Seperti daun yang jatuh tidak membenci angin. Semua telah terjadi. Waktu tidak mungkin bisa diputar lagi, yang lalu biarlah berlalu. Tidak ada gunanya mencari letak kesalahan, semua sudah terjadi.
Waktu berfikir Kia menentukan pilihan tidak banyak. Kia memutuskan pilihanya dengan cepat. Sehingga keputusanya meletakanya pada lubang dosa yang akan selalu membekas, meski Kia berusaha melupakanya.
Nasi telah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa mengubahnya lagi, apalagi mengembalikanya seperti semula. Kia hanya boleh mengikhlaskan meski dengan penyesalan.
Mahkota dan sesuatu yang berharga buatnya, sudah direnggut oleh laki-laki yang tidak dikenalnya. Kia pun tak bisa menuntutnya, apalagi meminta pertanggung jawaban.
Kini Kia hanya bisa menangis, memohon ampunan pada Tuhannya Yang Maha Pengampun.
Memohon belas kasihNya agar tidak ditempatkan pada posisi seperti itu lagi.
Berjanji dalam hati pada Tuhanya, cukup satu malam ini, untuk pertama dan terakhirnya, Kia masuk dalam dosa yang menghinakan.
"Hiks... hikss" Kia duduk memeluk kedua lututnya yang tertutup selimut hotel.
"Ayah, Ibu, maafin Kia, maafin Kia" batin Kia mengelap air matanya.
Kia tahu, jika keluarganya tahu pasti akan marah dan kecewa. Melakukan hubungan tanpa menikah adalah dosa besar.
Kia tidak punya waktu banyak mencari solusi lain. Kia harus memilih dipenjara dan dikeluarkan dari kampus, atau menerima tawaran Cyntia.
Kia menangis sesenggukan sendirian di kamar hotel. Karena pertama kalinya Kia melakukan itu, apalagi pasanganya terpengaruh obat, membuatnya melampiaskan secara brural. Kia merasa sangat lelah dan bangun kesiangan.
Entah kemana laki-laki itu pergi. Dia tidak membangunkan Kia. Mengajaknya ngobrol atau sekedar kenalan pun tidak.
Mungkin di mata laki-laki itu, Kia hanya perempuan bayaran yang tidak berharga.
Setelah lelah menangis dan nafasnya sesenggukan Kia bangun. Kia mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya menuju ke kamar mandi. Kia membersihkan tubuhnya yang sekarang dia rasa sangat kotor.
"Ish apa ini?" ucap Kia syok saat melihat cermin di kamar mandi hotel.
Bagian dadanya yang selama ini terjaga berubah menjadi banyak bercak merah.
"Ya Tuhan kenapa tidak bisa hilang?" gumam Kia polos tidak tahu menau tentang hal-hal seperti itu.
Kia panik menggosoknya dengan sabun tapi tidak hilang, setelah berusaha akhirnya menyerah. Kia memilih searching digoogle ternyata memang tidak ada solusi.
Setelah merapihkan penampilanya, Kia mengambil amplop dari pria yang mengambil harta berharganya itu.
"Banyak banget" gumam Kia, ternyata laki-laki itu tidak hanya memberinya 15 juta, tapi 25 juta. Laki-laki itu juga menuliskan, surat untuk Kia.
"Aku lihat kamu menangis,
Aku juga tau kamu masih perawan, aku tambahin fee mu"
"Hoh, kalau dia tau aku menangis, kenapa tetap melanjutkanya dan meninggalkanku?" gumam Kia dalam hati lalu menyimpan amplop itu.
Entah kenapa benak hati, Kia berharap bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi. Tapi bahkan namanya saja tidak tahu.
Kia membawa uang itu ke tasnya. Dengan langkah tegap Kia berangkat ke kampus. Semua laporan keuangan BEM dia susun rapih, dibawa di dalam tas ranselnya.
Kia mendatangi ruang dekan, dan segera membuktikanya. Tidak sepeserpun Kia memakai uang dari kampus.
Dan ternyata di dalam ruangan Pak Dekan, Nelly sedang menyampaikan sesuatu. Entah apa yang sedang Mely lakukan.
"Permisi Pak, boleh saya masuk?" sapa Kia sopan lalu menghela nafas dan melirik geram ke Melly.
"Kia" pekik Melly dan Pak Dekan. Melly sedikit kikuk.
"Silahkan, silahkan duduk!" jawab Pak Dekan.
"Ehm, seperti yang bapak minta, saya bawa uangnya beserta laporan keuangan selama kegiatan Pak. Untuk SPJ lengkapnya selesai acara akan saya laporkan lagi" ucap Kia lantang, menegaskan dan menyindir ke Melly. Kia tidak bersalah dan tidak bisa dihancurkan begitu saja.
Sekarang Kia tahu siapa yang berusaha mengadukan dirinya dan memfitnahnya.
"Dasar ja*ang" batin Kia mengepalkan tangan.
Dekan kemudian mengambil laporan Kia, meneliti dengan seksama. Setelah meneliti Dekan mengangguk dan tersenyum.
"Baik Kia, laporanmu saya terima, bapak mohon maaf sudah tidak mempercayaimu. Lanjutkan kegiatan yang sudah kalian rencanakan. Bapak tunggu SPJ lengkapnya" jawab Dekan dengan bijak.
"Terim kasih Pak" jawab Kia agak keras dan melirik ke Melly, Kia menang.
"Melly" panggil Pak Dekan ke Melly saat Kia memberesi laporan dan uangnya.
"Ya Pak"
"Sekarang kamu lihat sendiri kan? Kia membawa uang itu dan laporan penggunanaanya dengan jelas. Minta maaflah ke Kia, apa yang kamu tuduhkan tidak benar" tutur Pak Dekan semakin memperjelas kalau Melly biang keroknya.
Dengan terpaksa dan memendam geram, Melly meminta maaf ke Kia. Melly mengiba dan menjadi semakin tidak punya harga diri di hadapan Kia.
Kia pun mengangguk memaafkan karena mereka disaksikan dosen. Sebenarnya Kia ingin menjambak dan memaki Melly. Tapi apa daya, dia harus menjaga sikapnya.
Kalau mau Kia juga bisa membalas Melly, melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Tapi ya sudahlah, Kia memang baik hati memilih menjauhi Melly.
Bersikap elegan lebih baik, itu menunjukan kualitas dirinya. Jika membalas perlakuan Mely hanya membuang waktu dan tenaga.
Setelah meminta maaf, menahan malu yang amat sangat karena mely kalah telak. Mely keluar lebih dulu meninggalkan Kia.
***
Sesampainya di kelasnya Kia duduk dan meremas gagang tasnya. Mengingat semuanya.
Melly sudah merebut pacarnya, Melly juga yang membuat Kia harus tidur bersama laki-laki tak dikenal itu. Tapi kemudian Kia berfikir, dengan kejadian ini, Kia jadi tahu siapa Jeje.
Setidaknya Kia bisa terbebas dari laki-laki yang tidak baik. Tapi tetap saja kenapa Kia harus merelakan kesucianya untuk orang yang belum jadi suaminya, tidak dikenal malah. Rasanya tetap menyakitkan.
"Haahh" Kia menghela nafasnya mencoba melepaskan gundahnya.
"Fokus kuliah Kia!" gumam Kia dalam hati lalu mengambil bukunya.
Kia bertekad, mengubur dalam-dalam malam kelamnya itu. Yang penting masalahnya terselesaikan.
Kia harus fokus kuliah, menyelesaikan pendidikanya, menjalankan wasiat ibu dan ayahnya.
****
2 bulan berlalu. Kia menjalani kehidupan kuliahnya dengan baik. Meski masih saling menghindar, Kia memilih tidak memperdulikan Jeje ataupun Melly lagi.
Kia tetap aktif berorganisasi dan menjadi mahasiswa bintang di kelasnya. Bisnis online yang bernilai receh itupun tetap berjalan.
Uang sisa yang diberikan laki-laki tak dikenal itu masih dia simpan rapih di kotak rahasianya. Sebenarnya Kia pernah memberikan uang itu ke Cyntia tapi Cyntia menolak.
Kia tidak berani menggunakan uang itu untuk keperluan dirinya. Kia juga merasa, pilihanya merupakan kesalahan. Kia merasa uang itu bukan uang halal dan berkah.
Kia tidak ingin menikmati uang itu. Hendak Kia sumbangkan, tapi Kia juga merasa uang kotor itu tidak pantas disumbangkan.
Siang itu Kia selesai kuliah dan hendak latian teater bersama Cyntia.
"Ke kantin yuk! Isi perut sebelum latian" ajak Cyntia ke Kia.
"Gue nggak pengen makan. Gue mual banget dari kemarin. Badan gue rasanya ngantuk terus" tutur Kia mengutarakan keadaan tubuhnya.
"Lo sakit?"
"Nggak tahu, tiap bangun tidur gue mual, apalagi bau makanan. Males gue ke kantin"
"Udah priksa belum?"
"Belum, cuma minum obat, beli di apotik"
"Ada perubahan nggak? Udah berapa lama lo sakit"
"Sama aja sih. Satu mingguan" jawab Kia mengingat awal mulanya dia sakit.
"Ish, periksa sih sono! Jangan-jangan lo typus" tutur Cyntia memberitahu.
"Iya yah? Ya udah, gue nggak latian ya, gue priksa dulu" jawab Kia merasa saran Cyntia benar.
"Lo mau ditemenin nggak?"
"Nggak, lo latian aja! Gue periksa sendiri aja"
"Oke, hati-hati yaa. Daah"
"Makasih Cyn"
Kia pun periksa ke klinik di dekat kampus sendirian. Setelah mendaftar, Kia masuk ke ruang periksa, menyampaikan keluhanya dan mendapatkan pemeriksaan.
"Nona kapan terakhir menstruasi?" tanya Dokter klinik.
Mendapat pertanyaan dokter, Kia diam mengingat-ingat kapan menstruasi terakhir. Kia menelan ludahnya, ternyata Kia sudah telat 2 bulan. Dokter kemudian mengangguk dan melanjutkan pemeriksaan.
Tidak menunggu lama hasil laborat Kia keluar. Dan Dokter menyampaikan kalau Kia hamil. Kia seperti tersambar petir, tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya serasa melemas sepeti tidak mempunyai tulang.
"Aku hamil?" gumam Kia sambil berjalan keluar dari klinik.
Kia berhenti di tengah jalan, bingung apa yang harus dia lakukan terhadap janinya. Kepada siapa Kia meminta pertanggung jawaban. Wajah laki-laki yang menidurinya saja lupa, tahu namanya pun tidak.
"Cyntia" gumam Kia lagi. Kia memutuskan kembali ke kampus menemui Cyntia.
Kia langsung mencari Cyntia ke ruang teater. Kia menariK Cyntia keluar dan menceritakan masalahanya sambil menangis.
"Lo hamil?" tanya Cyntia kaget.
"Huum" jawab Kia mengangguk.
"Lo nggak pake pengaman? Lo nggak minum obat KB?" tanya Cyntia.
"Ya mana gue tau hal begituan, gue juga nggak ada persiapan" jawab Kia jujur.
"Aduh Kia kenapa lo bodo banget sih. Kalau mau layanin pelanggan tu persiapan dulu. Gue lupa nggak kasih tau lo lagi" tutur Cyntia.
"Terus gimana?"
"Lo gugurin aja!" ucap Cyntia.
"Nggak, gue nggak mau lakuin salah yang kedua kalinya"
"Sory, terus gimana? Gimana kuliah lo? Gimana ipar dan kakak lo?"
"Lo tau nggak siapa laki-laki yang bayar gue malam itu? Dimana gue bisa temuin dia? Lo bisa cari tau nggak siapa namanya?"
"Nggak Ki, temen gue nggak kasih tau, temen gue juga cuma tau dari asistenya, itu juga dirahasiain"
"Hiks" Kia menangis mengelus perutnya.
****
Tanpa diketahui Kia dan Cyntia, ternyata Melly menguping dan merekam percakapan mereka.
Untuk yang kedua kalinya Melly menyerang Kia dan Cyntia. Melly memutar percakapan mereka berdua dari pusat informasi kampus.
Pagi hari itu, saat Kia dan Cyntia masuk ke kampus semua memandang sinis ke mereka. Bahkan beberapa mengatai merela berdua pe*acur, perempuan bayaran dan sebagainya.
Dan untuk yang kedua kalinya, Kia dipanggil ke ruang Dekan, tapi kali ini bersama Cyntia dan mengundang keluarga masing-masing. Orang tua Cyntia yang sedang di luar negeri tidak datang. Keluarga Kia yang datang iparnya.
"Jawab pertanyaan Mba, Ki! Benar kamu ikut prostitusi online? Hah?" tanya Ipar Kia di hadapan Dosen dan Cyntia. Kia dan Cyntia menunduk tidak menjawab.
"Benar kamu hamil?" tanya Kpar Kia lagi.
Kemudian Dosen memberikan rekaman percakapan Kia dan Cyntia. Dan sontak Ipar Kia memutuskan, meminta pihak kampus mengeluarkan Kia. Ipar Kia pun menyeret Kia untuk pulang.
"Liat Mas adek kamu! Memalukan, dasar, manusia nggak berguna, sudah jadi benalu, mengotori keluarga" umpat Ipar Kia di depan kakaknya.
"Benar Kia? Kamu hamil dari hasil kamu menjual diri?" tanya Kakak Kia serius.
Kia hanya menangis, Kia tidak berani menjawab.
"Maafin Kia Kak" tutur Kia sambil terisak.
"Siapa bapaknya?"
"Kia nggak tahu Kak" jawab Kia jujur
"Hoooh" Ipar Kia tercengang dan mencibir Kia.
"Dengar kan Mas! Saking banyaknya yang menidurinya, sampai nggak tahu siapa bapaknya. Bilangnya aja jualan online, ternyata ini sumber kamu dapat uang? Menjijikan!"
"Nggak Kak! Kia cuma sekali" jawab Kia menyanggah tuduhan iparnya.
"Terus siapa bapaknya?"
"Kia nggak tau"
"Gugurkan kandunganmu, atau pergi dari sini!" ucap Ipar Kia spontan.
"Sayang, dia adikku"
"Mas, bentar lagi aku lahiran, kita akan punya anak. Kalau Kia juga hamil dan nggak punya ayah, siapa yang akan biayain? Siapa yang akan urusin. Aku juga nggak mau semua tetangga menggunjing kita. Mas nggak kasian sama anak kita kalau nanti dikatain punya tante pe**cur?"
"Kia, dengarkan kakakmu, gugurkan kandunganmu!"
"Nggak Kak, Kia nggak mau lakuin kesalahan yang kedua kali"
"Dasar bodoh, bener-bener nggak punya otak. Terus apa solusi kamu! Aku nggak mau hidup satu rumah dengan ja*ang sepertimu"
"Kia, dengarkan mbakmu, itu solusi terbaik"
"Tapi Kak, itu dosa" jawab Kia.
"Hah dosa? Kamu bilang dosa? Terus yang kamu lakukan itu apa? Telat kamu bahas dosa! Mas, sekarang pilih, biarkan aku pergi atau adikkmu ini yang pergi?" tutur Ipar Kia.
Kia menyadari kesalahanya sudah melakukan dosa besar. Kia tidak mau melakukan dosa lagi dengan membunuh bayinya.
Meski entah bagaimana membesarkanya, Kia bertekad membesarkan bayinya. Kia memilih pergi dari rumah kakaknya.
Dari bisnis online, Kia mempunyai sahabat yang sering memberi kajian di grup. Kia kemudian memutuskan untuk menemui sahabatnya itu dan mencurahkan permasalahanya.
Dan benar saja, ternyata sahabatnya itu seorang aktivis perempuan. Lalu Kia diberi alamat suatu desa provinsi Y.
Kia kemudian mendatangi tempat itu, Yayasan Srikandi. Di situ mirip seperti pesantren. Tapi menjadi home industri.
Di tempat itu banyak kegiatan pelatihan ketrampilan, hasilnya dijual. Di situ juga ada kegiatan keagamaan.
Kia kemudian mendatangi ketua yayasan dan menceritakan masalahnya. Dengan tangan terbuka pemilik yayasan menerima Kia.
Kia hidup di yayasan itu. Belajar menjadi perempuan yang produktif, mempelajari agama, bertaubat dan membesarkan anaknya. Teman-temanya juga selalu memperlakukanya dengan baik.
7 bulan berlalu. Kini Kia sudah mendekati waktu lahiranya. Beruntung, Kia berada di tengah-tengah orang-orang baik.
Teman-teman Kia sangat antusias menanti buah hati Kia. Semua siap siaga menemani Kia menjalani proses kelahiranya.
Dan berkat ijin Tuhan, dibarengi dengan usaha Kia. Kia berhasil melahirkan secara normal dan cepat. Kia melahirkan seorang putra dengan yang tampan dan sehat.
Kemudian teman-teman yayasan memberinya nama Pangeran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Mila Jamila
pasti hamil ni si kia
addduuhh kesian bgt kia
2023-03-27
0
erike Erike
kty cntk,pintar akdmky sllu cmlawd,tp msalah sprti itu ga bisa diatasi,ga ykn dia cmlaud
2023-01-15
0
Nenk Leela Poetrie Mawar
kasian ya
2022-12-23
0