Dika sudah di rumahnya sekitar dini hari. Dia menyadari kesalahannya. Larut malam itu ketika dia memasuki mobilnya ke dalam garasi rumah. Dia meraih ponsel di atas dasbor dan melihat banyaknya missed call dilayar ponselnya. Dika langsung tahu bahwa semalaman gadis itu meneleponnya berkali-kali. Dan, jangan lupakan beberapa chat juga.
Damn! Bagaimana bisa aku lupa!
Lebih gilanya lagi, bagaimana bisa ponsel sialan ini tertinggal dalam mobil.
Pusing memikirkan hal itu, Dika bergegas mandi lalu tertidur.
Keesokan paginya, Dika segera menuju ke rumah Ercilia. Rasa bersalah terasa menggunung dalam dada. Ercilia memang bukan pacar langsungnya, Ercilia pacar Wira saudaranya. Tapi bagaimana pun juga, Dika telah berjanji pada Wira untuk melakukan kewajibannya. Lebih dari itu, Dika pun tahu Ercilia sangat tergantung pada Wira.
Oh Tuhan, apa yang telah kulakukan semalam?
Semoga kamu baik-baik saja. Doa Dika
Sesampainya di rumah Ercilia. Perasaan Dika semakin tidak karuan. Ayah Ercilia baru keluar dari rumah untuk berangkat kerja, Beliau menyambut kedatangan Dika dengan ramah. Sedangkan Ibu Ercilia memberitahu kedatangan Dika pada Ercilia, anaknya. Tidak lupa sebelum masuk Ibu Ercilia mengatakan semalam Ercilia demam, tidak ada kata menyalahkan dalam setiap kalimatnya. Tapi Dika merasa semakin bersalah.
Demam?
Lupa kamu Dik, semalam hujan deras. Sungguh pesona Rebecca menelan segala tugas dan tangung jawabmu. (Author bantuin readers omelin Dika) intermezzo 😎
Dika masuk dan langsung disuguhkan wajah pucat dan tubuh menggigil. Dika mendekat
"Maafkan aku Cil." kata Dika sambil menatap wajah Ercilia.
"Semalam aku..... Ketiduran dan tidak mendengar saat kamu menelepon." bohong Dika.
Ercilia menatap wajah Dika. Lalu menjawab lirih
"Tidak apa-apa Wir. Kamu mungkin terlalu capek..." ujarnya di akhir senyuman tipis.
Dika tidak mengatakan apa-apa lagi selain merasakan perasaan bersalah dan penyesalan yang kian menggunung.
"Aku malah yang khawatir kamu kenapa napa." lanjut Ercilia
"Syukurlah kamu hanya tertidur."
Saat ini, ingin sekali Dika mendekap tubuh lemah Ercilia. Mengatakan penyesalannya. Namun, yang dapat dia lakukan hanyalah menatap wajah Ercilia dengan pandangan permintaan maaf.
"Bagaimana kamu pulang tadi malam?" tanya Dika kemudian.
"Aku menelpon teman yang rumahnya tidak jauh dari situ. Syukur nya dia bersedia."
"Kamu pasti lama menunggu ku?"
Ercilia menggeleng lemah.
"Tidak. Aku hanya mengkhawatirkan sesuatu buruk terjadi padamu."
Sungguh baik dirimu. padahal aku sudah lalai menjagamu. demi kesenangan ku sendiri
maaf!!
Ercilia membetulkan letak selimutnya dan Dika pun membantunya. Tampak jelas butir-butir keringat di kening Ercilia. Dika mengambil tissu dan menggelap keringat itu.
"Kamu berkeringat Cil." kata Dika.
"Iya. Tapi badanku terasa dingin sekali Wir."
"Kamu sudah minum obat?"
"Tadi sehabis sarapan. Ibu sudah membelikan obat."
Dika terus menatap wajah Ercilia yang masih terus berkeringat.
"Kamu ingin sesuatu?" tanya Dika.
Ercilia tersenyum lemah dan menjawab dengan lirih.
"Aku tidak ingin apa-apa. Hanya saja jika kamu tidak sibuk, aku ingin kamu ada disini. "
Dika pun menurut.
Di dalam kamar itu, Dika memperhatikan sekeliling kamar itu yang begitu sederhana. Jauh berbeda dengan kamar yang biasa dia tinggali. Di atas meja dekat tempat tidur, Dika melihat foto Wira yang di pasang dalam bingkai sederhana. Berwarna kombinasi hitam dan putih. Sementara, di samping foto itu ada sebuah benda dengan hiasan mungil yang cantik. Terbuat dari kaca dan tampak di dalamnya ada huruf W & E. Mungkin itu hadiah dari Wira saat Ercilia berulang tahun.
Lalu, tatapan Dika tertuju pada sebuah bungkusan tas plastik yang ada di atas meja. Dika tahu itu plastik ponsel mahal. Warnanya putih dan berlogo terkenal.
"Kamu membeli ponsel baru?" tanya Dika spontan pada Ercilia.
Diluar dugaan. Wajah Ercilia terlihat gugup dengan pertanyaan itu. Dia mencoba menjawab namun ucapannya tidak jelas. Terdengar seperti orang kebingungan dan tergagap-gagap.
Dika jadi bertanya-tanya.
Apa yang terjadi dengan Ercilia?
Mengapa dia membeli ponsel disaat...
Wira sudah menceritakan semua kesulitan Ercilia. Bukan merendahkan, Dika hanya bingung disaat sulit mengapa boros..
Dika yakin ada sesuatu yang tidak beres. Setelah yakin Ercilia tidak mungkin melakukan sesuatu yang memalukan. Dika pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa yang terjadi Cil?"
Ercilia kembali tergagap.
"Tidak.. Ti...dak ada apa-apa."
"Lalu bungkusan itu? Kamu membelinya?" Dika bertanya sambil mengarahkan matanya ke bungkusan ponsel di atas meja.
Sekali lagi. Ercilia tidak bisa menjawab.
Dika mendekatkan wajahnya pada Ercilia lalu berkata.
"Cil, aku pacar mu ingat kan? Apapun masalahmu, itu juga jadi masalah ku. Katakanlah. Aku pasti akan membantu." ujar Dika lembut.
Ercilia jadi semakin serba salah.
"Aku... Aku sudah banyak menyusahkan mu Wir."
"Aku selalu senang melakukannya untukmu." Dika meyakinkannya.
"Jadi.. Katakan apa yang sebenarnya terjadi."
"Ak....aku...."
"Ada masalah apa menyangkut ponsel itu."
Ercilia terlihat masih berat menjawab.
"Aku boleh membukanya?" ujar Dika lagi.
Ercilia pun terlihat pasrah. Dika mengambil bungkusan itu. Dengan penasaran di ambilnya kardus ponsel dari dalam tas plastik. Dika mendapati sebuah ponsel seri terbaru dalam kardus itu.
Ini benar-benar ponsel baru?. Pikirannya sambil mengamati ponsel di tangannya.
Tapi... Ada bagian-bagian yang tampak sedikit retak dan tergores. Ini bukan jenis ponsel murahan yang bisa gonta-ganti casingnya sesuai selera pemiliknya. Dika sangat tahu harga ponsel tersebut di atas lima jutaan. Jari-jarinya meraba retakan dan goresan yang terdapat pada ponsel itu. Dan, Dika memahami masalah yang menimpa Ercilia.
"Kamu menjatuhkan ponsel ini?" tanyanya kemudian.
Ercilia hanya dapat mengangguk lemah.
Sekali lagi, Dika dapat menyimpulkan masalahnya.
"Dan kamu disuruh menggantikannya?"
Ercilia pun menjelaskan dengan suara lemah.
"Saat itu ada pelanggan yang melihat lihat baju. Dan, dan aku tidak sengaja terjatuh lalu menyenggol ponsel yang dia baru beli."
"Sungguh aku sama sekali tidak sengaja. Saat itu kepalaku sakit sekali. Tapi semua sudah beres majikan ku telah menggantinya dan memberikan aku kelonggaran dengan mencicil dengan uang gajiku."
Dika kembali menatap ponsel itu. Harga ponsel ini lebih dari lima juta. Berapa gaji Ercilia perbulan sebagai karyawan paruh waktu? Jika dia harus mencicilnya, berapa besar jumlah yang akan digunakan untuk mencicil itu. Dan butuh berapa bulan atau bahkan berapa tahun?
Dika mendesah tertahan.
Mengapa kamu harus menghadapi masalah sebesar ini Cil?
°°°°°
Siang hari sepulang dari rumah Ercilia, Dika mampir ke Atm yang terdapat di halaman supermarket. Halaman parkir yang luas dan ada beberapa orang yang sedang mengantri juga. Sambil menunggu antrian. Dika menghitung sudah berapa lama dia ada di sini dan sudah melewati banyak hal. Sejak mereka bertukar tempat, mereka telah melewati waktu dua puluh hari. Sisa sepuluh hari lagi mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing.
Pertanyaan dalam diri Dika saat waktu itu tiba.
Mampu kah dia melepaskan ini semua. Di saat segalanya terasa menyenangkan. Dan lagi. Sosok rebecca yang belum lama ini dia jumpai.
Dika juga masih ingin mengenal sosok Ercilia lebih dalam lagi. Tidak dapat di pungkiri jauh di dalam hatinya Dika menyukai sosok Ercilia, namun sekali lagi dia di hadapi dengan kenyantaan bahwa Ercilia.
Pacar saudaranya!
°°°°°
VISUAL KEMBAR WIRA DAN DIKA 😎
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
siapapun jdh km pst dia yg trbaik dkrm thn
2022-11-27
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
yg sbr y ercil
2022-06-24
0
Intan Volgard
aduhhhh visualnya bikin mlempem😊😊
2022-05-24
2