Di depan mall besar di Ibukota. Dua perempuan itu saling pandang untuk memastikan. Benarkah yang di hadapan mereka adalah sahabat mereka?
7 tahun Kia meninggalkan kehidupan lamanya. Hilang tanpa jejak. Dan kini berdiri di hadapan Kia, Cyntia, sahabatnya dulu.
"Thin thin" pengemudi kendaraan lain mengklakson mobil Cyntia. Cyntia berhenti di tengah jalan.
Kia menggandeng Ipang untuk menepi.
"Kia tunggu gue" panggil Cyntia mencegah Kia pergi.
Cyntia memarkirkan mobilnya dan menghampiri Kia.
"Kia, benarkah ini lo?" panggil Cyntia ke Kia yang sekarang mengenakan jilbab dan menggandeng anak kecil.
Kia mengangguk dengan mata berkaca-kaca.
"Iya ini gue Cyn" jawab Kia lalu mereka berpelukan.
Ipang hanya menatap ibunya dengan pikiran cerdasnya mengerti dan ikut membenarkan semua hipotesanya. Satu orang di masalalu Kia muncul. Ipang semaki yakin, Ibunya dulu memang tinggal di Ibukota.
Keputusan Ipang tepat. Ipang merengek ke Kia setiap hari dengan alasan ingin menjadi juara di ajang audisi. Ipang mau tinggal di Ibukota. Padahal dari youtube, Ipang sudah menjadi bintang.
Tapi semua alasan itu bohong, sebuah kebohongan yang terjadi di luar batas wajar. Sebuah kebohongan yang ada karena kecerdasan anak seusia Ipang yang berbeda.
Ipang sering melihat Kia menangis sendirian, menatap beberapa foto, dan menulis di buku. Ipang tau penderitaan ibunya. Ibunya merindukan tanah kelahiranya.
"Gue nyari lo Ki? Lo kemana aja?" tanya Cyntia meraih kedua tangan Kia.
Kia menatap Ipang di sampingnya tidak menjawab pertanyaan Cyntia.
"Ipang sayang kenalkan teman ibu, dia Tante Cyntia" ucap Kia.
"Assalamu'alaikum tante, saya Pangeran, ibuku memanggilku Ipang" jawab Ipang cerdas dan tangkas.
"Wa'alaikum salam. Hai. Eh bukankah kamu si Ipang anak pintar yang ikut audisi?" tanya Cyntia mengingat acara yang dia tonton.
Lalu Kia dan Ipang mengangguk.
"Dia anakmu?" tanya Cyntia tertegun.
Cyntia pernah menyarankan Kia untuk menggugurkan anaknya. Tapi Kia menolak, Kia memilih melepaskan kehidupanya, cita-citanya, keluarganya dan teman-temanya.
Padahal alasan Kia sebelumnya nekat melakukan itu, agar dia tetap kuliah. Tapi endingnya sama saja. Kia melepaskan kuliahya.
"Iya, dia anakku yang aku lahirkan 6 tahun lalu" jawab Kia tenang dan mengenggam Ipang.
"Kia!" ucap Cyntia nanar.
Cyntia ingin tanya banyak hal, tapi Cyntia juga tahu ada Ipang di dekat Kia. Cyntia juga kemarin sempat melihat saat Ipang dikomentari juri tentang ayahnya.
Cyntia diam- diam penggemar Ipang juga. Cyntia sering mendengarkan lagu-lagu Ipang di youtube. Cyntia tidak tahu kalau itu anak sahabatnya.
"Anakku ingin ke arena bermain, apa kau mau ikut?" tanya Kia mengisyaratkan ke Cyntia kalau mau ngobrol di dalam saja. Kia juga tidak mau Ipang mendengar percakapan ibunya dengan orang di masalalunya.
"Boleh" jawah Cyntia paham
"Kita main bareng Tante Cyntia boleh kan Nak?" tanya Kia ke Ipang.
"Iya Bu"
Lalu mereka bertiga masuk ke arena bermain anak-anak.
"Sayang, ibu tunggu di sini ya. Ipang boleh bermain sepuasnya" tutur Kia ke Ipang.
"Iya Bu, hore" jawab Ipang bahagia.
Lalu Ipang masuk ke arena bermain. Seperti anak-anak di usianya. Ipang begitu menikmati berbagai wahana, meski tanpa didampingi orang tuanya.
Ipang menciptakan pendampinganya sendiri. Membentuk karakter sendiri di dalam otaknya. Menciptakan teman, ayah dan orang tua yang hanya Ipang rasakan sendiri tanpa dilihat orang lain.
Iya, itu cara Ipang membahagiakan dirinya. Ipang terlalu dewasa untuk mengobati kesepianya.
Di kursi besi warna-warni dan dihiasi gambar karakter kartun, dua sahabat yang lama terpisahkan itu melepas rindu. Sebotol air mineral berada dalam genggaman masing-masing.
Kia menatap Ipang penuh cinta saat Ipang menaiki motor remot dan melambaikan tangan memanggil namanya.
"Ibu... ibu...." panggilan yang begitu sempurna, berarti dan berharga untuk Kia.
"Bagaimana kehidupanmu Ki? Bagaimana kamu membesarkannya menjadi sehebat dia?" tanya Cyntia tiba-tiba.
"Aku hidup dengan sangat baik Cyn, Ipang duniaku sekarang, dia Pangeran di hidupku" jawab Kia.
"Apa kamu menikah?"
"Tidak"
"Kamu membesarkanya seorang diri?"
"Lebih tepatnya bersama teman-temanku, aku tinggal di yayasan di sebuah desa"
"Syukurlah aku bahagia mendengarnya, maafkan aku, aku tidak ada di sampingmu di waktu sulitmu"
"Tak apa, aku yang meninggalkanmu. Semua yang terjadi sudah menjadi garisku, aku menjalani peranku dengan baik"
"Jika saja waktu itu aku tidak memberikan job itu ke kamu. Ceritanya pasti akan berbeda kan? Maafin aku Ki"
"Sudahlah tidak usah bahas masalalu, itu pilihanku. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menikah?"
"Aku menikah 2 tahun lalu"
"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya. Apa kamu masih mengambil job itu lagi?"
"Tidak, semenjak kamu pergi, aku berhenti"
"Benarkah? Alhamdulillah"
"Iya"
"Siapa pria yang menikahimu?"
"Pria yang dipilihkan ayahku"
"Apa kamu mencintainya?"
"Cinta sudah lama mati di hidupku Ki"
"Bagaimana kamu menjalani pernikahanmu? Apa kamu mempunyai anak?"
"Aku menjalani hariku dengan baik, seperti yang kamu lihat, tapi aku tak seberuntung kamu. Aku dan suamiku sepakat untuk tidak mempunyai anak"
"Begitu?"
"Untuk beberapa waktu. Aku tidak mau menyaiti anakku, jika nanti anaku tau kedua orang tuanya tidak saling mencintai"
"Maafin aku, Cyn. Aku tahu ini pasti berat untukmu"
"Tidak Kia. Ini pilihanku, sama seperti saat kamu memilih pergi dan melahirkan anakmu"
"Iya, aku mengerti" jawab Kia mengangguk mencoba memahami sahabatnya.
"1 bulan setelah kamu pergi, dia mencarimu" ucap Cyntia membahas ayah Ipang.
"Maksudmu?" tanya Kia tidak menyangka.
"Laki-laki malam itu, dia mencarimu? Ayah dari anakmu" tutur Cyntia memperjelas.
"Ayah Ipang? Untuk apa mencariku?"
"Mungkin dia ketagihan bermalam denganmu, entahlah" jawab Cyntia sambil tersenyum getir membicarakan kejelekan laki-laki pada umumnya.
"Dasar kurang ajar. Pria mesum, awas saja. Bahkan dia sudah punya anak dan istri" umpat Kia membenci Aslan.
"Apa maksudmu kenapa kamu mengumpat begitu? Apa dia sungguh mencarimu? Kamu mengenalnya?"
"Dia bos di tempatku, tidak dia tidak pernah menemuiku sebelumnya"
"Dia Aslan Nareswara?"
"Jadi, kamu tau?"
"Baru Ki, saat kamu tanya dulu aku belum tau, sungguh. Aku baru tahu"
"Aku baru keterima kerja di kantornya"
"Kamu bekerja?"
"Iya, sebagai penulis dan sedang belajar menjadi editor"
"Aku bangga mendengarnya"
"Untuk apa bangga? Aku ingin segera mengundurkan diri, tapi aku udah kontrak"
"Kenapa? Bukankah kau harus membesarkan anakmu?"
"Dia mulai mengenaliku. Juri sialan itu membuat anakku menangis, dia juga membuat laki-laki itu mencariku, aku harus menjauhkan anakku darinya"
"Bagaimana dia tau kamu ibunya?"
"Aku membawa Ipang bekerja"
"Tapi Kia, bukankah ini saatnya anakmu tau siapa ayahnya? Kamu tidak melihat tatapan kerinduan dan kebingungan dari anakmu"
"Dia pria beristri Cyntia. Dia mempunyai seorang putri. Aku tidak akan pernah mengenalkan Ipang dengan sesosok ayah yang kurang ajar seperti dia. Aku tidak akan menempatkan Ipang menjadi anak hasil perselingkuhan dan merusak rumah tangga orang"
"Kamu mengenal mereka? Sebanyak apa kamu tau tentangnya?"
"Cyn dia tetap bukan pria yang baik. Dia bahkan membayarku. Apa dia tidak ingat putrinya saat tidur bersamaku? Meski aku melakukanya. Tapi aku tau dia sudah menghianati istrinya. Tidak dibenarkan apa yang sudah dia lakukan. Pria macam apa itu? Aku membencinya, aku tidak ingin anakku menjadi seperti itu"
"Tapi dia tahu kalau kamu pergi dalam keadaan hamil"
"Wuooo?" Kia terkaget, bisa-bisanya Cyntia memberitahu kehamilnya pada orang yang dia anggap brengsek itu.
"Apa kamu yang memberitahunya?" tanya Kia.
"Waktu itu aku berharap dia akan menolongmu, dia tanya dimana dia bisa menemuimu. Aku hanya bilang kamu pergi karena kamu hamil"
"Hoh, pantas dia sangat percaya diri menanyakan apa Ipang anaknya. Aku harus segera pergi. Aku nggak akan ijinkan dia menemui anakku. Ipang anakku, hanya anakku"
"Tapi Ipang butuh sesosok ayah Ki"
"Cyntia, dia juga seorang ayah untuk putri sahnya. Aku tidak mau anakku tau siapa ayah dan ibunya"
"Tapi itu tidak adil untuk Ipang Ki"
"Aku memberitahunya, tapi nanti, setelah dia dewasa"
****
Kantor Nareswara.
Di ruangan luas dan rapih yanga berada di lantai tertinggi kantor pusat Nareswara Grup, laki-laki berahang tegas itu tampak terpejam, tapi masih sadar. Dia menyandarkan badanya ke kursi kebesaranya.
Sang sekertaris yang setia mendampingi tampak duduk diam di hadapanya. Padahal di meja itu tidak ada berkas atau laporan.
Entah apa yang mereka pikirkan. Aslan tampak seperti mencari sesuatu dalam tumpukan memory di otaknya.
"Gue inget" ucap Aslan tiba-tiba menegakan posisi duduknya.
"Apa yang anda ingat Tuan?" tanya Rendra.
"Gadis itu mempunyai tanda lahir. Ada di belakang lehernya. Kita bisa tahu siapa perempuan itu sebenarnya lewat itu" tutur Aslan ingin memastikan siapa Kia sebenarnya. Aslan dan Rendra yakin Kia perempuan itu.
"Tapi dia berjilbab Tuan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Nenk Leela Poetrie Mawar
dasar si Aslan
2022-12-23
0
Ida Nur Hidayati
kia betul,.untuk sementara ipang jangan mrngenal dulu ayahnya apalagi ayahnya sudah berkeluarga.
2022-09-28
0
Shuhairi Nafsir
tega kamu Thor menyiksakan hati dan batin seorang anak. kesian sama kamu ipang. gara Gara Thor yang nga perikemanusian
2022-05-19
2