Para menteri diam terpaku di ruang pertemuan. Tak seorangpun berani bersuara atau beranjak dari sana. Para prajurit segera membawa mayat Menteri Draco keluar. Beberapa pelayan datang membersihkan lantai dari genangan darah.
Raja Higo kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia berbisik pada Penasihat Bidoff. Penasihat Bidoff menganggukkan kepalanya dan memberi isyarat pada para menteri untuk keluar. Segera mereka bangkit memberi hormat dan terburu-buru keluar ruangan dengan perasaan takut .
Raja Higo menyeringai sinis melihat itu. Ia muak dengan para menteri, terutama menteri penjilat dan tidak jujur. Mereka hanya kumpulan bangsawan haus harta . Dengan kejadian ini, setidaknya kematian Draco akan membuat mereka berpikir dua kali sebelum melawannya.
Setelah mereka semua keluar, Penasihat Bidoff segera menutup pintu dan berdiri dihadapan Raja Higo.
" Bagaimana menurutmu Bidoff ? "
" Apa yang anda lakukan sudah benar, Baginda.
Tapi masih ada beberapa menteri lain yang bermain api di halaman "
" Biarkan saja sampai mereka berasap lebih dulu, aku akan membakarnya saat tiba waktunya "
" Saya mengerti "
Kemudian Penasihat Bidoff mengundurkan diri.
* * * * *
Lalu bagaimana dengan Nona Swansen ? Tentu saja ia tak tahu apa yang sedang terjadi di istana. Saat ini ia sedang bersenang-senang di tempat hiburan.
Tampak ia sedang minum anggur bersama seorang pria berbadan besar. Kelihatannya Nona Swansen sudah mulai mabuk. Bibirnya mulai meracau dan tubuhnya sudah tak mampu duduk tegak. Pria itu merangkulnya, mencium bibirnya berkali-kali. Tangannya sibuk meremas buah dada Nona Swansen.
Kemudian pria itu memanggil seorang pelayan laki-laki. Ia membayar beberapa keping emas dan membisikkan sesuatu kepada pelayan. Pelayan itu segera mempersilahkan pria itu untuk mengikutinya. Dengan tersenyum senang pria itu mengangkat tubuh Nona Swansen menuju kamar khusus.
Pria itu segera melucuti pakaian Nona Swansen dengan kasar dan segera mencumbunya. Ia bahkan merobek pakaian dalamnya karena tidak sabaran. Tak lama kemudian terdengar suara-suara ******* dan lenguhan. Mereka melakukannya berkali-kali seolah tak ada hari esok.
Setelahnya pria itu keluar dan memanggil pelayan. Kemudian pelayan itu pergi sebentar dan kembali membawa segelas minuman. Pria itu masuk dan memaksakan Nona Swansen meminum habis. Lalu ia meninggalkannya dalam keadaaan setengah sadar.
Beberapa pelayan lelaki berebut masuk untuk menikmati tubuh Nona Swansen. Terdengar ******* lelaki bercampur rintihan kesakitan di kamar itu.
* * * * *
Seorang prajurit melapor pada Raja.
" Lapor Baginda, ada seorang pria bernama Bruno ingin bertemu dengan anda "
" Bawa dia ke ruang kerjaku saja. "
" Baik, Baginda "
Kemudian Raja Higo pun menuju ruang kerjanya. Pengawal segera menutup pintu dari luar setelah mereka masuk.
" Salam hormat, Baginda. Saya sudah melakukan perintah Baginda. Sekarang Nona Swansen masih berada di rumah hiburan " .
" Hmmm...... biarkan dia menikmatinya. Pergi temuilah prajurit yang membawa mayat Draco, gantung di alun-alun kota. Lalu bunuh semua keluarganya "
Kemudian Raja Higo mengambil sekantong emas dari laci dan melemparkannya ke tangan Bruno. Pria itu mengucapkan terima kasih dan segera pergi melakukan tugasnya.
Raja Higo bersandar dan menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Ia menyeringai mengingat Swansen, gadis yang pernah menjadi tunangannya. Jika bukan karena Bruno ia tidak akan tahu siapa dan bagaimana kelakuan gadis itu. " Pelacur Bayangan " . Tentu saja rahasia Swansen selama ini ditutup rapat oleh ayahnya, Menteri Draco. Bahkan Penasihat Bidoff pun tidak tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments