Samar-samar deretan kata bertuliskan Nareswara yang menggantung di gedung tinggi itu tampak di mata Kia. Kebetulan di seberang kantor Nareswara Grup ada halte bus, tempat Kia berhenti.
Kia merapihkan baju dan tasnya bersiap-siap turun. Kia melirik jam tanganya sudah jam 11.00 lebih. Itu bukan jam wajarnya orang berangkat bekerja.
"Ah biar saja" batin Kia tersenyum. Dasar karyawan kurang ajar.
Kia berjalan melewati parkiran mobil yang berada di depan gedung kantor. Karena lelah duduk di dalam bis. Kia meregangkan tanganya ke atas, samping kanan dan kiri.
"Aaah lelahnya? Harusnya gue balik aja kali ya? Udah mau jam istirahat juga. Hehehehe" Kia bicara sendiri dan ketawa sendiri di dekat mobil yang terparkir di situ.
"Tapi kasian Delvin dia udah selalu baik ke gue. Hah untungnya gue punya atasan sebaik dia. Semangat Kia!" ucap cengengesan sendiri.
Kia melirik ke samping, ada mobil yang tampak sangat mengkilap dan bayangan dirinya jelas terlihat seperti cermin, tapi tidak terlihat siapa yang di dalam.
Kia kemudian tidak mengambil kesempatan untuk merapikan jilbabnya. Memiringkan kepalanya ke samping kanan dan kiri sambil tersenyum centil.
"Hooops!" mata Kia melotot, Kia segera memalingkan mukanya hendak pergi. Perlahan pintu mobil itu terbuka dan ternyata dari tadi ada orangnya.
"Hoh, kenapa dia lagi, Ipang ayahmu sangat menyebalkan" ucap Kia dalam hati merutuki dirinya sendiri.
"Heeeii kamu, berhenti!" ucap seseorang yang baru keluar dari mobil mengkilap itu.
"Haissh" desis Kia berhenti sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ngapain kamu di sini?" tanya pria itu yang tidak lain bos tertinggi di kantor itu.
Kia memutar badanya dan menatap laki-laki itu.
"Perasaan mobilnya tadi bukan itu? Kenapa dia keluar dari mobil yang berbeda. Kapan gantinya?" batin Kia sambil melirik mobil yang mengkilat tadi.
"Anda bertanya pada saya Tuan? Kan anda sendiri yang mempekerjakan saya di sini, tentu saja saya mau bekerja" jawab Kia sambil nyengir.
"Kerja? Siapa yang mengijinkanmu berangkat kerja jam segini?" tanya Aslan membentak.
"Mulai bertingkah ini perempuan" batin Aslan dalam hati.
"Yes, ini kesempatan emas buatku berulah, Buat dia marah Kia, buat gue dipecat" batin Kia sambil tersenyum.
"Mohon Maaf Tuan, Anda kan tahu saya dari mana? Bukankah kita pergi dari tempat yang sama, nggak apa-apa lah ya saya telat. He" ucap Kia berani.
"Kamu tahu berhadapan dengan siapa sekarang! Kamu tahu jam kerja di kantor ini jam berapa?" tanya Aslan menggertak.
Meski sedikit takut, Kia yang memang ingin dipecat menjadi tidak gentar.
"Huuuft bapak galak sekali. Bapak sendiri juga baru tiba kan di sini? Tim saya juga nggak protes kok saya belum datang. Kan bapak yang penting taunya pekerjaan kami selesai. Iya kan?" jawab Kia lagi.
Aslan hanya terus memandangi perempuan imut yang cerewet di depanya itu. Tapi Aslan tau diri dan membatasi diri sebelum memastikan siapa Kia sebenarnya.
"Rendra!" panggil Aslan berusaha tidak mennggapi Kia, agar tidak terpancing, baik terpancing emosi atau jatuh cinta.
"Iya Tuan" jawab Rendra mendekat dan sekilas melihat Kia.
"Panggil kepala tim tempat dia bekerja. Suruh ke ruanganku!" ucap Aslan memberi perintah.
Dengan langkah angkuh dan memasukan tangan ke sakunya Aslan berjalan menunggalkan Kia.
Mendengar perkataan Aslan hendak memanggil ketua Tim Kia, Kia menjadi gusar.
"Tuan Bos, tunggu!" ucap Kia berani memanggil bosnya itu, berlari dan menghadang langkahnya.
"Saya yang bersalah kenapa yang dipanggil ketua tim saya. Kalau mau dihukum atau dipecat. Pecat saya saya aja Tuan! Pecat please! Saya memang bersalah" ucap Kia polos dan berani dengan wajah imutnya.
Aslan hanya menatap Kia, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan yang semakin lama semakin terasa. Entah kenapa Aslan ingin marah tapi tidak bisa.
Baru pertama kalinya ada orang yang sudah diterima kerja malah minta dipecat. Padahal ada ribuan orang yang melamar ingin menjadi karyawanya.
"Ehm, minggir! Kamu menghalangi jalanku!" ucap Aslan ingin tetap terlihat berwibawa di hadapan Kia.
"Pak tunggu!" panggil Kia lagi menarik tangan Aslan spontan.
Aslan berhenti lagi melihat tangan Kia yang meraihnya dengan dingin.
"Ups Maaf!" ucap Kia menunduk dan melepaskan tanganya.
Tiba-tiba jantung Kia berdegup kecang. Aslan dan Rendra diam memandang Kia.
"Saya yang salah Tuan. Tolong jangan hukum ketua tim saya. Beri hukuman ke saya saja" tutur Kia lagi.
"Hemm" jawab Aslan lagi tidak menghiraukan Kia. Aslan dan Rendra berjalan cepat.
Kini Kia berdiri sendirian benar-benar dicueki.
"*Hoooh, lihatlah dia sombong sekali! Jadi maksudnya apa? Aku masih karyawan sini? Atau dipecat?
Kalau memang gue yang salah harusnya dia tegur gue sekarang dan pecat gue. Tapi kenapa dia ninggalin gue gitu aja. Hoh dasar. Bos macam apa dia*?"
Di depan pintu masuk Kia marah-marah sendiri dan bergumam sendiri.
"Tapi kalau kesalahan gue beneran berimbas ke Delvin, kasian Delvin. Ish nyebelin banget sih, timbang telat doang. Tidak, tidak gue harus tetap masuk"
Kia kemudian masuk ke kantor dan segera menuju ke ruanganya. Para editor handal lulusan Sarjana itu tampak sibuk mengetik dan memeriksa dokumen masing.
"Pagi Kak" sapa Kia ke seniornya.
Seperti awal bertemu mereka semua acuh dan cuek ke Kia. Kia yang sudah kebal bullyan menuju ke Delvin
"Maaf aku telat" ucap Kia ke Delvin.
"Iya gue tau. Lo abis antar anak lo kan? Gimana tugas gue? Udah selesai?" tanya Delvin
"Kok lo tau sih? Nih tugas gue" jawab Kia menyodorkan berkas hasil kerjanya.
"Ya kan acara itv semua orang tau. Itu kan juga cabang dari kita" ucap Delvin memberitahu sambil memeriksa hasil kerja Kia.
"Gue baru tahu lho kalau ITV itu bagian dari Nareswara Grup" ucap Kia polos.
"Hasil kerja lo bagus, padahal lo lulusan SMA" tutur Delvin memuji pekerjaan Kia tidak mennggubris omongan Kia.
"Benarkah? Ah terimakasih" jawab Kia tersenyum lebar. Sehingga di dengar orang-orang di ruanganya.
Tiba-tiba semua orang diam. Seperti perintah Aslan Rendra masuk dengan tatapan tajam ke arah Kia dan Delvin yang tampak akrab.
"Ikut saya ke ruang Tuan Aslan!" perintah Rendra.
"Saya?" tanya Kia dan Delvin barengan.
"Ketua tim yang membiarkan anak buahnya datang di jam sesukanya" jawab Rendra melirik ke Kia.
Spontan Kia bangun dari duduknya dan memohon ke Rendra.
"Pak, please jangan hukum dia. Biar saya saja!"
"Delvin, cepat!" ucap Rendra tegas lalu berlalu meninggalkan Kia.
Kia hanya bisa duduk merasa bersalah, ternyata begitu cara kerja Aslan. Jika anak buahnya salah yang ditegur ketua timnya bukan Kia.
****
Flashback saat di ruang Aslan.
Aslan langsung membanting tasnya setelah sampai di ruanganya. Perdebatanya dengan Paul membuatnya pusing dan berfikir tentang Ipang.
Aslan diam mengenang kejadian 7 lalu itu. Lalu bayangan Kia kembali terlintas. Aslan sangat yakin Kia orang di peristiwa 7 tahun lalu itu.
Hanya saja penampilan Kia berbeda. Sikap Kia juga berbeda. Kia yang sekarang sangat pembangkang dan cerewet. Perempuan 7 tahun lalu itu terlihat sangat penurut dan pendiam.
"Tuan" panggil Rendra ke Aslan
"Hmm"
"Apa anda masih mencurigai Ny. Kiara?"
"Gue bukan hanya curiga. Tapi gue yakin dia orangnya. Gue nggak mau salah bersikap dan salah orang, dia sangat berbeda. Pastikan dulu tanda lahir itu, suruh karyawan lihat dan pastikan tanda lingkaran hitam di leher belakangnya!"
"Baik Tuan. Saya akan panggil Delvin secepatnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Erlinda
CEO dan asisten nya kok goblok banget. ngapain harus memeriksa tanda lahir kita .klo mau memastikan itu anak nya toh tinggal tes DNA .dgn mengambil sampel rambut Ipang..bertele tele ga jelas cerita nya..jujur biasanya aq suka baper klo mengenai perasaan anak kecil tapi kok di cerita ini ga ada tersentuh dikit pun .justru kia dan ipang terkesan egois dan kurang ajar
2023-01-07
0
Aqiyu
Kia jadi pembangkang dan cerewet karena keadaan dia harus busa melindungi dirinya
kenapa Aslan ga test DNA aja
2022-11-25
0
Ida Nur Hidayati
kia tidak seperti dulu lagi
2022-09-28
0