"Ibu bohong kan?" ucap Ipang polos ke Kia.
Kia tersentak dengan perkataan Ipang. Seperti ada sesuatu yang mengoyak hatinya. Iya, Kia memang berbohong.
Oh bukan berbohong tapi Kia terpaksa berbohong, karena Kia sendiri juga tidak tahu siapa ayah Ipang.
Kalaupun Kia memberitahu yang sebenarnya. Kia bingung bagaiamana dan darimana Kia menjelaskan.
Kesalahan Kia terlalu memalukan untuk diceritakan. Kia juga tidak mau Ipang menjadi merasa dirinya rendah dan putus asa, apalagi sampai Ipang membenci Kia.
Kia tidak bisa menjelaskan ke Ipang. Kia hanya bisa mengeluarkan air mata. Mulut Kia seperti terkunci, berhenti.
Ipang pun hanya memandang Kia dengan tatapan putus asa. Ipang merindukan sesosok ayah. Ipang ingin seperti yang lain. Meski selama ini dia pendam dan dia tahan.
Kemudian Ipang ikut menangis melihat ibunya menangis. Ipang lalu berlari ke kamarnya.
"Hiks hiks" Kia hanya bisa diam membiarkan Ipang berlari ke kamar dan mengunci pintunya.
Kia meraih bangku dapur, Kia berjongkok, menangis dan mengeluarkan rasa sakitnya.
Anak Kia kini sudah mulai besar bahkan dia sangat cerdas. Ipang tidak bisa dibohongi lagi. Ipang mulai menanyakan siapa ayahnya. Bahkan Ipang menuduhnya berbohong.
"Hiks hiks" Kia masih menangis dan kemudian memukul dadanya agar bisa lebih kuat menahan sakitnya.
"Ipang anakku" gumam Kia dalam hati. Kia sangat takut Ipang membencinya.
"Kuat Kia, aku harus bisa buat Ipang ngerti" Ucap Kia lagi.
Kemudian Kia duduk di kursi, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Jauh-jauh hari bahkan saat Kia masih hamil, Kia sudah memperkirakan kejadian seperti ini akan tiba. Waktu dimana anak Kia menanyakan ayahnya.
Bertahun-tahun juga Kia merangkai kata mencari jawaban yang tepat tapi Kia tetap tidak menemukanya.
Jika Kia katakan sudah meninggal, anaknya pasti menanyakan dimana makamnya? Siapa namanya? Siapa keluarganya?
Jika katakan pergi, pergi kemana? Dengan siapa? Kapan?
Jika Kia mengarang cerita, maka kebohonganya akan bertumpuk-tumpuk.
Kia kemudian merenung, mencoba mengingat peristiwa malam itu. Benarkah dia adalah Nareswara? Aslan Nareswara saja Kia tidak tahu.
Kia hanya tau, pria malam itu adalah pria yang sangat kaya. Meski Kia tidak seperti penyedia jasa haram yang profesional, Kia mendapat upah yang banyak.
Padahal Kia tidak melayani dengan baik, bahkan malam itu Kia sempat menolak ketakutan, menangis dan juga hanya diam tidak merespon.
Mungkin jika pelanggan lain harusnya marah. Tapi malam itu laki-laki itu justru memberi upah tambahan di luar kesepakatan.
Meski jahat dan melakukan sesuatu yang berdosa, tapi itu semua menandakan hati laki-laki itu masih diselimuti kelembutan.
Kia juga mengingat laki-laki itu bertubuh tinggi kekar.
"Aku harus pastikan siapa Aslan Nareswara" gumam Kia dalam hati.
Kia mengelap air matanya, kemudian bangun berjalan menuju kamar Ipang.
"Thok thok, Sayang, boleh ibu bicara?" tanya Kia ke Ipang.
Kia sudah hafal dengan putranya, jika marah Ipang masuk ke kamar menjauhi Kia beberapa saat.
Diam sejenak, jika sudah sembuh Ipang akan kembali seperti semula. Ya, Ipang seperti orang dewasa. Entah apa yang dilkukan Ipang di kamar.
"Sayang, Ibu minta tolong buka pintunya dong" ucap Kia merayu.
Seperti dugaan Kia. Ipang membuka pintu kamarnya. Ipang langsung memeluk kedua kaki Kia.
"Maafkan ibu Nak" ucap Kia haru, lalu berjongkok dan balas memeluk Ipang yang masih setinggi perut bawahnya.
"Ipang minta maaf sudah buat ibu menangis" ucap Ipang dewasa.
Kata guru Ipang dan buku yang Ipang baca. Jika anak membuat ibunya menangis dan sakit akan membuat Tuhanya Marah. Bahkan bisa diazab. Ipang selalu ingat hal itu.
Kia tambah dibuat menangis oleh perkataan Ipang. Ipang terlalu kecil untuk menanggung semua itu. Padahal dia tidak salah apapun.
Kia tahu sebenarnya di sini yang paling hancur adalah Ipang, bukan Kia. Kia menangis bukan karena sakit atas perkataan Ipang, tapi karena Kia sadar sudah menyakiti Ipang.
Kia sangat tahu. Ipang tidak seperti anak yang lain, merasakan kasih sayang ayahnya. Ipang juga tidak pernah tau siapa ayahnya.
Tapi Ipang justru minta maaf ke Kia. Meski masih kecil Ipang selalu menjaga perasaan Kia. Kia merasa semakin bersalah ke Ipang.
"Ibu yang salah Nak. Ibu yang salah, ibu minta maaf ke Ipang" ucap Kia melepas pelukanya, berjongkok menatap putranya dan membelai wajah Ipang dengan penuh kasih sayangm
"Ipang sudah buat ibu menangis, Ipang sudah menuduh ibu berbohong, Ipang berdosa ya Bu? Maafkan Ipang ya Bu. Ipang tidak mau jadi anak durhaka" ucap Ipang lagi.
Air mata Kia semakin deras mengalir mendengar perkataan Ipang. Ipang benar-benar seperti anugerah buat Kia.
"Tidak Nak. Ipang anak baik. Ipang anak yang sholeh. Ipang pangeranya ibuk. Ibu yang salah, ayo kita bicara" tutur Kia ke Ipang.
Dengan mata berkaca-kaca Kia kemudian mengajak Ipang duduk di kasur Ipang.
"Dengarkan Ibu Nak" ucap Kia mulai bicara dengan menata kata dan nafasnya.
"Iya Bu"
"Ibu minta maaf, tapi maukah kamu berjanji untuk memaafkan ibu setiap saat? Kapanpun itu?"
"Tentu saja, Ipang hanya punya ibu, Ipang sayang Ibu"
"Ipang.... "
"Iya Bu"
"Ibu memang berbohong, Ibu bohong pada Ipang" jawab Kia tidak mau membohongi Ipang.
"Lalu siapa ayah Ipang Bu?"
"Sayang, Ada sesuatu hal, yang tidak bisa diceritakan oleh orang dewasa dan dimengerti oleh semua usia. Ibu tidak bisa ceritakan ke kamu untuk sekarang"
"Kenapa Bu?"
"Ibu yakin suatu saat nanti akan kamu mengerti. Bisakah kamu percaya ibu?"
"Iya Bu" jawab Ipang terpaksa setuju.
"Ibu janji kelak ibu akan memberitahumu. Bisakah kamu menunggu waktu itu?"
"Iya Bu"
"Terima kasih Nak" jawab Kia lalu mencium kening Ipang.
"sudah gosok gigi?" lanjut Kia bertanya.
"Belum"
"Gosok gigi dulu, setelah itu tidur ya!"
"Ya Bu"
*****
Hari itu adalah hari pertama Kia bekerja. Karena Ipang belum mulai sekolah dan belum mulai masuk ke asrama. Kia masih membawa Ipang ke tempat kerjanya.
Security kantor sudah mulai hafal dengan Kia, sehingga Kia diijinkan masuk ke kantor membawa Ipang.
Sebenarnya Kia sendiri merasa tidak nyaman dan kasian ke Ipang. Anak seusianya seharusnya bermain bersama teman-temanya bukan ikut ke kantor bersama ibunya.
"Ibu kita naik lewat lift yang itu" tunjuk Ipang pintar memberi tahu ibunya.
Kia tersentak mendengar penuturan anaknya.
"Ehm, maksud kamu Nak?" tanya Kia.
Diam-diam saat kemarin Ipang menunggu Kia, Ipang berjalan jalan, Ipang sudah pandai membaca. Ipang juga mengingat semua kejadian dan percakapan Kia dan beberapa orang di kantor itu.
Ipang tahu ibunya salah masuk lift. Ipang juga tahu kalau rombongan laki-laki yang bertemu dengan ibunya adalah atasan ibunya.
"Iya Bu, itu lift khusus untuk atasan di sini. Dan itu lift untuk karyawan" tutur Ipang.
"Oh gitu?" jawab Kia mengusap tengkuknya. Berarti orang-orangan orang itu atasan Kia. Kia menelan salivanya dheg-dhegan.
"Jadi apa pria itu, mereka atasanku?" batik Kia.
"Makasih ya Nak" tutur Kia merasa ceroboh dan lebih teliti anaknya.
"Iya Bu"
Lalu Kia masuk ke ruangan kerjanya. Kia bekerja dengan timnya yang berjumlah 5 orang. Saat Kia masuk ke ruanganya tatapan semua temanya menuju ke Ipang.
"Selamat Pagi" sapa Kia ke rekanya.
"Pagi"
"Perkenalkan saya Kia. Saya karyawan baru di sini, kata Bu Rosa saya bergabung bersama tim ini" tutur Kia memperkenalkan diri.
"Oh ya. Saya Delvin, selamat bergabung" jawab salah satu teman baru Kia yang lumayan ramah.
Sementara yang lain memandang Ipang dan Kia kesal, tidak membalas sapaan Kia.
"Terima kasih" jawab Kia mengangguk lalu Kia memandang ke teman yang lain yang tampak cemberut dan mengacuhkan Kia. Sepertinya ke depanya akan banyak hal yang tidak baik. Kia tahu teman barunya tidak menyukai Kia membawa Ipang.
Dan Ipang si anak cerdas lebih tau lagi. Ipang mengeratkan genggaman ibunya dan kemudian nyeletuk.
"Saya tidak akan nakal, saya akan baik menemani ibuku bekerja" tutur Ipang lantang membuat mereka tersindir.
"Hai anak pintar bukankah kemarin kamu yang lolos audisi?" tanya Delvin ramah mersepon Ipang, ternyata dia penggemar Ipang.
"Iya Om"
"Maukah kau berteman denganku?" tanya Delvin membungkukan badanya.
"Tentu Om"
"Tos dong"
"Tos" lalu mereka tos. Dan sepertinya Ipang menyukai Delvin.
Delvin adalah ketua editor di tim Kia. Dia laki-laki muda yang ramah, tampan dan baik. Dia lulusan Sardjana Sastra dari universitas ternama.
"Apa kamu suka membaca?" tanya Delvin ke Ipang
"Sangat suka"
"Baik, duduklah di sini Om punya banyak buku. Om akan memberitahu pekerjaan baru ibumu. Maukah kau bekerja sama?" tutur Delvin mempunyai ide. Delvin sudah diberitahu Bu Rosa tentang Kia.
"Tentu Om, Ipang akan diam membaca dengan tenang di sini" jawab Ipang.
Lalu Delvin melakukan orientasi pekerjaan Ke Kia.
"Sebentar lagi kita akan rapat bersama Bos Besar. Oh ya selamat ya. Naskah mu terpilih" ucap Delvin mengakhiri penjelasanya.
"Bos besar? Meeting sekarang?" tanya Kia.
"Iya?"
"Aku ikut?"
"Tentu. Tuan Aslan ingin mendengar presentasi dari pihak produksi dan ulasan naskahmu"
"Tuan Aslan?"
"Iya, kamu tau kan dia pemilik Nareswara Grup" ucap Delvin.
"Ini kesempatanku melihat dan bertemu denganya" batin Kia.
"Anakku aman kan?"
"Aman, meetingnya nggak lama kok. Sepertinya Ipang anak yang cerdas"
"Baiklah ayo"
Kia dan Delvin memberi pengertian dan pamitan ke Ipang. Kemudian mereka menuju ke ruang rapat.
"Dheg"
Kia duduk terdiam kaku, saat 2 orang pria masuk ke ruang rapat.
"Laki-laki itu?" gumam Kia melihat Aslan duduk di kursi atasan dan Rendra di sampingnya.
"Diakah Aslan Nareswara? Ya Tuhan. Jadi dia menyukai naskahku dan yang mengijinkan aku bekerja?"
"Wajahnya berbeda dengan Ipang, tapi matanya sama, iya tatapan itu sama dengan tatapan Ipang. Tubuh itu?"
Kia bermonolog dalan hati. Deguban jantungnya sangat cepat. Keringat Kia mulai keluar sebagai respon canggungnya.
Rendra dan Aslan juga menatap Kia. Mereka berdua masih sama-sama mengurai benang kusut. Rendra dan Aslan memang merasa tidak asing dengan Kia.
Rendra terus memperhatikan Kia.
"Iya, dia sangat mirip dengan perempuan itu" batin Rendra.
Sementara Kia, bayangan laki-laki di malam itu muncul di benaknya. Laki-laki bertubuh tinggi kekar dengan tatapan tajam dan bermata biru. Dia yang melucuti pakaian Kia dan merenggut mahkotanya. Iya sepertinya dia memang Aslan.
"Benarkah laki-laki itu dia?" Kia tidak bisa menahan air matanya.
Menyadari tidak bisa menguasai perasaannya. Kia bangun meminta ijin ke Delvin ke kamar mandi sebentar.
Tentu saja itu semua tidak luput dari perhatian Rendra dan Aslan. Sementara yang lain acuh dan tidak peduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Wirda Lubis
KIA pokus pada kerjaan jangan pikir kan yang sudah punya istri
2022-06-25
0
Murni Agani
bodoh dan ceroboh😂
2022-02-01
0
Momy Victory 🏆👑🌹
author ikut event cerita anak genius yang udah selesai berapa bulan lalu ya? baru tahu dan muncul diiklan paling bawah abis baca novel lain.
2021-12-20
1