Kemacetan terjadi di jalan ke arah kampus Liana. Angkutan Umum yang Liana tumpangi ikut berhenti karena kemacetan. Banyak kendaraan didepan yang juga terhenti. Di sebelah kanan trotoar banyak masyarakat berkerumun.
"Maaf penumpang semuanya, kelihatannya kita akan macet lama disini," ucap sopir pada penumpang dibelakang.
"Ada apa sih itu? kecelakaan?" tanya ibu-ibu yang penasaran melihat kerumunan yang padat bahkan ada yang membawa kamera untuk memotret-motret.
Liana berpikir sejenak memperhatikan lokasi yang dikerumuni, "Bukankah itu tempat dimana preman itu dibunuh? Kalau itu benar berarti soal drakula itu juga benar? Ahh sial kenapa aku tidak dapat mengingat dengan jelas, Aku hanya ingat tentang preman itu mengejar ku dan setelah itu aku tidak tahu kejadiannya? Apakah saat itu aku mabuk? Sepertinya tidak," batin Liana.
Seketika pikiran Liana terus mencoba mengingat-ingat kejadian semalam dan tentang mimpi buruknya. Tapi ingatannya tak mampu mengingat dengan jelas. Terutama tentang Tuan D, antara yakin dan tidak yakin.
"Bukan kecelakaan Bu, apa ibu tidak membaca koran pagi ini? Ada seorang pria tewas dengan tusukan di jantungnya dan darah yang dimilikinya sudah mengering. Bahkan setelah di autopsi jantungnya kering tidak ada cairan darahnya. Padahal jika itu mayat baru, tidak mungkin mengering seperti itu. Seperti habis di hisap, kabarnya di duga ada monster atau sebangsa vampir yang menghisap darah itu," jelas sopir yang memberikan informasi sesuai yang ditulis kabar koran pagi itu.
"Ah mana mungkin ada vampir atau drakula di jaman sekarang, lagi pula itu hanya mitos!" Ucap seorang pemuda penumpang lainnya dengan yakin.
"Saya turun disini saja pak," ucap Liana sembari keluar dari angkutan umum.
Dia memilih jalan kaki ketimbang terjebak macet hingga siang. Setelah membayar ongkos angkutan umum itu, Liana berjalan sambil melihat kearah kanan trotoar.
Bulu kuduknya meremang mengingat tentang cerita dari sopir angkutan itu. Dia terus menggali bagaimana dia bisa sampai ke rumah malam itu, dan soal mimpinya kenapa Liana memanggil Tuan D. Siapa Tuan D ketika ingatannya mencoba kembali mengingat kepalanya menjadi ngilu dan sakit. Tangannya mengusap pelipisnya yang menjadi pening.
Sebuah tepukan di punggung Liana mengejutkan gadis itu. Liana menoleh dengan refleks siapa yang menepuk punggungnya.
"Kamu Tri, ku pikir ... ."
"Ku pikir apa? vampir ya hahaha," ucap Tri teman satu kelas di kampus.
"Kamu udah tau soal kabar ada yang mati terbunuh dan tanpa darah, darah itu habis mengering. Tidak ada jejak darah yang tumpah di jalankan itu," ucap Liana.
"Sudah dong, tapi aku gak percaya dengan yang namanya vampir, drakula, monster atau penghisap darah lainnya," ucap Tri.
"Aku..." ucapan Liana terhenti, ia lalu melihat sekelilingnya dan berbisik pada Tri.
"Sepertinya aku berada di tempat kejadian saat preman itu mati," ucap Liana lagi sedikit ragu.
"Maksud kamu?" Tanya Tri seraya mengerutkan dahinya.
Liana dan Tri berjalan dengan santai di trotoar sambil berbincang. Padahal lokasi kampus lumayan jauh.
"Aku juga sedikit kurang yakin, karena aku samar-samar mengingatnya," ucap Liana
"Coba kamu katakan apa yang kamu ketahui meskipun samar," perintah Tri.
"Semalam aku diajak kakakku ke pesta temannya di Lounge hotel itu," sambil menunjuk hotel yang bangunannya terlihat tinggi berada jauh di belakang mereka.
"Oh yang itu, trus? gak salah denger nih Arin ngajak kamu? bukannya dia sebel banget sama kamu?" tanya Tri.
Liana mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
"Trus dia pamit ke toilet, sampai tempat itu tutup dia tidak kembali, malah ada dua preman yang deketin aku. Mereka godain aku, colek-colek aku sampai akhirnya aku lari. Mereka sempat nangkap aku. Ih aku ngebayangin ya sampe risih. Mereka ngecoba nyium aku, tapi aku langsung tendang burungnya. Salah satunya kesakitan, aku lolos dan preman satunya sempat mau menangkap ku tapi hanya pakaianku yang tertarik hingga sobek." jelas Liana, diapun berhenti sejenak untuk ambil napas.
"Kamu kok gak telepon aku saat itu! trus kamu baik-baik aja kan?" tanya Tri dengan khawatir.
"Mana sempat Tri, jalanan juga sepi. Trus aku lihat ada cowok sedang bersandar di mobil, tepatnya di tempat orang yang mati itu. Aku memohon sama cowok itu buat nolongin aku. Dia akhirnya nolong. Trus kalau gak salah dia itu ngangkat tubuh preman itu dan nusuk jantungnya dengan kuku yang dia punya. Habis itu aku pingsan dan gak ingat apa-apa. Soal cowok itu aku juga sedikit samar, aku juga tidak jelas mengingatnya," jelas Liana.
"Jangan-jangan itu benar drakula trus dia menghapus sebagian ingatan kamu! Lian kamu gak ngucapin janji gitu kan sama cowok itu? Gak mungkin dia nolong gitu aja, pasti ada sesuatu yang dia mau," terka Tri.
"Aku gak ingat aku janjiin apa saat itu, tapi aku juga mimpi buruk. Aku di sandera sama drakula jahat, anehnya hati aku manggil nama Tuan D, Tuan D itu siapa? aku sendiri gak tau. Aku janji sama Tuan D itu aku akan menuruti semua keinginannya asal aku masih jadi manusia," sahut Liana.
"Hahaha konyol, kalau itu pasti mimpi bukan nyata Lian," ucap Tri sambil menjentikkan jarinya di jidat Liana.
"Aduh sakiit!" ucap Liana sambil mengelus-elus dibagikan yang sakit.
"Semoga aja yang nolong kamu itu manusia, buktinya kamu masih hidup kan? Satu pintaku Lian jangan pernah berjanji dengan makhluk seperti mereka," ucap Tri mengingat kan sahabatnya.
" Apa konsekuensinya jika aku melanggar?" tanya Liana
"Ya konsekuensinya bisa aja kamu di bunuh sama mereka," jawab Tri.
Tak terasa mereka yang berjalan jauh akhirnya sampai juga di gerbang kampus.
"Ke kantin dulu ya, Aku haus," pinta Liana.
"Lagian kita udah telat ini, bolos sekalian aja,"
Mereka berjalan menuju kantin kampus yang berada di samping kampus. Liana memesan satu es teh manis jumbo dan satu mie ayam. Penjual kantin itu menawarkan makanan khas Indonesia dan sangat laris disukai mahasiswa dan mahasiswi di kota tersebut, kota Bukares, Rumania.
"Huh katanya beli minuman kenapa jadi pesan mie ayam?" Tanya Tri
"Hehehe Aku tadi gak sarapan jadinya sekalian aja deh," ucap Liana dengan tawa kecil. Tetapi raut wajahnya menjadi murung seketika. Tri tau betul sahabatnya itu tidak bahagia di rumahnya sendiri.
Tri adalah sahabat Liana sedari SMP. Ada gosip panas yang menyebar hingga akhirnya tak ada yang mau berteman dengan Liana, siapa lagi kalau bukan Arin yang menyebar gosip. Arin mengatakan jika Liana tidak masuk sekolah karena mengidap penyakit HIV. Padahal saat itu Liana tidak masuk sekolah karena sakit menstruasi pertamanya. Dan banyak gosip buruk lainnya. Tetapi hanya Tri yang tidak percaya kabar itu.
"Kamu ada masalah lagi ya dirumah?" terka Tri.
Liana menjawab anggukan seraya melahap mie ayam yang baru saja datang di hadapannya. Tri juga ikut memesan mie ayam kala itu.
"Mereka tidak percaya yang ku katakan, bahkan soal aku di kejar preman pun mereka tidak khawatir sedikit pun, malah berkata seperti ini"
"Yang terpenting sekarang kamu baik-baik saja kan?" ucap Liana menirukan suara Ayahnya.
"Haduh ada ya orang tua yang gak khawatir ma anaknya sendiri,"
"Banyak di sinetron ikan terbang,"
"Hahaha..." Mereka tertawa bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wiwin Marhaeni
eleh entar pas tuan D ketemu ma kakaknya liana plg langsung klepek2
2022-12-26
0
Y⁰LªⁿDª
kalo gak baik-baik aja gak mungkin berdiri tegak di hadapan kamu atuh Tri
2022-11-20
0
T᭄ay Ang
orang tua mu memang beda dari yang lain Liana, sabar aja ya say
2022-11-19
0