BUM! Suara ledakan terdengar memekakkan telinga, aku dengan cepat membuat tameng menghindari tanah yang berserakan terbang.
Kakak ketiga hilang bersama kepulan debu. Aku tetap waspada mencari keberadaan kakak ketiga.
Semburan api muncul dari atas aku menghilang lalu muncul disisi lain. Napasku tersengal api yang tadi cukup besar. Kakak ketiga berdiri tak jauh dari ku menatapku dingin.
Tubuhnya di selimuti aura hitam aku mengatupkan rahang. Aku baru tau kakak ketiga memiliki aura hitam yang kuat. Dia menyeringai menatapku. Aku tersenyum kali ini bukan lagi latihan namun pertandingan.
Kakak ketiga mengangkat tangannya cahaya keluar membentuk kepalan tangan. Aku membuat tameng berusaha menahan serangan kakak ketiga. Kakak ketiga melepaskan cahaya terang yang menyilaukan ke arahku. BUK! SRAK! KREAK! Tamengku retak menahan serangan dari kakak ketiga.
Aku menghilang dan muncul didepannya. Aku meletakkan telapak tangan dan membentuk bayangan hitam seperti pedang.
Pedang yang diselimuti aura hitam mengarah ke kakak ketiga. Kakak ketiga bergeser membuat serangan ku tidak mengenainya aku menyeringai.
Pedang itu muncul dari bawah bayangan kakak ketiga dan menyerang nya tanpa ampun. Kakak ketiga menghilang dan muncul di tempat lain.
Suara desiran angin terdengar aku membentuk topan mengarahkannya ke kakak ketiga. Kakak ketiga kaget melihat topan mengejarnya dan menghantamnya. Tak mau tinggal diam kali ini dia menggunakan angin sebagai pisau tajam.
Pisau yang melesat cepat melukai tubuhku membuat luka ku kembali terbuka. "ARGH!" Rasa sakit semakin mencekam. Aku lupa nasihat tabib mengenai luka ku.
Darah mengucur membasahi tanah. Kakak ketiga masih menatap ku tenang seakan aku adalah lawannya. "Tuan!" Teriak mereka, aku mengangkat tangan kembali diam.
Aku sudah kehabisan mantra, kutatap darah yang membasahi tanah. Lalu,mendongak melihat kakak ketiga bersiap melepaskan anak panah api.
"Darah,iya tinggal jurus itu. Akan kugunakan." Aku membaca mantra membuat darahku terkumpul dan membentuk tameng. Suara riuh terdengar sayup.
Panah api melesat cepat menghantam tamengku. Aku memejamkan mata mengangkat jari telunjuk dan membuat tameng ku mengeluarkan duri tajam.
Aku membuka mata dan membuat duri itu terbang mengarah kakak ketiga. Kemudian,perlahan tameng ku luruh bersamaan jatuhnya kakak ketiga.
Tubuh kakak ketiga dipenuhi luka dia meringis kesakitan. Aku terduduk darah masih membanjiri hanfu beberapa orang mendekat membantu kakak ketiga.
"Tuan!" Pekik mereka serempak pandangan ku mulai gelap dan aku jatuh terjerembab.
Mataku mengerjap terpapar cahaya yang menyilaukan. Aku membuka mata dan melihat sekeliling. Sepi dan sunyi tak ada suara apapun yang terdengar.
Aku beranjak duduk menatap keluar jendela yang tak jauh dari ranjang tempat aku berbaring. Aku menghela napas.
"Tuan,anda sudah bangun?" Aku menoleh Yuen berdiri membungkuk hormat. "Iya, sudah berapa hari aku tak sadar?" Tanyaku. "Sudah dua hari tuan." Aku mengernyit teringat kakak ketiga.
"Lalu,bagaimana keadaan Li Lian?" Aku jadi cemas keadaan kakak Li Lian mungkin saja dia terluka parah akibat latihan kemarin.
"Dia baik baik saja, tuan. Tapi, saya dengar dia kembali ke perguruan Lieren." Aku menghela napas.
"Kalau begitu kamu keluarlah dari sini." Ujarku Yuen tak bergeming aku menatapnya tajam. "Apa kamu tak mendengar perkataan ku?" Yuen seperti mengenggam sesuatu.
"Tuan, ada seseorang yang mencari tuan. Dia menyerahkan ini kepada saya untuk disampaikan kepada anda." Ujarnya menyerahkan selembar surat. Aku mengambil nya dan menyuruhnya pergi.
Aku membuka surat dan membacanya dahi ku berkerut. Ini dari Do Jian dia menanyakan keberadaan putri Li Shuwang dan mengajakku bertemu. Aku tertawa geli melupakan sakit yang kuderita.
Do Jian pria aneh yang baru ku temui namun aku merasakan perasaan akrab. "Baiklah,kita akan segera bertemu." Gumamku. Aku beranjak bangkit mencari hanfu. Tapi,tak yang cocok.
"Yuen!" Panggilku Yuen membungkuk. "Yuen,cari hanfu wanita dan ini uang untukmu." Aku melemparkan sekantong koin emas. Yuen menatapku kebingungan tapi tetap menjalankan perintah yang kuberikan.
"Do Jian kita akan segera bertemu." Batinku menatap mentari yang bersinar.
......
"Tuan,anda hendak kemana?" Tanya Yuen mengikuti langkah ku. "Bukan urusanmu." Jawabku acuh.
"Jangan ikuti aku. Aku ingin pergi sendiri." Aku menoleh menatap nya tajam, Yuen menghentikan langkahnya terdiam.
Aku kembali melanjutkan perjalanan menuju ke penginapan kakek Baojia. "Selamat datang tuan." Aku mengangguk.
"Apakah ada kamar kosong?"
"Ada tuan, mari saya tunjukkan." Aku mengikutinya. "Ini tuan kamarnya dan juga kuncinya." Aku menerimanya kemudian masuk kedalam dan mengganti pakaian.
Aku memakai tusuk sanggul pemberian kak Luan. Setelah itu,aku keluar semua mata menatapku.
Aku bersenandung pelan dia mengajakku bertemu di jembatan Waiyung. Kata mereka disana adalah pertemuan orang orang penting.
Perasaan ku semakin senang tatkala kulihat dia menunggu ku. Aku mendekat menemuinya, menyapanya dan mengobrol dengannya.
"Putri!" Do Jian terperangah melihatku. Aku menyunggingkan senyum. "Do Jian,aku pikir kita tidak akan bertemu disini. Ternyata kita malah bertemu benar benar takdir."
Do Jian tersipu malu dia memalingkan wajah. "Kamu menunggu siapa?" Aku celingak celinguk mencari seseorang.
"Aku hanya menunggu seseorang. Ada yang mau kubicarakan dengannya. Tuan putri anda sedang apa disini? Dan,lagi tanpa pengawalan."
"Iya,aku hanya sedang ingin kemari saja." Ujarku bohong alis matanya bertaut menatapku. Do Jian menghela napas kemudian menarik lenganku menuju suatu tempat.
"Kenapa?" Tanyaku Do Jian membawaku ke dekat hutan Shang Huang. Aku merasakan ada aura vampir disana. Aku menarik mundur membuat langkah Do Jian terhenti, dia menoleh.
"Ada apa?" Aku menggigit bibir bawah. Aku merasakan ketakutan. Ada aura yang sangat besar berusaha mencengkram ku.
Padahal ini bukan pertama kali nya aku kesini. Tapi,kenapa aura nya bisa sekuat ini?.
"Putri Shuwang!" Panggilnya keras membuat aku tersentak. Aku menatap matanya tangannya menyentuh bahuku mungkin dia mengguncang bahuku supaya aku segera sadar.
Do Jian menurunkan tangannya. Surai nya yang putih diterpa angin membuat wajahnya tertutupi. Aku menyibak anak rambut yang menutupinya. Do Jian mundur mungkin dia kaget karena aku menyentuh nya.
"Pu-putri, apa anda merasakan ada yang aneh?" Aku mengangguk.
"Ada vampir disini. Mereka seperti nya dari Xieede. Tempat vampir peminum darah manusia dan lagi mereka terkenal paling sadis. Setelah,mengisap darah mereka akan membunuhnya atau lebih gawat lagi menyiksanya sampai darahnya mengering."
Do Jian mangut mangut berusaha memahami penjelasan yang kuberikan. "Apakah ada cara untuk mengusir mereka?" Aku mengangguk.
"Bagaimana itu?" Do Jian menanti jawaban ku dengan tidak sabar. "Hanya Li Shang yang bisa melakukannya."
Do Jian mengepalkan tangan menahan geram. Aku menyentuh bahunya tersenyum tipis.
"Aku tau kamu masih marah padanya. Tapi,dia melakukan itu semua karena terpaksa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Sejahtera
Semangat Kakak
2021-03-16
1
Anita
wkkk....siapapun kita, typo itu wajar 😊
2020-12-06
1