"Ayo Nak, kamu sudah siap?" tanya Kia ke Ipang sambil menyemprotkan minyak wangi.
"Sudah Bu" jawab Ipang.
Pagi itu Kia merasa percaya diri dan bersemangat. Hampir saja Kia menyerah dari mimpinya, ternyata dia dipanggil lagi.
Benar kata Ipang, Kia memang sangan ingin karyanya diterbitkan oleh penerbit Nareswara. Apalagi jika naskahnya bisa dijadikan serial tv di ITV.
Sebagai penulis baru, itu seperti penghargaan tertinggi buat Kia. Mengingat perjuangan dan kerja kerasnya menulis. Dan konon kabarnya karya yang dilirik penerbit Nareswara benar-benar karya berbobot.
Apa itu artinya karya Kia berbobot. Ah Kia sangat senang sekali mengingatnya. Bahkan penulis-penulis terkenal dan best seller juga dilahirkan dari Penerbit Nareswara.
Pagi itu Kia berdandan cantik. Kia memakai tunik berwarna coklat muda bercampur putih dengan pola hiasan kotak di tengah. Dipadu dengan celana kulot kain berwarna putih dan jilbab voal berwarna putih.
"Ibu" panggil Ipang melihat ibunya.
"Ya sayang"
"Ibu cantik sekali"
"Aah, sayangnya ibuk. Kamu sweet sekali. Kasih ibuk morning kiss dong!" jawab Kia berjongkok lalu menyodorkan pipinya.
Ipang kemudian mencium pipi Kia kanan dan kiri. Kia sangat bahagia mendapat balasan kasih sayang dari anaknya yang masih kecil itu.
Kia membalas Ipang dengan menghujani Ipang ciuman di kepalanya.
"Tetap sayang Ibuk sampai dewasa nanti ya Nak" batin Kia dalam hati.
Kasih sayang ibu memang tidak terukur sampai kapanpun jua. Dan harapan terindahnya, kebagiaan anaknya. Hadiahnya, bakti, rasa sayang dan cinta dari anaknya.
"Ipang sayang ibuk" ucap Ipang memeluk kepala Kia.
"Ibu juga sayang sekali sama Ipang, i love you"
"I love you juga ibuk"
"Ya udah berangkat yuk"
"Ayuk"
Mereka berdua kemudian keluar dari kamar hotel, berjalan bergandengan menyusuri lorong. Meski tanpa ayah, anak dan ibu itu terlihat sangat bahagia. Seperti tanpa cacat. Meski sebetulnya dalam hati Ipang, Ipang tetap butuh sosok seorang ayah.
"Buk" panggil Ipang lagi.
"Ya"
"Hari ini, hari terakhir kita tinggal di hotel kan?" tanya Ipang mengingatkan Kia.
Kia diam sejenak mendengar pertanyaan Ipang.
"Kenapa? Kamu tidak suka hotel ini? Apa tidurmu kurang nyaman?"
"Bukan"
"Terus?"
"Kita cari tempat tinggal sendiri Bu, ibu lupa?"
"Iya sayang, ibu ingat"
"Kenapa baju dan barang-barang kita, tidak kita bawa sekalian?"
"Nanti ya setelah ibu selesai bertemu dengan pihak dari Nareswara Grup"
"Janji ya Bu"
"Iya! Memilih rumah kan tidak asal sayang, ibu udah menghubungi teman ibu kok. Sementara kita kos dulu kalau kamu tidak mau di hotel"
"Ibu punya teman di sini?"
"Punya, kan ibu julana online temen ibu ada dimana-mana"
"Ibu hebat, semoga teman ibu cepat dapet tempat tinggal yang pas buat kita"
"Aamiin. Oh iya, mau sarapan dimana sayang?"
"Ipang ingin sarapan di luar Bu, jangan di hotel terus"
"Baiklah, mau sarapan apa?"
"Ipang sebenarnya pengen masakan ibu aja"
"Nanti ya kalau kita udah dapet tempat tinggal, ibu masakin buat kamu, sekarang ibu belum bisa masak"
"Iya Bu"
"Katakan, Ipang pingin makan apa?"
"Terserah ibu saja"
"Makan sate ayam aja ya!"
"Ya!"
Sebelum pergi ke kantor Nareswara, Kia dan Ipang membeli sarapan sate lontong ke pedagang kaki lima di depan hotel. Setelah kenyang mereka berdua memesan taksi menuju ke kantor Nareswara pusat.
"Buk"
"Hemmm"
"Kalau nanti Ipang nggak boleh masuk lagi, Ipang mau kok nunggu di depan, ibu sekarang berani"
"Nggak sayang, ibu udah bilang ke bos mereka, ibu hanya akan mau bekerja sama dengan karya ibu kalau mereka ijinkan ibu bawa kamu"
"Maafin Ipang ya Bu. Besok kalau Ipang udah sekolah kan Ipang nggak ganggu ibu lagi"
"Sayang kamu nggak pernah ganggu ibu kok" jawab Kia lembut.
Ipang tersenyum melihat ibunya. Taksi sampai di depan gedung tinggi yang kemarin mereka datangi.
Mereka kembali ke gedung tinggi itu. Kia berjalan dengan percaya diri menggandeng Ipang. Rasanya Kia ingin memaki semua orang yang kemarin bersikap sombong terhadapnya.
Kia ingin menjukan kalau dirinya tamu. Tamu yang bahkan diminta untuk datang. Saat bertemu dengan security Kia memandang sinis ke Security.
"Saya kesini karena diminta ya! Bukan keinginan saya! Saya sudah mengantongi ijin membawa anak saya ke atasan kalian. Ini buktinya!" ucap Kia ke security tanpa ditanya dengan tatapan mengejek.
Sebenarnya satpam sudah tahu, karena Aslan sudah memberi instuksi tanpa sepengetahuan Kia. Hanya saja Kia belum tahu kalau Aslan atasan tertinggi di situ. Atasan yang Kia sombongkan adalah Bu Rosa.
"Ya Nyonya. Silahkan" jawab Security tidak mau banyak berdebat.
"Huh" cibir Kia sombong ke Security mengingat kejadian tempo hari.
Kia menggenggam tangan Ipang dan berjalan menuju ke lift. Karena Kia orang baru, Kia tidak tahu seluk beluk lift itu.
"Thut thut" Kia memencet tombol lift menuju ke lantai tuju.
"Thet" Lift terbuka.
Dan di dalamnya sudah berdiri dua orang dengan berbaju rapi dan beraroma wangi.
Kia dan kedua pria itu beradu pandang beberapa saat. Kia menatap mereka dengan penuh tatapan ancaman dan ingin mengejek.
Satu pria itu menatap Kia dan Ipang dengan tatapan aneh. Sementara satu orang di belakang pria itu tampak memandang Kia kesal. Seperti ingin memberi peringatan.
Satu pria di belakang itu langsung maju. Menghalangi Kia masuk.
"Nyonya? Anda dilarang naik ke lift ini" ucap pria yang maju itu.
"Hah, apa hak kamu melarang kami!" jawab Kia lantang menggenggam tangan Ipang dan menyerobot masuk. Kia berdiri di samping pria itu dengan percaya diri.
Pria itu Rendra sang sekertaris Aslan. Pintu lift tertutup. Rendra menatap Kia dengan penuh gemas. Kia berdiri bersedekap dengan cueknya.
"Ehm" Aslan berdehem ikut geram.
Aslan sadar dia sendiri yang menyuruh Kia datang ke kantor lagi, meski tanpa sepengetahuan Kia. Tapi bukan berarti membiarkan Kia nglunjak masuk melewati lift khusus buat pemilik perusahaan.
"Kenapa ah ehm ah ehm. Kalian dengarkan saya ya. Saya kesini bukan keinginan saya. Catat itu! Saya diundang sama atasan kalian. Dan dia baik, mengijinkan saya membawa anak saya, tidak seperti kalian. Hoh!" ucap Kia tegas ke Aslan dan Rendra.
Mendengar perkataan Kia, Aslan dan Rendra langsung membulatkan matanya.
"Jaga ucapan anda Nyonya. Anda tidak ta" ucap Rendra spontan hendak menegur Kia. Atasan siapa yang Kia maksud. Atasan di kantor itu kan mereka berdua.
Belum Rendra memberitahu. Aslan langsung mencegah Rendra. Rendra berhenti bicara tapi menatap Aslan bingung, kenapa Aslan mencegahnya.
"Besar juga nyalimu, sepertinya kamu perlu diberi hukuman agar mengerti cara bersikap!" ucap Aslan menyela.
"Hah! Hukuman? Memang kalian siapa? Kenapa? Ada yang salah dengan sikap saya? Kenapa saya harus jaga ucapan saya. Saya mengatakan hal yang benar. Huh, sesama pegawai juga" jawab Kia sinis.
Lalu lift lantai 7 itu terbuka dan Kia segera keluar dari lift itu. Kia tidak tahu kalau dia salah masuk lift. Di kantor itu ada dua lifr, lift khusus karyawan dan pemilik perusahaan.
****
"Tuan, bukankah itu perempuan yang kemarin?" tanya Rendra mengutarakan kebingunganya.
"Iya"
"Kenapa dia bisa datang kesini lagi?"
"Biarkan saja, gue yang menyuruhnya"
"Wo?"
"Iya, naskah dia lumayan bagus. Sepertinya cocok untuk serial tv kita" ucap Aslan keluar dari lift dan masuk ke ruanganya.
"Tapi dia bersikap kurang ajar dan tidak sopan Tuan"
"Biar saja, tunggu apa yang akan gue lakukan. Anggap saja dia mainan baru, akan gue buat dia mengerti posisi dia di sini"
"Maksud Tuan?"
"Jangan buat susana hatiku kacau, mau mati kau, gitu aja nggak tahu, banyak tanya!"
"Maaf Tuan"
"Gue akan buat dia bekerja di sini"
"Apa anda tertarik padanya? Dia perempuan beranak satu anak Tuan"
"Gue juga tahu. Gue juga laki-laki beristri"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Erlinda
jujur kok aq kurang suka ya dgn sikap kita yg katanya udah bertobat dan memperbaiki diri utk kedepan nya tapi kok kelakuan nya bar bar gitu seperti org yg ga pernah mengenyam bangku kuliah aja .kepedean banget kia
2023-01-07
0
Nenk Leela Poetrie Mawar
jadi Aslan punya istri
2022-12-23
0
Aqiyu
ckkk
2022-11-25
0