Siang itu Arin, Rey dan Raline pergi ke gedung yang telah di sewa untuk melihat seberapa persen persiapan acara pertunangannya. Acara itu akan berlangsung esok harinya.
Terlihat di depan gedung, dinding-dinding telah di hias kain bernuansa pink dan putih, bunga-bunga dan pita cantik. Pajangan berupa tanaman kecil di letakkan di pinggir
"Lihat sayang, dari luar gedung sudah terlihat betapa cantiknya hiasan-hiasan itu. Aku yakin ketika masuk nanti mereka akan lebih terpesona melihat dekorasi yang aku pilih," ucap Arin bangga dengan pilihannya.
"Ya sayang, mereka pasti akan suka dengan dekorasi pilihanmu." ucap Rey dengan senyum dipaksakan. Sebenarnya Rey merasa warna pilihan Arin sangat buruk, tapi tak apalah selama kekasihnya bahagia.
Tetapi yang terjadi saat Rey memasuki gedung itu, ia justru teringat akan bayangannya ketika bersama Liana. Mereka pernah datang ke gedung itu saat pernikahan temannya Rey.
Rey ingat betul Liana pernah mengatakan jika menikah nanti, ia ingin memilih gedung ini untuk menjadi tempat pesta pernikahannya karena terdapat ukiran cantik pada dinding, juga atap dengan hiasan beberapa lampu gantung menambah kesan klasik.
Berbeda dengan Arin yang menambahkan kain di setiap sisi dinding menutupi kesan klasik pada dinding tersebut. Bahkan Dekorasi atap juga di tutupi dengan kain berbahan satin. Padahal atap gedung itu telah banyak hiasan lampu gantung yang cantik dan akan terlihat elegan jika lampunya dihidupkan.
"Wah bagus sekali Arin. Yang mama paling suka ada kolam dibawah panggung," ucap Raline yang tidak tahu gedung ini sebagus apa aslinya.
"Kenapa perasaanku gak enak ya ketika teringat akan Lian, apakah aku belum rela melepaskannya. Atau terjadi sesuatu padanya?" batin Rey yang tak menghiraukan percakapan Arin dan Ibunya.
Arin mengusap bahu Rey pelan, seketika Rey menoleh.
"Kamu kenapa Rey, sepertinya pikiranmu lagi di tempat lain?" tanya Arin.
"Hemm biasalah pekerjaan kantor, ada sedikit masalah," ujar Rey berbohong agar Arin tidak marah.
"Kalau sedang ada masalah, lebih baik nak Rey kembali saja ke kantor. Agar besok saat acara pertunangan kalian. Kalian benar-benar fokus terhadap acaranya. Tidak memikirkan hal lainnya," sahut Raline menasihati.
"Ya benar kata Ibu, kamu selesaikan dulu urusanmu sayang. Biar Ibu yang nemenin aku. Nanti selebihnya aku kabarin lewat telepon." ucap Arin mencoba pengertian. Tetapi dalam hati sebenarnya, setelah ini Arin ingin mengajaknya pergi ke toko perhiasan, ia ingin membeli beberapa perhiasan untuk di pamerkan saat acara pertunangannya.
"Lalu nanti pulangnya Ibu dan kamu naik apa?" tanya Rey.
"Kita bisa naik taksi, udah sana kamu urusin pekerjaan kamu dulu,"
"Ya sudah kalau begitu, Ibu Rey pamit balik ke kantor ya, Sayang aku tinggal dulu ya?" pamit Rey.
"Iya, hati-hati ya," jawab Raline
"Iya sayang, hati-hati semoga masalah kantornya cepat selesai," balas Arin.
Rey kemudian pergi, bukan kembali ke kantor melainkan ke kampus Liana untuk sekedar melihatnya meski dari jauh.
Beberapa jam menunggu Rey yang sudah berada di kampus Liana, belum juga melihat batang hidungnya. Ia pun bertanya pada satpam setempat yang akrab dan mengenal Liana.
Satpam itu mengatakan jika dirinya melihat Liana berangkat, tetapi dia belum melihatnya pulang. Yang ia lihat hanyalah Tri, sahabatnya yang juga biasanya mereka selalu pulang bersama.
"Semoga saja Liana sudah pulang dengan Tri, entahlah perasaanku makin tak karuan," gumam Rey yang kemudian kembali ke kantornya.
Disisi lain Yuan Ye tak sengaja memecahkan figura yang terpajang di meja kantornya. Ia juga seperti Rey, mendadak perasaanya menjadi tidak enak. Seperti akan ada pertanda buruk yang terjadi. Foto dirinya dengan Liana sewaktu kecil menjadi retak.
"Jika di ingat-ingat, Aku dan anak-anak sudah lama tidak berfoto lagi. Sekarang mereka sudah dewasa, tapi kenapa firasatku tak enak ya?" gumam Yuan Ye.
***
Sementara itu beberapa jam kemudian di kediaman Nyonya Mary.
"Ma, kita tidak harus mengurung D, lihatlah aku tidak tega melihatnya." ucap Bella yang kasihan terhadap putranya.
"Aku harus melakukan itu Bella! Ini demi nyawa D," ucap Mary, neneknya Tuan D.
Beliau bersikeras terhadap apa yang dilakukannya saat ini. Ia mengurung D semata-mata demi keselamatannya sendiri. Jika D terpancing keluar maka mereka akan berperang kembali melawan Adiknya yang sudah berubah menjadi beringas dan pembunuh kejam. Drakula yang selama ini mereka takutkan. Mary telah kehilangan anaknya lebih tepatnya Ayahnya Tuan D dan kini ia tak mau jika cucunya juga direnggut.
Berkali-kali Tuan D meronta dan berteriak. Tetap saja Nenek tak menghiraukannya. Dirinya masih terkurung di peti mati. Kekuatannya bahkan tak mampu menandingi segel ghaib yg di ciptakan neneknya itu.
Kemudian ia kembali teringat, portal yang ratusan tahun lamanya tertutup itu dapat terbuka karena Liana pernah menyentuhnya tanpa sadar.
"Cincin ini mengandung setetes darah Liana. Jika aku menghancurkannya apakah segel itu akan terbuka? tapi aku tak yakin. Jika perkiraan ku salah, aku tak dapat merasakan hidup seperti yang Liana rasakan." batinnya.
"Tak ada salahnya dicoba, toh hanya sekedar cincin." .
gumamnya.
Ia berharap dengan hancurnya cincin itu, segel dapat terbuka. Jika benar itu artinya ia tak akan bisa lagi berdetak dan merasakan menjadi manusia.
Tuan D tidak perduli, baginya nyawa Liana seribu kali lebih penting darinya. Kemudian ia mulai memecahkan cincin mistisnya. Cincinnya di hantamkan ke peti kayu nya dan kemudian pecahlah.
Bug...Crack
"Berhasil, Aku harus menyelamatkan Liana,"
Seketika itu juga Tuan D dapat keluar dari portal ghaib yang di w diciptakan Neneknya. Neneknya kemudian mengetahui bahwa portalnya telah di rusak. Menjadi gelisah dan menyuruh semua anggota keluarga menyusul ke tempat Tuan D tuju.
"Bella, Lauren, Martin kumpul kan pasukan. Kita akan berperang kembali." perintah Nyonya Mary yang tak bisa di lawan.
Semua bergegas memanggil keluarga dan pengikutnya. Mereka yang sudah lama tak menggunakan kekuatan, juga tak mengkonsumsi darah manusia. Merasa khawatir jika mereka kali ini akan kalah.
"Ma, Aku tak bisa ikut perang kali ini. Sudah lama aku tak menggunakan kekuatanku, aku ragu," ucap Lauren
"Lebih baik kita pergi berperang dari pada tidak sama sekali," ucap Nenek yang tidak terima bantahan.
Martin, suami Lauren turut membela perkataan istrinya.
"Mama tidak bisa memaksakan kehendak Mama sendiri, jika terjadi sesuatu pada Lauren apakah Mama mau bertanggung jawab? Kita akan menjadi pasukan terbodoh sepanjang masa karena berperang tanpa persiapan!" pekik Martin dengan nada marah.
"Sudahlah jika kalian tidak mau! siapa saja yang mau ikut silahkan. Meskipun kalah jumlah, yang aku butuhkan hanyalah yang peduli pada keluarganya sendiri. Ayo Bella," sahut Nyonya Mary kesal.
Tak banyak yang ikut berperang, dari 100 pengikutnya hanya 10 yang berani maju.
Transylvania, tidak jauh dari Bukares tempat yang mereka diami sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R🍌 ᷢ ͩ𝑚𝑖𝑠𝑡𝑒𝑟ᵇᵃⁿᵃⁿᵃ
semoga si Rey mau nolongin Liana
2022-11-19
0
@𝙍⃟• ꪚε૨α✰͜͡w⃠💯༈•⃟ᴋᴠ•
Makin Seru Thor
2022-02-03
1
𝕎⃠𝕝𝕚𝕜𝕒🐊💯🌲 вoͨѕͤѕͦ✰͜͡v᭄
yuk tuan d kau bantu do'a🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-01-08
1