7 tahun berlalu.
"Ibuuk" panggil Ipang girang.
Anak usia 6 tahun yang tampak sangat tampan, berkulit bersih dan berhidung mancung. Dia berlari mendekat ke ibu muda berjilbab yang tampak sibuk dengan laptopnya.
Setelah tinggal di yayasan, mengikuti kajian rutin, Kia memutuskan untuk mengubah penampilanya berjilbab. Berusaha menjadi hamba yang taat, dan belajar memperbaiki diri. Mengingat masalalunya, meski terpaksa dan hanya sekali, tetap membuat Kia merasa sangat berdosa.
"Eh sayangnya ibuk sudah pulang, bilang apa kalau baru pulang?" jawab Kia menoleh ke Pangeran putranya, yang dipanggil Ipang.
"Assalamu'alaikum Ibuuk" jawab Ipang mencium tangan ibunya.
"Waalaikum salam sayangnya ibuk" jawab Kia penuh kasih sayang, menciumi kepala Ipang. Kemudian menutup laptopnya.
Setelah tidak kuliah, Kia mempunyai hobby baru yaitu menulis. Di samping berjualan online, Kia iseng- iseng mengikuti lomba nulis yang diadakan penerbit di Ibukota. Kalau menang tulisan Kia bisa akan dijadikan serial drama di stasiun TV.
Kia sekarang juga sudah menjadi ibu yang mandiri. Bahkan Kia tidak tinggal di yayasan lagi. Kia sekarang membeli rumah kecil di desa itu.
Kedatangan Kia ke Yayasan juga memberi keuntungan. Kia berhasil membantu memasarkan hasil karya dari yayasan Srikandi lewat online.
Barang-barang dari yayasan berupa tas rajut, aksesoris dari pelepah pisang. Beberapa makanan daerah dari tumbuhan. Kripik pisang aneka rasa, kue dan lain sebagainya.
"Ipang lolos audisi, bahkan kata juri Ipang terbaik, Kia" tutur Fatimah ke Kia.
Fatimah teman Kia yang membantu mengasuh Ipang. Ipang baru saja mengikuti audisi pencarian bakat babak pertama.
"Oh iya?" tanya Kia lembut.
"Iya! Kalian besok berangkat ke Ibukota. Bersiap-siaplah!"
"Benarkah?"
"Iya Buk, ayo kita ke kota" sambung Ipang bersemangat, Ipang ingin segera keluar dari desa.
"Oh iya Ki, video Ipang yang perform di nikahan Lili, aku upload. Ternyata viral dan banyak yang suka. Baru satu jam udah 10 juta yang lihat" jelas Fatimah lagi menunjukan video Ipang di youtube.
"Oh iya? Masya Alloh, Alhamdulillah hebat kamu Nak" ucap Kia mengelus rambut Ipang, menciumnya kemudian menyuruhnya duduk di pangkuanya.
Entah turunan dari ayahnya atau memang hadiah dari Tuhan. Ipang tumbuh menjadi anak yang lain dari pada yang lain. Ipang mudah sekali menghafal sesuatu. Baik do'a, lagu-lagu ataupun kisah-kisah.
Ipang sangat suka membaca dan menyanyi. Tidak berhenti di situ, Ipang juga pandai bercerita dan menirukan suara-suara binatang ataupun suara orang-orang penting.
Dari kelebihan Ipang, orang-orang disekitarnya sangat menyukainya. Bahkan Ipang sering dimintai tolong untuk menghibur warga di acara nikahan. Menjadi pendongeng di selingi sajian lagu-lagu.
Jika yang mengundang Ipang orang nikahan, Ipang bisa menyajikan kisah-kisah tentang pernikahan. Jika di sekolah, Ipang bisa menceritakan legenda-legenda.
Entah darimana dan bagaimana Ipang menghafal. Tapi Ipang begitu lincah seperti pendongeng profesional.
Teman-teman Kia dari yayasan berinisiatif merekam penampilan Ipang. Kemudian mengupload di youtube. Penjelajah dunia maya kemudian mengagumi penampilan Ipang. Mereka terhibur, terkagum dan dibuat tertawa saat menonton Ipang.
Bahkan Ipang menjadi viral dan trending topik. Terutama lagu-lagu yang Ipang nyanyikan. Suara khas anak kecil itu membuat lagu Ipang semakin digemari.
Tidak terkecuali buat laki-laki pemilik stasiun TV di ibukota. Saat Ipang menyanyikan lagu ayah trending di youtube.
Aslan Nareswara, seorang pengusaha hebat langsung tertarik bahkan memutarnya berkali-berkali.
Dulunya dia seorang artis dari keluarga kaya. Karena ayahnya pensiun, sekarang Aslan fokus melanjutkan usaha ayahnya.
Dialah laki-laki yang tidur dengan Kia malam itu. Seorang pengusaha sukses dan ternama. Bahkan dia menjadi konglongmerat nomer satu di negaranya.
Aslan Nareswara mempunyai stasiun televisi, dapur rekaman, stasiun radio, perusahaan penerbitan. Dia juga mempunyai hotel, resort dan tempat wisata di pulau terpencil.
Untuk aset-aset pribadi dia juga mempunyai beberapa villa, pesawat pribadi dan kendaraan mewah lainya.
Di sudut ruang di lantai teratas sebuah kantor, laki-laki berumur 32 tahun itu meneteskan air mata. Tidak ada yang tahu ataupun melihatnya.
Laki-laki itu mendengarkan setiap detail perkataan Ipang. Padahal Fatimah baru mengupload dua video Ipang, tapi Aslan langsung tertarik.
"Berungtungnya orang tua anak ini" guman Aslan.
Video yang diupload Fatimah adalah video Ipang saat mendongeng di acara nikahan. Memberi pesan ke pengantenya menjadi pasangan yang sakinah mawadah warohmah. Ipang juga memberitahu anak yang sholeh kelak akan menolong orang tuanya di akhirat.
Di akhir cerita Ipang juga menyanyikan lagu tentang ayah. Itu yang membuat daya tarik tersendiri. Suara Ipang begitu menyentuh dan menyampaikan pesan dengan baik.
****
Di sebuah ruang rumah sederhana di desa, anak dan ibu muda itu tampak sedang menikmati sarapan. Rupanya anak dan ibu itu sudah bersiap hendak mencari sekolah untuk anaknya.
"Ibuk"
"Iya sayang, kenapa?"
"Ipang nggak mau sekolah SD di sini"
"Kenapa?"
"Nanti Ipang di suruh cerita terus" ucap Ipang polos.
Pernyataan Ipang memang benar adanya, warga di sekitar rumah Ipang sudah tahu siapa Ipang, mereka akan bersikap berlebihan ke Ipang.
"Baiklah, nanti kita cari sekolah swasta di kota kabupaten ya. Sekarang makan sarapanya" tutur Kia dengan penuh keibuan.
"Bukan di kabupaten"
"Terus dimana?"
"Di ibukota"
"Ibu kota?" tanya Kia kaget dan tersedak mendengan ucapan putranya.
"Iya Buk. Kita kan mau ikut audisi di Ibukota, Ipang juga mau sekolah di sana"
"Ehm.. Ehm" Kia berdehem kemudian berfikir dalam mendengar permintaan putranya.
Asal muasal Kia memang dari ibukota. Sejujurnya ada rasa rindu Kia terhadap kehidupan di sana. Makam orang tuanya, saudaranya, teman-temanya. Tapi Kia masih merasakan kepedihan kejadian 7 tahun lalu itu.
"Buk, ibuk juga lagi ikut lomba ajuin tulisan ibuk kan?" tanya Ipang lagi.
"Iya Nak"
"Ya udah kita tinggal di ibukota aja"
"Tapi kan rumah kita di sini sayang, kita ke ibukota buat audisi aja"
"Ipang akan menang Bu, Ipang akan bantu ibu. Kita beli di rumah di ibukota" jawab Ipang semangat, entah kenapa anak Kia itu sangat ingin tinggal di Ibukota.
Kia tersenyum mengangguk. Apa memang sekarang waktunya Kia kembali ke tempat asalnya.
"Baiklah. Tapi kalau nggak menang kita balik kesini ya"
"Pasti menang Buk" jawab Ipang.
Siang itu Kia dan Ipang berpamitan ke Fatimah, pemilik yayasan beserta tetangga terdekatnya. Naskah yang Kia tulis ternyata mendapat respon dari penerbit. Kia diundang mengikuti seleksi selanjutnya. Ipang juga akan mengikuti ajang pencarian bakat.
"Hati-hati di jalan ya" ucap Fatimah sahabat Kia.
"Makasih ya Fat" ucap Kia.
****
Sekitar pukul 19.00, Kia dan Ipang sampai di sebuah hotel bintang lima. Ipang begitu bersemangat menyambut udara hangat dengan lampu-lampu berkilauan. Berbeda dengan rumahnya di desa, udaranya dingin dan banyak pohon.
Sementara Kia, jantungnya berdebar kencang. Ada kegetiran mengingat masalalunya. 20 tahun Kia hidup di tengah hiruk pikuk kota itu. Dan 7 tahun Kia meninggalkanya, sekarang Kia kembali.
Apa Kia akan bertemu dengan orang-orang di masalalunya. Apakabar Cyntia? Apa dia masih terjerumus dalam dosa akibat pelarian kesepianya? Apa kabar kakak, ipar dan keponakanya? Anaknya lebih tua beberapa bulan dari Ipang. Apa kabar Jeje dan Melly? Akankah hidupnya lebih baik?
"Huuuft" Kia menghela nafasnya lembut.
"Ibuk, Ipang suka buku ini, sudah selesai Ipang baca" ucap Ipang selesai membaca buku. Entah dimanapun berada Ipang sangat suka membaca.
"Oh iya. Nanti ibuk belikan lagi ya, sekarang tidur dulu ya" ucap Kia.
"Ibu berapa lama kita menginap di hotel?" tanya Ipang.
"Selesai urusan ibu dan kamu, besok ibu akan ke kantor itu dulu"
"Kenapa nggak cari rumah aja Bu? Ipang mau sekolah di sini" Ipang kembali mengungkapkan keinginanya ingin tinggal di kota.
"Besok ibu fikirkan ya" jawab Kia.
"Bukan fikirkan Bu, tapi segera cari"
"Kenapa Ipang ingin tinggal di sini?"
"Karena di sini semuanya mudah di dapat. Pokoknya Ipang mau sekolah di sini"
"Baiklah besok kita cari rumah ya, doain naskah ibu terpilih"
"Iya Buk"
****
Pagi itu Ipang dan Kia sudah siap pergi ke kantor penerbit. Karena mereka hanya berdua, Kia mengajak Ipang.
"Sayang, nanti nggak boleh nakal ya, di sini banyak orang jahat. Kamu harus selalu di dekat ibu" tutur Kia menasehati Ipang saat berada di taxi online.
"Iya Buk. Ibu gedungnya tinggi- tinggi sekali, seperti di buku" celetuk Ipang mengagumi suasana kota.
"Kamu suka?"
"Sangat suka, Ipang nanti juga mau punya gedung tinggi Bu" ucap Ipang mengeluarkan mimpinya.
Kia hanya tersenyum mengangguk, mengelus rambut ipang.
"Itu semua mustahil Nak" gumam Kia dalam hati. Buat Kia perkataan Ipang hanya perkataan anak kecil yang sedang berada di masa bermimpi.
Tidak lama Kia sampai di depan perkantoran dengan halaman yang indah. Gedung itu terlihat tinggi sekali, Kia mencocokan nama kantor itu dengan email yang diterima. "Nareswara Group"
"Benar ini gedungnya, bismillah" gumam Kia menggenggam Ipang.
"Sayang jadi anak baik ya. Oke" bisik Kia memberitahu Ipang.
"Iya Bu" jawab Ipang.
Kia dan Ipang kemudian melangkah memasuki kantor itu.
Saat Kia masuk, semua orang di kantor memandang sinis ke Kia. Karena Kia membawa anak kecil. Lalu Kia di hadang security.
"Ibu berhenti!" ucap security
"Iya Pak"
"Di sini di kantor, bukan taman bermain, dilarang membawa anak kecil memasuki kantor"
"Mohon maaf Pak, anak saya sendirian, saya tidak mungkin meninggalkanya. Dia anak yang pintar dan tidak akan mengganggu" jawab Kia menjelaskan.
"Tetap tidak bisa!"
"Pak saya hanya sebentar" ucap Kia.
"Tidak Bu, biarkan anak ibu di sini atau tidak usah masuk"
"Ipang mau ikut Ibuk, Ipang nggak mau disini" celetuk Ipang tidak mau ditinggal.
"Iya Nak. Ibu nggak ninggalin kamu kok"
"Kalau Ibu tidak mau mengikuti aturan, silahkan keluar"
"Pak, saya jauh- jauh dari kota Y Pak, ijinkan saya bertemu dengan editor, saya hanya ingin menyampaikan naskah saya dan membicarakan kontrak kami. Ini undangan untuk saya" tutur Kia menjelaskan
"Tapi dilarang membawa anak ke kantor Bu, silahkan keluar" ucap Satpam tegas.
"Ibuk Ipang ikut" celetuk Ipang sambil menangis takut mendengar satpam membentak.
"Pak tolong pelankan nada anda, anak saya takut" jawab Kia lembut sambil mengelus rambut Ipang.
"Ada apa ini? Mengganggu sekali" tanya seseorang dari arah pintu hendak melewati Kia dan Security.
Satpam dan beberapa pegawai saling menundukan kepala memberi hormat ke laki-laki itu. Dia bertubuh tinggi kekar, kulitnya sangat bersih dan bermata biru. Meski tidak begitu dekat pria itu beraroma sangat wangi.
Pria berdasi itu diikuti dua pegawai. Kemudian dia melepas kacamata hitamnya menatap tajam ke Kia dan Ipang. Kia menunduk merasa tidak nyaman membuat keributan di pintu masuk, apalagi sekarang ditatap tajam seperti itu.
Sambil menangis Ipang justru menatap ke laki-laki bertubuh tinggi di depanya. Mereka saling tatap, tapi Aslan tidak begitu memperhatikan Ipang, Aslan lebih fokus ke perempuan cantik yang menundukan kepala itu. Rasanya seperti tidak asing.
Sementara Rendra pengawal Ipang kaget melihat mata anak itu. Matanya sama seperti mata Aslan. Hidung dan kulitnya juga sama, hanya saja alis dan bentuk wajahnya lebih mirip ke perempuan berjilbab di depanya.
"Selamat Pagi Tuan" sapa security.
"Siapa dia? Kenapa pagi-pagi ada anak kecil menangis di sini, berisik sekali" tanya Aslan.
"Dia mengatakan akan menemui Bu Rosa, saya larang dia karena membawa anak kecil Tuan" jawab Security menjelaskan.
"Bagus, jangan biarkan anak kecil kelayapan di sini" ucap Aslan tegas membuat Kia mengangkat wajahnya dengan mata terbelalak.
"Pak, saya jauh-jauh kesini memenuhi undangan kalian. Saya harus bertemu Bu Rosa" ucap Kia berani dan menatap Aslan.
"Berani sekali kamu!" ucap Aslan tidak terima ditatap.
"Kenapa tidak? Kalian semua tidak punya perasaan, apa salah saya membawa anak, anak saya baik dan tidak menganggu, saya hanya akan menyampaikan ini"
Kia menunjukan kertas ditanganya dan memarahi Aslan. Para pegawai Aslan kemudian menjadi salah fokus dan ikut memperhatikan.
Rendra kemudian maju menghalangi Kia dan Aslan.
"Silahkan tinggalkan kantor kami Nyonya. Tolong jangan buat keributan di sini" ucap Rendra.
"Minggir kamu, dasar manusia tidak berperasaan, gue sumpahin kalian semua nggak punya anak! Saya nggak akan datang kesini kalau tidak diundang! Cih" umpat Kia kesal. Menatap 4 laki-laki didepanya dengan berani.
"Jaga ucapan anda Nyonya"
"Saya kesini diundang mengantar ini. Nih! Nyesel saya kesini!" jawab Kia kesal menghamburkan naskahnya di depan ketiga pria itu.
"Kurang ajar" gumam Aslan merasa sakit hati disumpahi tentang anak.
Aslan mengepalkan tanganya ingin maju. Tapi Kia sudah berbalik arah dan menggendong Ipang pergi.
"Maafkan kami Tuan" ucap Security lalu memunguti kertas yang berhamburan di lantai.
Aslan menatap Kia dan Ipang pergi. Digendongan Kia, Ipang masih terus menatap orang-orang yang menurutnya aneh. Aslan dan Ipang saling tatap meski saling menjauh.
"Gue nggak asing dengan anak dan ibu itu? Bukankah dia yang ada di youtube atau hanya mirip" gumam Aslan. Lalu melirik kertas yang dibawa Security hendak dibuang ke tempat sampah.
"Pak berikan padaku" ucap Aslan penasaran
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Nenk Leela Poetrie Mawar
itu anak mu Aslan
2022-12-23
0
Aqiyu
kok ketemu anaknya ga ada getaran mak deg
2022-11-25
0
Wirda Lubis
Aslan sombong
2022-06-25
0