"Apa? itu hutan terlarang," gumam Tri.
"Hemm kamu bilang apa Tri?" Tanya Lee
"Ti-tidak apa-apa, kamu kenapa bisa tidur di sini?" tanya Tri mencoba mengalihkan perhatian.
Lee tidak langsung menjawab, sepertinya kesadarannya belum penuh. Lalu Tri mengantar Lee ke kamar tamu dan menyuruh Lee beristirahat hingga pagi menjelang.
Sementara itu Tuan D diam-diam memperhatikan Liana yang sudah kembali tidur. Sebenarnya dia ingin datang dan memperingatkan Liana, tetapi karena Liana sudah pulas dia pun tak sanggup untuk membangunkannya. Kini dia hanya bisa menjaga tanpa sepengetahuan wanita itu.
Tuan D membelai rambut Liana dengan penuh kasih. Sebenarnya ia tak tahan untuk tidak mencicip darah wanita itu. Namun rasa cintanya lebih besar ketimbang hasratnya.
Terdengar suara pintu yang tertutup dari luar. Tuan D beranjak pergi tetapi ada tangan yang menahannya. Genggaman jari lembut itu membuat dirinya berdetak semakin kencang. Sedari tadi Liana masih terjaga ia hanya berpura-pura tidur hanya untuk memastikan perasaanya.
"Tunggu, ada yang ingin saya bicarakan," ucap Liana
Tuan D menempelkan satu jarinya di bibir Liana agar wanita itu diam sejenak sementara ada hal penting yang ingin ia sampaikan.
"Dengar Liana ini penting, sebaiknya kamu hindari Tri dari sekarang. Dan pulang sebelum fajar tanpa sepengetahuannya. Aku akan menunggumu dibawah," perintah Tuan D kemudian menghilang.
"Hah? Kenapa dia menyuruhku menjauhi Tri, kemarin dia menyuruhku menjauh dari sekarang Lee. Sekarang juga begitu setelah itu pergi begitu saja," gumam Liana.
"Sayang turuti saja perkataan ku, aku janji akan menceritakan semuanya setelah kamu keluar dari rumah Tri," Tuan D menjawab dengan berbisik di telinga Liana.
Ceklek
Liana kembali tertidur ketika pintu kamarnya terbuka. Hatinya memilih menuruti perkataan Tuan D kali ini. Tapi yang jadi keanehan adalah kenapa harus Tri yang di jauhi. Ada perasaan sulit untuk Liana menjauhinya karena mereka adalah sahabat yang tak terpisahkan.
Tri masuk ke kamar dengan perasaan bersalah. Dia harus menyerahkan Liana kepada Tuan Drakula yang Jahat. Berkali-kali Tri mengutuk dirinya sendiri. Rasa penyesalan selalu datang terlambat.
"Maafkan aku Lian," lirih Tri.
Tri lelah dengan segudang pikiran di otaknya. Tentang rasa dilemanya dan bagaimanapun juga dia harus membawa Liana secepatnya. Liana tidur dengan posisi miring membelakangi kasur Tri dan sengaja mengeluarkan suara dengkuran agar terlihat pulas. Tri tersenyum melihat Liana mendengkur. Ia pun memeluk Liana sebagai pelukan terakhir.
Liana terkejut dengan tingkah Tri yang memeluknya dari belakang.
Kenapa dia? Kenapa tiba-tiba memelukku seperti itu. Tri kamu masih normal kan?
Tak berapa lama pelukan itu mulai mengendur dan kini giliran sahabatnya yang sedikit mendengkur. Pertanda wanita itu sudah tertidur pulas karena kelelahan.
Perlahan ia menyingkirkan tangan Tri yang memeluknya. Liana segera bangun dengan hati-hati dan segera mengemasi barang-barangnya tanpa bersuara. Tak lupa ia menulis sebuah surat untuk Tri. Surat ucapan terimakasih dan pamit pulang.
Setelah menutup pintu kamar, Liana berjalan menuju pintu belakang.
Tunggu kalau aku buka pintu, itu artinya pintu ini tidak terkunci. Sedangkan saat ini masih pukul empat pagi. Begini sajalah. Kuncinya aku taruh di atas pintu di lubang ventilasi.
Tapi saat sampai di pintu belakang, Liana menjumpai Mbak Marni yang terlihat mondar-mandir sambil membawa barang belanjaan. Sepertinya mbak Marni habis belanja sayur mayur.
Marni seorang TKI yang bekerja di Negara Rumania. Ia beruntung mendapatkan majikan yang baik seperti Tri dan keluarganya. Beberapa kali Marni menggigit kukunya dan terus berjalan mondar-mandir. Liana datang mendekat memukul lengan Marni pelan.
"Tokek mati colek-colek," ucap mbak Marni latah dengan bahasa Indonesianya yang kental.
"Haha mbak Marni lucu, bahasa apa itu? Indonesia? kenapa mondar-mandir," tanya Liana.
"Astaga non bikin kaget aja, iya itu bahasa kampung saya. Maaf non sebaiknya non cepat buruan pergi, non jangan balik kesini ya," ucap Marni yang sudah menggunakan bahasa Rumania.
"Tunggu, ada yang mbak sembunyikan dari saya. Tolong katakan. Karena dari tadi mbak Marni seperti orang ketakutan," tanya Liana.
Marni melihat sekelilingnya ketakutan terlihat dari wajahnya yang pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Serta terus memainkan jari-jemarinya.
"Hemm anu non, Saya lihat Tuan Lee semalam terjatuh dari balkon."
"Hah jatuh? Trus mati? Atau masih hidup? Dimana dia sekarang?" Tanya Liana yang tanpa jeda.
"Mati non, Saya panik melihat keadaan Tuan Lee lalu saat saya ingin mencari pertolongan. Ada ... ada ... ." Ucap mbak Marni
"Ada apa?" Tanya Liana lagi.
"Ada sekumpulan Drakula yang mengancam nyawa saya jika saya ikut campur. Sudah non tanya-tanyanya nanti saja. Saat ini saya cuma di perintahkan untuk memastikan non keluar dengan selamat sampai gerbang. Sudah non jangan kemari lagi," perintah Marni seraya menarik tangan Liana hingga ke gerbang agar segera pergi.
"Mbak ... ." panggil Liana.
Setelah mengunci pintu gerbang, Marni masuk berjalan cepat.
"Ih kenapa sih ngasih info setengah-setengah. Aku kan pengin tau siapa drakula itu, jangan-jangan yang mengancam mbak Marni itu Tuan D," gumam Liana
"Ehemmm enak saja menuduh," jawab Tuan D yang berada di belakang Liana.
"Eh hehehe, trus kalau bukan Tuan D siapa? Waktu itu Tuan sendiri kan yang menyuruh saya untuk menjauhi Lee, apalagi kalau bukan cemburu," ucap Liana ceplas-ceplos.
Tuan D hanya bisa tersenyum dan mengelus kepala Liana.
"Sudah berapa kali ku bilang jangan berbahasa seperti itu. Cepat masuk ke mobil, ku antar kamu pulang," perintah Tuan D.
Setelah mereka masuk ke dalam mobil Tuan D melajukan mobilnya pelan. Di dalam mobil itu semuanya saling diam tanpa bicara. Sebenarnya ada banyak yang ingin Tuan D sampaikan tapi dia terlalu gengsi untuk memulai.
"Siapa ya yang tadi janji mau ceritain semuanya?" ucap Liana membuka pembicaraan.
"Bukannya tadi kamu yang menahan tangan ku dan bilang ada yang ingin kamu bicarakan?" ucap Tuan D.
"Oh iya hehe," Liana tertunduk tersenyum malu
"Ini soal kemarin siang. Saya..eh aku gak sengaja nampar Tu-Tuan ... ." ucapan Liana dipotong oleh Tuan D.
"Bukan kamu yang salah, Aku pantas mendapatkan itu Maafkan Aku Lian," ucap Tuan D lantas menghentikan mobilnya di tepi jalan.
"Tolong maafkan perbuatan ku," ucap Tuan D tulus seraya menggenggam tangan Liana.
Mereka terdiam cukup lama, Liana seakan menemukan sosok yang lembut dari sorot matanya.
"Aku sudah memaafkan mu Tuan," sahut Liana dengan tersenyum dan tanpa sadar mereka menggenggam tangan sangat lama. Liana melepaskan tangannya dari genggaman Tuan D segera setelah sadar.
"Kamu bisa memanggilku D saja,"
"D lalu apa kepanjangan D? siapa namamu, maksudku apakah hanya huruf D, dan tidak ada kepanjangan,"
"Nama ku Diiiiiiiiiiiiiiii," ucap Tuan D memanjangkan inisialnya.
Liana tertawa dan mencolek hidung mancungnya Tuan D. Kemudian mereka kembali terdiam, Tuan D berusaha serius dan berkata, "Semalam sekumpulan Drakula datang ke rumah Tri, mereka ingin membawa mu tapi aku memasang pelindung agar mereka tak bisa menyentuh mu."
"Membawaku? Apa salahku? Kenapa mengincar ku?" Tanya Liana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🔵🍁⃟𐍹 𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 ⬪ᷢ♛⃝꙰ ❤
latahnya lucu juga
untung aja ada tuan D yang selalu jagain Lian
2022-11-19
0
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
jangan sampai di cicipi nanti liana jadi drakula jg loh
2022-11-19
0
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
sikap aneh Tri karena dia berjanji akan bawa Liana ke drakula jahat karena dia sudah ada janji dengan drakula itu
2022-11-19
0