Liana pergi ke ruang makan untuk sarapan, disana sudah ada Ayah, Ibu dan Arin. Sambil berjalan dengan kesal Liana melempar pakaian yang ia kenakan tadi malam. Dress yang terdapat sobekan di bagian lengan dan pinggang.
"Ahh sialan, adik tidak punya sopan santun. Untuk apa kau melempar pakaian kotor ini ke muka ku!" Ucap Arin dengan nada marah.
"Liana, Ayah tidak pernah mengajarimu tidak sopan seperti itu! apalagi kita sedang makan!" Ucap Yuan Ye
"Sekarang minta maaf pada kakakmu," sahut Raline, Ibu Liana.
"Tidak Bu, Kak Arin yang seharusnya minta maaf padaku. Pakaian Itu bukti karena semalam aku di datangi preman dan mereka mencoba memperkosa aku! Kak Arin, kau juga tahu sendiri kan orang luar tidak diijinkan masuk saat sedang ada acara. Dan preman itu masuk saat acara itu sudah selesai. Itu artinya aku tidak bohong, Aku ada disana hingga Lounge itu tutup. Bodohnya aku menunggumu saat itu!" Jelas Liana dengan panjang lebar.
"Lihat Bu, dia terus memojokkan aku. Padahal siapa yang duluan sampai dirumah? Dia kan?"
"Lalu dengan siapa kau semalam, kenapa bisa pulang sampai subuh?" Ucap Liana.
"Cukup Liana? Aku tidak ingin darah tinggi ku kumat! Kakakmu sudah bilang dia tidak meninggalkan mu. Dan kamu juga mengatakan jika tidak meninggalkan kakakmu. Anggap saja kalian berselisih di jalan. Soal preman itu hal biasa jika mereka masuk ke dalam Lounge," sahut Raline mencoba melerai adik kakak itu.
"Ehemm maaf semuanya, Saya mengetuk pintu didepan tapi tidak ada jawaban," ucap seorang pria dengan suara nge-bass. Mendengar suaranya saja sudah membuat jantung Liana berdegup kencang.
Suara khas Rey, mantan kekasih Liana. Rey memutuskan tali kasihnya dengan Liana setelah tiga tahun ini mereka berpacaran. Dan seminggu ini Rey sudah menjalin kasih dengan Arin. Liana sempat tak percaya begitu cepatnya Rey melupakan Liana dan kenapa harus Arin yang menjadi kekasihnya.
"Oh nak Rey, masuk sini, ayo duduk, kita sarapan bersama," ajak sang Ayah.
Rey tersenyum dan menganggukkan kepala, dia sama sekali tidak memandang Liana yang berdiri tepat di hadapannya. Rey duduk dan Liana memilih pergi meninggalkan ruang makan. Dia berbalik, tak terasa bulir bening di matanya jatuh begitu saja. Liana masih belum bisa melupakan cinta pertamanya.
"Hey Liana, mau kemana? kemari cepat! ada yang Ingin Ayah bicarakan," ucap Yuan Ye
"Aku tidak lapar, Aku mau ke kampus segera," Liana menolak.
"Liana, duduk!" perintah Raline seraya menatap tajam dan menyuruhnya untuk duduk dengan sorotan matanya.
Liana kembali dan duduk untuk sarapan. Terlihat Arin sedang menyuapi Rey dengan sikap manis dan manjanya. Tapi bagi Liana itu sikap itu tidak tulus.
"Begini, Kakek Ye dan Nenek, besok lusa akan kemari," ucap Ayah memulai pembicaraan yang sepertinya serius.
"Kakek dan Nenek akan kemari? kapan Yah? biasanya Kakek akan datang jika kita ada acara besar, memangnya akan ada acara apa, Yah?" Tanya Liana.
"Loh memangnya kamu tidak tahu? Arin dan Rey akan segera bertunangan," jelas Raline.
"Apa?" Tanya Liana tak percaya.
"Iya kenapa? Kamu sepertinya tidak suka jika aku bertunangan dengan Rey?" Terka Arin yang tersenyum kecut.
"Bu-bukan seperti itu," hardik Liana.
"Halah ngaku aja?"
"Aku terkejut karena itu sangat mendadak sekali, bukan karena aku tidak suka," jelas Liana seraya melihat Rey yang juga menatapnya datar.
"Hemm Liana," panggil Ayah seraya menaruh sendok dan garpu
"Ya,"
"Ayah minta tolong padamu Liana, tolong jangan bersikap seperti anak kecil. Jangan bertengkar. Kalian tahu sendiri kan? Kakek Ye sangat tidak suka jika melihat cucunya bertengkar," ujar Ayah.
"Dan soal masalah preman, lupakan saja. Jangan diungkit lagi. Toh kamu juga baik-baik saja kan?" Timpalnya lagi.
Apa-apaan ini kenapa hanya aku yang Ayah tegur. Dan kenapa Ayah tidak cemas tentang aku yang di kejar preman. Apakah aku anak kandungnya?
"Oh ya Ayah, mumpung ada Rey disini, dia bisa menjelaskan bahwa Aku di Launge mencari-cari keberadaan Liana hingga Launge itu tutup. Kalau tidak percaya Rey saksinya." ucap Arin.
Hah Syukurin kamu Liana, kali ini aku yang akan menang, Ayah lebih percaya aku.
"Rey bisa kau jelaskan?" Tanya Ayah
"Ya benar Om, waktu itu pesta sudah usai. Lounge sudah tutup tetapi saya kembali lagi karena kunci saya tertinggal. Untung saja masih ada karyawan disana. Lalu saya melihat Arin berjongkok di pintu masuk Launge. Dia menangis mencari-cari Liana, bahkan Arin khawatir jika sesuatu terjadi dengan Liana. Karena di pesta itu juga ada orang asing, Arin takut jika Liana di bawa laki-laki hidung belang," jelas Rey panjang lebar.
"Dengar sendiri kan Yah? Aku dan Rey mencari-cari Liana di sekitar jalanan dan meneleponnya hingga tak terasa sudah larut, aku menginap di rumah Nana yang dekat dengan tempat Launge tersebut," ucap Arin.
"Memangnya kenapa sayang? Apa Ayah tidak percaya padamu?" tanya Rey.
"Ayah mana mungkin tidak percaya, karena aku ini jujur. Tetapi Dia menuduh ku sayang, dia menuduhku jika aku menyuruh preman itu untuk mencelakainya," ucap Arin menunjuk Liana.
"Ya aku sendiri percaya dengan Arin, dia anak tersayang ku tak mungkin dia menyuruh preman untuk mencelakai Liana," jawab Yuan Ye
"Liana atas dasar apa kamu menuduh Arin seperti itu. Tak ku sangka Lian hatimu ... ,aku rasa aku memilih pilihan yang tepat," ucap Rey
Liana mengepalkan tangannya ingin sekali dia berteriak dan menusuk-nusuk Arin yang mulutnya sangat berbisa. Percuma saja Liana menjelaskan tetap tak akan ada yang mendengar.
"Andai saja aku bertemu dengan detective Wasabi, dia pasti akan membongkar semua kebusukan mu," ucap Liana seraya meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamar.
"Kak Arin, aku tahu kamu baik di depan semua orang. Aku yakin preman itu pasti suruhan mu. Kalau tidak kenapa dia mengincar aku. Kenapa kamu selalu jahat. Merebut apa yang aku miliki. Dulu kamu merebut masa kecilku. Mainan ku, kasih sayang orang tuaku, teman-temanku dan sekarang Rey? Kenapa harus dia...hiks..hiks...." gumamnya dengan lirih di dalam kamar sembari menangis. Segera dia hapus air mata dan bersiap berangkat ke kampus.
****
Disisi lain, seorang wanita tua duduk dengan cemas, memikirkan cucu kesayangannya yang selalu berbuat ulah.
"Gadis itu tidak boleh terlalu dekat dengan D. Kehadirannya bisa membawa malapetaka. Entah dari mana dia dapat membuka portal yang sudah lama ku tutup padahal aku telah menyegelnya dengan air suci," ucap Wanita tua yang tak lain adalah Nyonya Mary, Nenek dari Tuan D.
"Lalu apa rencana Mama? Apakah kita harus berpindah lagi?" tanya Bella, Ibu Kandung dari Tuan D.
"Kita lenyap kan gadis itu," ucap sang Nenek.
"Aku tidak mengijinkan Nenek menyentuh jodohku," ucap Tuan D yang datang tiba-tiba.
"Jodoh? Apa kau yakin dia Jodohmu?" tanya Nenek
"Aku telah menandai darahnya dan meneteskannya di batu cincin ku, dan sesuatu yang ajaib muncul. Batu itu berubah warna menjadi merah dan jantungku berdetak," ucap Tuan D
"Mustahil!" Ucap Nenek Mary dan Bella bersamaan.
"Jantung yang telah lama mati tak mungkin berdetak, kecuali dia orang terpilih. Mama, dia dapat menyelamatkan kita," ucap Bella pada Mary, Ibunya dengan wajah berbinar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
andai memank detektif wasabi ada aku juga mau kenalan 😂
2024-06-26
1
Lionel
gua paling gak suka banget anjirt sama orang yang kaya Arin gitu, apalagi soal keluarga. kalo soal temen sii bisa nyari lagi tapi keluarga paling sakit sii
2023-06-03
1
Lionel
bacot lu rey
2023-06-03
1