"Ibu kenapa?" tanya Ipang melihat ibunya sedikit gelisah.
"Nggak apa-apa Nak" jawab Kia tersenyum menyembunyikan perasaanya ke Ipang.
"Ibu, Tante Cyntia itu teman ibu waktu kapan?" tanya Ipang tiba-tiba membuat Kia terhenyak. Rupanya Ipang sudah memulai langkahnya. Mencari benang kusut kenapa dia berbeda.
"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan Tante Cyntia Nak?" batin Kia tidak menyangka Ipang memikirkan pertemuanya dengan Cyntia hari lalu.
"Ehm. ehm. Dia, dia teman ibu waktu kuliah" jawab Kia sambil berdehem menyembunyikan ke khawatiranya.
"Jadi ibu dulu kuliah?"
"Iya Nak"
"Ibu kuliah di sini?"
"Iya"
"Berarti teman ibu di sini banyak?" tanya Ipang mulai mengeluarkan unek-uneknya.
"Iya Nak" Jawan Kia seperlunya tidak ingin anaknya banyak bertanya.
Sebenarnya Kia sangat panik berada di situ. Rasanya Kia ingin mengajak Ipang keluar dan mundur dari proses pencarian bakat itu. Tapi Ipang sudah masuk.
Apa Kia sampaikan saja ke Ipang untuk memperjelek penampilanya? Ah tapi Kia bukan ibu yang seegois itu.
"Apa dia akan datang? Tapi sepertinya dia tidak bersama anak dan istrinya?"
Kia terus mencuri-curi pandang si Artis istri Aslan yang sangat cantik itu. Tapi mereka hanya terlihat berdua, bahkan saat turun dari mobil mereka diantar sopir.
"Waktu kemarin di audisi, dia juga tidak mendampingi anak dan istrinya.
Ish dasar. Ayah macam apa dia? Bahkan anak dari perkawinan sahnya saja tidak dia perhatikan?"
"Fiks. Gue selamanya nggak akan aku beritahu siapa Ipang. Dia bukan ayah yang bertanggung jawab. Sudah gitu tukang selingkuh lagi"
Kia terus bermonolog dalam hati sambil memainkan jari dan bibirnya. Meski tidak bersuara, tapi sorot mata Kia tampak jelas, dia tidak fokus. Otaknya sedang berkelana.
Ipang si anak cerdas tau kalau ibunya dilanda kepanikan. Ipang juga mendengar tentang perkataan orang-orang mengenai dirinya dan Tuan Aslan. Ipang juga tau siapa Tuan Aslan sejak pertama bertemu.
Daya analisa Ipang dan Kia bahkan lebih jeli Ipang. Saat pertama kali mereka bertemu, saat Ipang tidak diperbolehkan masuk, tatapan Ipang tidak lepas dari Aslan dan rombonganya.
Ipang memperhatikan seluruh penampilan Aslan dan juga sorot matanya. Ipang merasa kalau memang dia ayahnya.
"Ibu, benarkah Ipang mirip Tuan Aslan?" tanya Ipang lagi.
"Kenapa tiba-tiba bertanya begitu sayang? Ibu kan sudah bilang, jangan sebut dia lagi"
"Kenapa Bu?"
"Dia orang jahat, kalau Ipang bertemu dengannya kamu harus lari. Oke"
"Kenapa jahat Bu?"
"Kamu ingat kan waktu kamu ikut ibu ke kantor. Kan dia yang tidak memperbolehkan kita masuk, dia tidak berperasaan. Dia galak sama anak kecil. Kamu tidak boleh dekat-dekat denganya" ucap Kia menasehati.
"Maafkan Ibu Nak. Ibu tidak mau menyakitimu jika kamu tau yang sebenarnya. Maafkan ibu menjauhkanmu dari ayahmu" batin Kia mengingkari perkataanya.
"Kata Ibu kita sebaiknya seperti lebah, tidak usah takut, dilawan saja" ucap Ipang lagi dengan cerdas.
Kia menelan ludahnya sambil berfikir. Ipang kan memang cerdas tidak mudah dibodohi.
"Jadi gini sayang. Sebelum kita melawan musuh, kita harus perkirakan kemampuan kita. Menghadapi lebah dan singa tentu beda dong? Perumpamaan lebah itu buat ibu. Karena ibu sama-sama dewasa. Tapi kalau Ipang kan masih kecil, ibaratkan dia Singa yang galak! Ipang harus lari, kalau Ipang melawan Ipang akan aem aem, habis! Paham?"
"Ya Bu!"
"Oke bagus" jawab Kia mengelus kepala Ipang.
Di saat yang bersamaan para peserta audisi memasuki ruangan, rupanya sebentar lagi acara di mulai.
Dan anak istri Aslan duduk di samping Kia dan Ipang lagi. Benar dugaan Kia, Aslan tidak mendapingi anak dan istrinya. Dan anak yang ayahnya tidak datang adalah mereka berdua.
Staff managemen ITV program pencarian bakat itu masuk ke ruangan diikuti para mentor. Mentor mereka adalah para musisi dan tokoh profesional di negara Kia.
"Daaaddy" teriak anak kecil di samping Kia. Sehingga membuat orang menoleh semua. Anak itu ingin menegaskan.
"Akulah anak Tuan Aslan Nareswara"
"Dheg"
Kia menelan salivanya, jantungnya mulai ambil kuda-kuda dan ambil posisi siap memacu lebih kencang.
Laki-laki bermata biru, bertubuh tegap dan berpakaian rapi itu datang di dampingi sekertarisnya. Tapi sayangnya meski gadis kecil di samping Kia memanggilnya dengan sebutan Dady, laki-laki itu tak bergeming atau menoleh sedikitpun.
Kia kemudian menoleh ke gadis kecil di sampingnya dengan rasa iba. Tapi gadis itu tetap tersenyum percaya diri. Kia menoleh lagi ke Aslan. Aslan justru menatapnya dan menatap Ipang.
"Ehm. Ehm" Kia berdehem membetulkan jilbabnya dan membuang pandanganya dari Aslan.
"Dia benar-benar pria tak berperasaan dan kurangajar, tapi siapa dia? Kenapa di sini? Apa dia pemilik stasiun TV ini juga? Bukankah ini perusahaan berbeda?" batin Kia dalam hati belum tahu siapa Aslan secara lengkap dan seberapa kekayaanya.
Acara pengarahan dimulai. MC membawakan acara, dan mentor menjelaskan secara detail program apa saja yang akan dilakukan selama karantina. Selama acara tatapan Aslan tidak lepas dari Kia dan Ipang.
Begitu juga Ipang, semakin Ipang dilarang, Ipang justru semakin penasaran.
"Benarkah Tuan Aslan jahat seperi Singa?" batin Ipang ingin membuktikan.
Setelah beberapa waktu acara selesai. Lalu pihak hotel mengarahkan peserta agar orang tua mengantarkan anak mereka ke kamarnya masing-masing.
"Ayo Nak" ajak Kia ke Ipang setelah mendapatkan nomer kamar Ipang.
"Ayo" jawab Ipang.
Rupanya Ipang satu kamar dengan temanya yang bernama Daffa.
"Hai, Pangeran ya?" tanya perempuan cantik yang didampingi suaminya dan menggandeng anaknya
"Iya" jawab Kia mewakili anaknya.
"Daffa kenalan tuh sama temen kamu" ucap Ibu Daffa ke anaknya.
"Hai, kenalkan aku Daffa" ucap Dafa mengulurkan tangan.
Dan seperti biasa, Ipang menatap Daffa dingin. Setelah memperhatikan dengan seksama barulah Ipang menyalami Daffa.
"Ipang" jawab Ipang balik mengenalkan diri.
"Maafkan anak saya ya Bu, anak saya memang cenderung dingin dengan orang yang baru kenal" jawab Kia merasa tidak nyaman karen orang tua sempat memandang Ipang dengan tatapan kesal. Ipang terkesan sombong dan dingin.
"Ya nggak apa-apa namanya juga anak kecil. Nanti juga akrab. Ayo kita cari kamarnya" ajak Ibu Daffa.
"Oh iya Bund, kita belum kenalan. Perkenalkan, saya Kia, ibu Ipang" tutur Kia ramah memperkenalkan diri.
"Manda, ini suamiku Satya" jawab ibu Daffa ramah.
Kia pun membalas anggukan senyum ke Manda dan Satya.
Mereka berdua menuju ke kamar mereka. Sebuah kamar dengan dua kasur dua lemari. Tempatnya luas dan nyaman. Kia, Manda dan Daffa saling menatap mereka haru. Mulai malam ini sampai 3 bulan ke depan akan tidur berpisah dengan anak-anaknya.
"Sayang, baik-baiklah sama Daffa ya. Kalian harus bersahabat" tutur Kia menasehati Ipang.
"Ya Bu"
"Iya, baik-baik semuanya ya. Momy sama Dady akan jenguk kalian berdua sering" sambung Manda.
Manda dan Kia kemudian membantu anak-anaknya mengemasi barang-barang ke lemari.
"Ipang bisa sendiri kok Bu. Bukankah seharusnya ibu bekerja?" tanya Ipang tiba-tiba saat Kia memasukan bajunya ke lemari.
"Apa kamu ingin Ibu cepat pergi Nak?"
"Bukan Bu! Ipang tidak ingin Ibu dipecat. Kalau Ipang tidak bersama ibu dan ibu tidak bekerja Ibu pasti kesepian. Jadi ibu semangat bekerja ya"
"Ipang anak ibu? Terima kasih ya? Sungguh nggak apa-apa ibu tinggal?"
"Ya Bu!"
"Baik-baik di sini ya. Ingat sholat, kalau ada apa-apa telpon ibu"
"Baik Bu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Aqiyu
Ipang 😢👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2022-11-25
0
Ida Nur Hidayati
ipang anak yang baik...sukses ya ipang
2022-09-28
0
OrrieOn
wwah bakalan seru ..hati di aduk2
2022-02-23
0