirih. "Baiklah,jika itu permintaan mu akan ku kabulkan. Dan untuk perayaan kemenangan kalian silakan nikmati arak ini." Kami bersulang merayakan kemenangan.

Setelah,perang aku memutuskan bersantai di taman istana menikmati indahnya bunga yang bermekaran.

"Shuwang." Aku menoleh seorang pria berusia 23 tahun menghampiri ku surai nya yang hitam dengan iris ruby.

"Ada apa lagi kak Luan?" Kak Luan cengengesan. "Besok temani aku keluar. Tapi,aku ingin kamu menjadi Li Shang." Aku menggelengkan kepala.

"Shuwang, aku mohon sehari saja. Jadilah, Li Shang sehari saja." Aku mendesah jika menolak permintaan kak Luan ayahanda akan memarahiku. "Baiklah." Kak Luan berlonjak senang.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Satu 🌹 lagi buat Panglima Li Shang, sang dewa perang, keren deh gayamu, i like it.

2022-10-07

1

Emonee

Emonee

aku mampir lagi lanjut

2020-10-04

1

Sept September

Sept September

Hi kak aku mampir

2020-07-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!