Elsa masih diam di dalam balutan selimut, tak ada niatan sama sekali untuk bangun. Untuk saat ini, dia hanya ingin menikmati kesedihannya.
Hari bahkan sudah menjelang malam, tapi Elsa sama sekali tak berniat bangun walau hanya untuk sekedar mengisi perutnya.
Elsa, sangat sadar kalau di dalam rahimnya kini telah tumbuh benih yang ditaburkan oleh pria arogan yang sangat dibenci olehnya.
Pria, yang dengan teganya mencuri kehormatannya. Pria, yang dengan teganya menyuruhnya menggugurkan kandungannya jika dia hamil.
Pria yang datang dengan arogan, menyerahkan sejumlah uang dengan dalih bertanggung jawab secara pinansial.
Di simpan di mana, otaknya?
Setelah menikmati keperawanan seorang gadis, dengan mudahnya menyuruh Elsa untuk menjauh, dengan mudahnya menggantikan kebiadabannya dengan selembar cek bertuliskan nominal uang.
Jika mengingat akan hal itu, sungguh Elsa merasa sangat kesal. Elsa, benci. Elsa, marah dan Elsa berharap dia tidak akan bertemu lagi dengan pria arogan itu.
Saat Elsa, sedang asik dengan lamunannya. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar kostannya, padahal hari sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Dengan gerakan malas, dia berusaha untuk bangun dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar kostannya.
"Siapa?" tanya Elsa, sebelum dia membuka pintunya.
"Aku, Dina. Bukain pintunya," titah Dina.
Elsa pun langsung membukakan pintunya, saat pintu terbuka, Dina langsung memeluk Elsa.
Tangis Elsa, langsung pecah. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan semua gejolak hatinya, bahu temannya pun menjadi sandaran ternyaman untuknya.
" Lu kenapa, Sa. Tadi elu enggak berangkat kerja, terus gue tanya ama tetangga, elu katanya seharian mengurung diri di kamar. Elu kenapa?"tanya Dina khawatir.
Elsa tidak menjawab pertanyaan Dina, dia langsung menutup pintu kostannya lalu menuntun Dina untuk duduk bersamanya di pinggir tempat tidur.
Semenjak meninggalkan Ibu kota, Elsa langsung menyusul Dina ke kota B . Dia pun langsung mencari pekerjaan di kota B , dan Dina pun mengajaknya bekerja di toko kue tempat dia bekerja.
Toko oleh-oleh yang berada di pusat kota B, Selalu ramai di kunjungi banyak pelanggan.
Elsa sangat senang bisa bekerja di toko kue tersebut, karena di sana orang-orangnya sangat ramah-ramah.
" Gue, hamil. Sekarang, gue mesti gimana? Gue bingung, gue sedih, gue kesel, semua perasaan campur aduk jadi satu. Sekarang apa yang mesti gue lakuin?" Keluh Elsa seraya memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
Dina, langsung menangkap tangan Elsa. kemudian, Dina menarik Elsa ke dalam pelukannya.
Air mata Elsa luruh kembali, dia pun langsung menumpahkan segala keluh kesahnya pada sahabatnya.
" Sabar, Sa. Elu, harus tenang. Gue tahu pria breng.sek itu sudah tega ngehamilin elu, tapi walau bagaimanapun, bayi yang ada di dalam kandungan elu nggak bersalah." Dina pun menenangkan, Dina terus saja menepuk pelan pundak Elsa.
"Tapi, gue takut. Gue, ngga punya suami tapi hamil. Pasti semua orang bakalan cibir gue," ucap Elsa dalam isak tangisnya.
"Ada, Gue. Gue akan selalu ada buat elu," ucap Dina.
Elsa, tidak menjawab ucapan Dina. Dia hanya menganggukkan kepalanya, di dalam pelukan Dina.
Dina merasa sangat iba dengan apa yang menimpa pada temannya itu, Dina pun memutuskan untuk menemani Elsa malam ini.
" Sa, elu udah makan? Gue yakin kalau elu belum makan, makanya gua bawain nasi bungkus buat elu. Makan ya, Sa.."pinta Dina.
" Gue nggak ***** makan, elu makan aja sendiri. Gue, pengen tidur. Gue, lelah. Gue, capek. Gue, pengen istirahat." keluh Elsa.
"Elu, mesti makan. Seengganya, elu harus pikirin janin yang ada di rahim elu. Elu nggak boleh egois," ucap Dina menasehati.
"Lama-lama elu kayak emak gue,"ucap Elsa.
Elu, udah seperti adik buat gue. Gue, sayang sama elu. Walaupun kita bukan saudara," ucap Dina.
Elsa pun melerai pelukan mereka, kemudian, Elsa pun berusaha untuk tersenyum sambil memandang Dina.
" Kalau gue nggak boleh tidur tanpa makan, elu harus suapin gue." Elsa berkata seraya mendorong tubuh Dina.
"Ok, gue, suapin elu. Makannya harus banyak," pinta Dina.
Elsa pun langsung menganggukkan kepalanya," Siap teman sejatiku."
Dina pun tersenyum mendengar ucapan Elsa, Dina langsung mengambil nasi bungkus yang dia beli.
Kemudian, dengan telaten Dian menyuapi Elsa.
Walaupun Elsa terlihat sangat malas, tapi karena ketelatenan Dina akhirnya nasi bungkus yang Dina bawa pun habis tak tersisa.
"Sekarang elu duduk dulu, gue ambil minum." ucap Dina.
Els pun duduk seraya menyandarkan punggungnya, dia merasa senang karena dalam kesedihannya, masih ada teman yang setia menemaninya.
Tak lama, Dina datang membawa segelas air putih untuk Elsa.
Minum yang banyak, Sa. Biar keponakan gue nggak kehausan di sana,"ucap Dina.
Elsa pun terkekeh, kemudian dia mengambil air putih yang disodorkan oleh Dina dan meminumnya hingga tandas.
"Jangan sedih lagi, Sa. Sekarang elu tidur, gue bakalan temenin elu." Dina pun membantu Elsa merebahkan tubuh lelahnya, kemudian menyelimutinya hingga sebatas dada.
Elsa pun mulai memejamkan matanya, tak lama dia pun terlelap dalam tidurnya. Dina tersenyum saat melihat Elsa, yang langsung terlelap dalam tidurnya.
"Elu pasti cape karena seharian nangis, mata elu ampe bengkak." Dina langsung mengambil selimut selimut dan bantal, kemudian dia pun langsung tidur di lantai dekat ranjang Elsa.
*
Pagi pun telah menjelang, langit yang gelap pelan-pelan mulai memudar diterangi dengan cahaya sang surya.
Elsa mulai menggeliatkan tubuhnya, badannya kini sudah mulai segar karena cukup istirahat.
Elsa mulai mengusap wajahnya, mengucek kedua matanya. Perlahan matanya membuka, dan dia pun mengedarkan pandangannya.
Matanya menangkap sosok temannya yang sedang asik menuangkan nasi goreng ke atas piring.
Elsa langsung tersenyum, dengan perlahan dia turun dari tempat tidurnya dan menghampiri Dina.
"Elu, masak? "Elsa langsung duduk di samping Dina, Elsa pun langsung mengambil sendok dan mencoba nasi gorengnya.
"Asal comot aja, madi dulu. Jorok," cela Dina.
"Ngga apa-apa, malah jadi penyedap."Kilah Elsa seraya bangun dan masuk ke dalam kamar mandi.
Dina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Elsa, tapi dalam hatinya dia merasa senang. Karena kini, Elsa sudah bisa tersenyum.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk Elsa melakukan ritual mandinya, dan sekarang Elsa sudah duduk manis sambil memakan nasi goreng buatan Dina.
Sesekali Elsa terlihat berdecak senang, karena menurutnya nasi goreng buatan Dina terasa sangat enak.
Sedangkan Dina hanya bisa mengatupkan mulutnya menahan tawa, dia takut jika dia tertawa, malah akan membuat Ibu hamil itu marah padanya.
"Na, setelah gue pikir-pikir. Gue mau pulang kampung aja, gue udah siap. Mau ibu marah kaya apa, gue udah siap. Gue ngga bakal sanggup kalau harus mengandung tanpa suami, dan tanpa dukungan dari ibu." ucap Elsa tiba-tiba.
"Oke, gue setuju. Pulang, merupakan jalan terbaik buat elu. Lagian, kalau elu masih di sini, itu bisa bahaya. Bisa aja, elu malah ketemu sama lelaki biadab itu." ucap Dina setuju.
Akhirnya Elsa pun berkemas dibantu oleh Dina, hanya satu kover kecil saja barang yang dia bawa. Dina dengan setia mengantarkan Elsa sampai Bandara, Elsa mengucapkan banyak terimakasih pada sahabatnya itu.
...****************...
Setelah dua jam perjalanan, Elsa pun sudah sampai di kampungnya. Dengan langkah ragu, Elsa berjalan menuju rumah sederhana milik Ibunya, yang terbuat dari kayu.
Dengan perlahan, Elsa membuka pintu rumahnya. Nampaklah Ibunya, yang sedang duduk sambil menonton tv.
Ibunya Elsa, seolah tau jika putrinya telah pulang. Beliau langsung memalingkan wajahnya ke arah Elsa, baik Elsa ataupun Ibu Anira merasa sangat kaget, tapi, sedetik kemudian, Ibu Anira langsung bangun dan memeluk Elsa.
Elsa, langsung menangis di pelukan Ibu Anira. Tubuhnya langsung melorot. Elsa langsung bersujud di kaki Ibunya.
"Maafin Elsa, Bu. Elsa hamil, Elsa diperkosa, Elsa ngga bisa mempertahankan kesucian Elsa." ucap Elsa di sela tangisnya.
Ibu Anira terlihat syok, dia hanya diam saja tanpa merespon apapun. Sedangkan Elsa, sudah terlihat putus asa.
"Bu, jawab Elsa. Jangan diemin ,Elsa. Pukul Elsa saja, Bu." Elsa meraung-raung di kaki Ibu Anira, tapi Ibunya hanya diam saja.
Elsa begitu takut melihat respon dari Ibunya, dan tak lama, Elsa pun langsung tak sadarkan diri.
Ibu Anira seolah tersadar, dengan perlahan, Ibu Anira meraup tubuh putrinya. Dia memeluknya dengan erat, dan menepuk pipi putrinya dengan pelan.
''Bangun ,Elsa. Jangan buat Ibu lebih khawatir lagi, jangan bikin ibu takut."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pisces97
hati ibu mana yang tak sakit anak nya diperkosa dan hamil 🥺
2022-12-08
0
Ghiie-nae
ikut dunkz pulang kampung...hihihi 😂😂😂😂
💪💪💪💪
2022-02-17
2
Lasmanah Ramdani
anak yang jujur, semoga Elsa adalah karakter perempuan kuat ga cengeng dan tangguh menghadapi masalah... menjadi inspirasi buat yang mengalami hal yang sama, biarpun ini dunia halu 🤭🤭🤣
2022-01-30
7