Kembali ke Ksatria Asgar. Tampak ia berjalan dengan pikiran yang dipenuhi bayangan Reyna. Gadis itu sungguh mempesona. Matanya begitu memukau, membuat Asgar serasa melayang diudara. Tak terasa Asgar dan orang-orangnya sampai di markas. Asgar segera membersihkan diri untuk bersiap makan malam.
Mereka biasa makan bersama di ruang makan seperti militer. Ada yang duduk di kursi panjang dan ada pula yang berdiri. Sang peramal makan sambil mendekati Ksatria Asgar.
" Anda sudah berhasil menemukannya "
Asgar melirik tak suka pada sang peramal.
" Aku bahkan tak yakin dengan ramalanmu "
Sang peramal menyeringai.
" Tapi kau sudah terpesona olehnya "
Asgar mengerutkan alisnya .
" Apa maksudmu .... ?! "
" Gadis itu berambut hitam dan bermata biru "
Asgar melotot seketika, piring ditangannya terlepas jatuh.
" Praanngg .......... !!! "
Semua mata di ruangan itu menoleh, memperhatikan Asgar.
" Praanngg ......... !!! "
Kali ini piring sang peramal yang tersapu tangan Asgar. Tangannya meraih leher baju sang peramal dan menariknya berdiri, bahkan kakinya sedikit terangkat. Mata Asgar melotot tak percaya mengingat kata-kata sang peramal tadi.
Akhirnya ia menghempaskan sang peramal dan memandang sekeliling. Asgar menoleh kepada sang peramal yang tampak menyeringai.
( Jadi gadis itu yang diinginkan Baginda Raja ? )
Ksatria Asgar kembali termangu-mangu. Ia tak menyangka gadis itu mampu membuatnya terpesona. Ditatapnya kembali sang peramal yang sudah berdiri sambil menepiskan makanan yang tumpah dibajunya. Asgar segera berlalu dari ruang makan. Ia tak perduli dengan pandangan orang-orang yang bertanya-tanya satu sama lain. Ia sendiri merasa frustasi dengan kenyataan ini. Tak disangka gadis yang mampu mengusik hatinya adalah gadis yang diinginkan Rajanya. Bisakah ia merelakannya, atau .........
" Aaaarrrgghh......... !!! "
Asgar mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia tak mampu berpikir. Ia berjalan tak tentu arah , kakinya menyepak kesana kemari. Beberapa orangnya yang sedang bertugas jaga hanya diam sambil mengerutkan kening. Mereka tahu seperti apa Ksatria Asgar. Tak ada yang berani bertanya jika tidak ditanya. Tugas mereka hanya melakukan perintahnya tanpa perlu bertanya tentang hal lain.
Ksatria Asgar menuju rumah bordil yang terkenal di ibukota. Ia masuk dan langsung memesan minuman. Ia tak berniat mencari wanita penghibur. Ia hanya butuh minum yang banyak untuk melupakan masalah ini. Seorang wanita penghibur bergerak mendekati mejanya. Tapi belum mencapai meja, sebuah pedang sudah terhunus mengarah dadanya.
" Aku tidak membutuhkanmu wanita murahan ! "
Ksatria Asgar menatap penuh rasa jijik padanya.
" Aku hanya ingin membantu menuang minuman untukmu, tuan "
" Tak perlu, menjauhlah ! "
Kemudian mendekatlah seorang pelayan laki-laki yang agak tua. Ia membawakan minuman yang diinginkan Ksatria Asgar. Pelayan itu mendorong wanita penghibur agar segera pergi. Ia tak ingin ada keributan disini yang sudah jelas akan merugikan. Para pelayan diwajibkan mengganti rugi jika ada pengunjung yang berbuat onar. Mereka memang harus melayani pengunjung sambil merayu supaya keluar banyak uang. Tapi mereka juga diwajibkan menjaga keamanan supaya jangan ada kerugian.
Saat pelayan tua itu akan pergi, Ksatria Asgar memanggilnya.
" Hei kau, pak tua .... ! Temani aku disini "
" Baik , tuan " pelayan itu berdiri di samping meja Asgar.
" Katakan padaku ; Apa yang akan kau lakukan jika orang lain ingin mengambil milikmu ? "
Mengertilah pelayan itu, tuan ini sedang berebut sesuatu.
" Tuan , jika tuan mempertahankannya , maka kedepannya tidak akan ada kedamaian. Tapi jika tuan melepasnya, maka hati tuan akan terus mendendam "
Asgar memejamkan matanya sebentar. Kemudian ia meletakkan beberapa keping uang dan melangkah pergi.
" Terima kasih "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments