"Saya bisa pulang sendiri Tuan, tidak perlu diantar, terima kasih" ucap Kia menolak diantar Aslan.
"Ini sudah malam, tidak usah jual mahal. Cepat keluar atau aku kunci dari luar!" jawab Aslan tetap ingin mengantar Kia.
Daripada di kunci di dalam ruangan Aslan, Kia memilih menyusul Aslan keluar ruangan.
Kia diam merasa ada yang berbeda dari Aslan. Aslan berubah menjadi pria yang hangat dan perhatian. Bahkan di antara mereka terasa seperti sudah saling kenal.
Kia pun mengikuti Aslan berjalan mengekor di belakangnya.
"Kenapa dia jadi baik padaku? Jantung tolong bekerjalah dengan normal" gumam Kia dalam hati.
Ada rona panas menjalar ke tubuh Kia. Membuat rasa gemetar yang tidak bisa dijelaskan apa artinya.
Saat mereka hendak masuk ke lift, Kia yang sudah tau perbedaan dua lift itu memilih memencet tombol lift khusus karyawan.
"Kenapa lewat situ. Ikut denganku!" ucap Aslan tegas menegur Kia.
"Ehm, saya kan di sini karyawan, saya naik lift karyawan saja" jawab Kia malu mengingat waktu itu Kia dengan percaya diri masuk ke lift khusus .
"Yang benar saja aku kan berdua di lift dengannya. Bisa mati kutu aku" batin Kia dalam hati. Kia berniat menolak berdua dengan Aslan.
"Ck. Banyak alasan! Cepat masuk!" ucap Aslan menarik tangan Kia masuk ke lift khusus petinggi perusahaan dan kini mereka berdua di dalam lift itu.
Kia berdiri menundukan kepalanya, menggigit bibirnya yang kelu. Semua keberanian dan niatnya membuat masalah agar dipecat hilang. Jangankan membuat masalah. Kia tidak berani menatap Aslan sedikitpun.
Kini Kia sangat malu. Sekarang Aslan tau siapa diri Kia. Itu artinya Aslan juga mengingat malam itu. Malam yang rasanya tidak ingin diingat lagi, tapi kenapa sekarang justru muncul terus di depan orangnya lagi.
Dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Kia akan bertemu dan bersama dengan ayah Ipang di moment seperti ini.
"Tidak usah GR dan takut, aku hanya ingin memastikan, tempat tinggal putraku layak atau tidak, makanya aku mengantarmu" ucap Aslan tiba-tiba melihat Kia menuduk.
"Siapa yang GR!" jawab Kia lirih dan menggerutu. Lalu Kia membetulkan posisi berdirinya di sebelah Aslan.
Aslan diam lagi memperhatikan Kia. Dalam benak Aslan ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan. Siapa Kia sebenarnya, seperti apa keluarganya. Bagaimana dia hidup selama ini.
Tapi dibalik semua itu, Aslan sangat bahagia, dia mempunyai pewaris. Anak yang lahir dari benihnya, menjadi anak yang cerdas, tampan dan baik.
"Sejak kapan kau mengenakan kain itu?" tanya Aslan lagi terdengar sedikit kasar menyebut jilbab Kia kain. Sebenarnya maksud Aslan adalah sejak kapan Kia berhenti menjadi perempuan bayaran.
"Kain apa?" tanya Kia merasa kosa kata Aslan aneh.
"Yang ada di kepalamu"
"Isshh. Untuk apa anda bertanya? Ini hijab" tanya Kia ke Aslan.
"Ya aku tahu. Sejak kapan kamu mengenakan itu?"
"Tepatnya sejak kapan, apa pentingnya buat anda?" jawab Kia ketus merasa pertanyaan Aslan menyinggung Kia.
"Aku, aku hanya bertanya, kamu jauh berbeda. Aku sempat tidak mengenalimu"
"Memang apa yang beda dariku? Nyatanya anda bisa mengenaliku"
"Semua itu karena anak kita, dia petunjukku mengenalimu. Kamu sekarang terlihat lebih terurus, cantik dan berani" puji Aslan spontan.
"Hoh, anak kita? Dia anakku" jawab Kia tidak terima.
"Anakmu, tapi darahku yang mengalir di dia, bahkan orang lain bisa tau, dia anakku"
"Ehm, hanya mata, bibir dan hidung, selain itu tidak ada" jawab Kia, mereka malah terkesan
"Itu namanya mirip. Apa saat pertama kita bertemu kamu mengenaliku?" tanya Aslan lagi.
"Tidak!"
"Sungguh kau tidak mengingatku?"
"Ehm, tidak"
"Apa sungguh? Malam itu tidak ada yang berkesan dariku?" tanya Aslan lagi.
"Tidak!" jawab Kia ketus dan mengalihkan pandangan.
Padahal dalam benak hati Kia, Kia ingin bilang itu malam yang selalu menghantuinya. Bahkan sedari tadi Kia menyembunyikan wajahnya karena malu mengingatnya.
Kia selalu berusaha melupakanya, memaafkanya. Tapi tetap bayangan menyakitkan itu muncul. Meski Kia tidak bisa mengingat jelas bagaimana Aslan. Tapi itu tidak bisa dia hapus. Dan sekarang wajah Aslan terpampang nyata di depanya.
"Ya aku tahu kamu tidak mengingatku, meski aku yang pertama tapi kan mungkin sesudahnya, banyak yang memakaimu" ucap Aslan berbicara ngawur mengira Kia sungguhan perempuan bayaran, dan banyak yang memakai jasanya.
Aslan mengatakan dia yang pertama karena memang Kia berbeda dengan istrinya. Aslan sangat paham akan hal itu.
Mendengar ucapan Aslan, kuping Kia panas, emosi Kia menyulut, dan Kia berbalik menatap Aslan dengan penuh benci.
"Apa kamu bilang?" tanya Kia emosi.
Tapi belum sempat Kia berbicara Aslan sudah lebih dulu memotong pembicaraan.
"Tapi Pangeran sangat mirip denganku, aku yakin dia anakku, iya kan? Apa perlu kita cek DNA untuk membuktikanya?" tutur Aslan lagi ingin memiliki Ipang.
"Cukup Tuan Aslan. Tidak perlu ada cek DNA. Saya juga tidak berharap pengakuanmu! Kalau perlu anda tidak usah menemui Ipang dan juga saya. Saya juga akan segera mengundurkan diri sini!" omel Kia tegas
"Ehm. Galak amat. Aku yakin kok dia Anakku, aku akan bertanggung jawab terhadap kalian"
"Tidak perlu saya bisa menghidupi Ipang sendiri!" jawab Kia tegas.
"Aku hanya ingin melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah. Kalau boleh tau. Apa kamu masih seperti dulu?" tanya Aslan lirih dan mendekat ke Kia ragu-ragu.
Mendengar pertanyaan Aslan Kia semakin emosi dan tersinggung.
"Memang dulu seperti apa? Benar kan? Di matamu? Gue hanya perempuan bayaran yang lo sewa tidak lebih"
Kia kemudian menjaukan dirinya dari Aslan. Dan saat itu juga pintu lift terbuka.
Kia yang masih tersinggung berhenti. Kebetulan kantor itu sepi karena semua karyawan sudah pulang.
"Apa maksud anda saya masih seperti dulu? Memang seperti dulu yang bagaimana yang ingin anda dengar?" tanya Kia marah.
Aslan mengusap tengkuknya, kemudian mendekat ke Kia lagi.
"Maksudnya, apa kamu masih, masih terima job itu?" tanya Aslan ragu takut menyinggung Kia.
"Plakk" Kia spontan menampar Kia dengan wajah menggebu penuh emosi.
"Kau! Berani kau menamparku?"
Aslan kaget dan langsung memegang pipinya yang merah ditampar Kia. Lalu Aslan menatap Kia bingung. Kan Aslan memang mengenal Kia sebagai perempuan sewaan. Apa yang salah dengan pertanyaanya.
"Saya memang pernah terima uang dan job itu dari Anda. Tapi jangan pernah tanyakan itu lagi ke saya. Dan jangan harap anda bisa mengulanginya! Tidak tahu malu. Menjijikan!" jawab Kia emosi salah paham.
Kia mengira Aslan penyewa jasa perempuan seperti kebanyakan laki-laki. Yang hanya butuh kesenangan tanpa alasan. Kia mengira Aslan masih memandang rendah Kia dan ingin menyewanya lagi.
Setelah menyampaikan kekesalanya Kia langsung pergi meninggalkan Aslan. Bahkan Kia berlari menyadari sudah tidak ada orang lain di kantor.
"Heii ya kau! Tunggu!" teriak Aslan mengejar Kia.
Mendengar terikan Aslan, Kia berlari lebih cepat. Mereka berdua kemudian kejar-kejaran seperti anak kecil. Untung saja tidak ada orang atau karyawan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Wirda Lubis
KIA emang tegas
2022-06-25
0
ailinnnn
Aslan tanya baik" loh Kia, napa malah ditampar? 🙄
2022-02-16
0
Murni Agani
emang b2 kyk anaj kecil.untung ipang anak kecil tp gak kyk anak kecil kelakuanny😂
2022-02-01
0