Memasuki akhir SMA, kedua saudara kembar itu semakin menunjukkan pesona fisiknya sebagai laki-laki. Keduanya semakin tampan. Juga terkesan semakin matang, tubuh mereka pun semakin berisi. Hanya saja Dika lebih ramping. Tetapi, wajah mereka tidak pernah berbeda. Bahkan keliatan semakin mirip. Setelah lulus SMA, Mahardika kuliah di sebuah perguruan tinggi yang ada di luar kota, dikampus yang telah lama diimpikannya sejak SMP. Sementara Mahawira lebih suka tetap tinggal bersama orang tuanya sendiri di kotanya. Dan tetap berkuliah di sini.
Di kota seberang sana, Dika kuliah dan mengontrak sebuah rumah sederhana yang dia tempati bersama beberapa teman kampusnya. Pembawaannya yang selalu riang membuat teman-teman menyukainya. Dika pun dekat dengan cukup banyak perempuan di kampus nya. Dan, semenjak dia ada di kota besar, kehidupan Mahardika terasa berbeda. Sekarang dia lebih sering berpesta-pesta, dugem, atau bahkan tidur dengan beberapa teman wanitanya.
Brak..
"Kepalaku pusing banget." keluh Dika, sambil menduduki dirinya di sofa.
"Nginep di mana lagi kamu?" tanya teman Dika, melihat Dika pulang dengan baju acak-acakan, sudah bukan hal yang aneh lagi bagi mereka.
"Rumah Nina, eh Lala... Eh.. Taulah siapa." jawab Dika sembari memijat pelipisnya.
"Ckckck.. Sisain aku satu kali dik. Kamu maruk amat semua di embat. Nggak lama habis gadis perawan di kampus."
"Ambil saja kalau mereka mau. Aku juga enggak mau kok, mereka saja yang suka rela aku goyang."
"Ogah aku bekas kamu."
"Dan lagi, aku belum pernah dapet yang masih segel."
"Serius kamu?"
"Iya. Aku malah enggak percaya masih ada yang virgin jaman sekarang."
"Jangan ngomong gitu, kena yang virgin Pusing sendiri nanti kamu."
"Catet nih. kalau aku dapat yang virgin langsung aku nikahi di tempat. CATET!" ujar Dika asal sambil memejamkan matanya.
………………
Ercilia hanya butuh waktu lima hari di rumah sakit sebelum akhirnya diizinkan pulang. Setelah dua hari lagi beristirahat di rumah, Ercilia mulai masuk kuliah kembali. Kali ini, Mahawira akan lebih memperhatikannya. Dia tidak pernah lupa bertanya apakah Ercilia sudah sarapan atau belum, sudah makan siang atau belum, dan juga berpesan agar tidak lupa makan malam. Ercilia hanya tersenyum setiap kali Wira mengulang-ulang pertanyaan itu seperti kaset rusak. Tapi, dia juga senang dengan sikap Wira yang amat memperhatikannya.
Hari ini pertama kali nya Ercilia masuk ke kampus lagi. Mereka tengah menikmati soto ayam di kantin kampus.
"Kudengar, kamu dikerubuti cewek-cewek waktu menungguku di rumah sakit?" tanya Ercilia sambil tersenyum.
Wira tertawa. "Kamu dengar dari siapa?"
"Perawat yang biasa ke kamarku menceritakannya."
"Biasalah para wanita jika melihat lelaki tampan." goda Wira.
Lalu dia menceritakan tentang seorang gadis yang sangat memaksa ingin berkenalan dengannya dan meminta nomernya.
"Untung wanita itu tidak pernah menelpon."
"Untung apa rugi?" pancing Cilia.
"Dia bukan typeku." Wira menjawab jujur.
"Oh ya? Sayang sekali aku melewatkan moment itu."
"Kau tidak perlu melihatnya." jawab Wira santai.
Mahawira memang hanya menyukai Ercilia. Hanya mencintai dirinya. Ercilia berwajah lembut dengan rambut lurus sebahu dan sepasang mata yang teduh. Lebih dari itu, dia mencintai kekasihnya itu karena Ercilia sangat bersahaja.
Ercilia lahir dan tumbuh besar dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja di perkebunan milik orang tuanya si kembar. Untuk membantu orang tuanya, Ercilia bekerja paruh waktu di sebuah toko baju yang dekat dengan kampusnya. Penghasilannya tentu saja tidaklah terlalu besar, namun setidaknya Ercilia merasa cukup bisa meringankan beban orang tua dan bisa membiayai kuliahnya sendiri.
Orang tua Ercilia maupun orang tua Mahawira telah mengetahui anak-anak mereka saling berhubungan dan saling mencintai. Mereka tidak pernah mempersoalkan hubungan itu meski latar belakang keluarga mereka berbeda. Orang tua Wira selalu menyambut Ercilia dengan baik setiap kali Ercilia datang ke rumah mereka.
Bahkan pernah Bunda Mawar berkata.
"Bunda yakin Ercilia perempuan istimewa. Kamu harus bersyukur memiliki pacar seperti dirinya Wir."
Begitu pun orang tua Ercilia, mereka juga selalu menyambut Wira dengan ramah ketika Wira mengunjungi ataupun sekedar menjemput Ercilia. Mahawira sangat menunjukkan keseriusannya pada Ercilia, dan orang tuanya pun menghargai itu. Mereka bahkan tersentuh ketika mereka mengetahui besarnya perhatian Wira pada Ercilia ketika anak mereka beberapa kali tiba-tiba saja pingsan di kampus.
"Wir," kata Cilia lembut sambil menyentuh tangan Wira. "Kau melamun?"
Mahawira tersentak dan mencoba tersenyum.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Cilia lagi dan terus menatap Wira.
"Tidak ada."
Mereka menikmati minuman di gelas masing-masing. Wajah mereka di penuhi keringat setelah menikmati soto ayam dan teh hangat.
"Dika belum ada pulang lagi?" tanya Cilia lagi yang memang mengetahui pacarnya memiliki saudara kembar, walaupun belum bertemu secara langsung.
"Belum." jawab Wira sambil menyeka keringatnya dengan tissu.
"Tapi kemungkinan tidak akan lama lagi, kemarin dia bilang akan pulang saat liburan semester."
"Apa aku bisa membedakan kalian?" tanya Cilia ragu.
Ercilia sudah sering mendengar cerita Wira tentang dia dan saudara kembarnya yang sering membuat orang bingung membedakannya.
"Hahahahaaa... Kamu jangan sampai salah peluk orang ya." ujar Wira dengan mimik lucu.
Ercilia tertawa melihat expresi Mahawira.
………………………
Di siang yang sama, Mahardika tengah terlelap di dalam kamarnya dengan nyaman. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, membangunkan kenikmatan tidurnya. Sia-sia kenyamanan yang dia rasakan tadi. Di ambilnya ponsel itu di meja dekat ranjangnya, ada nama Dodi Dugem di layar ponselnya. . .
"Hallo.....," sapa Dika dengan suara serak menahan kantuk menyapa Dodi di seberang sana.
"Hallo Dik. Sorry masih tidur ya?" suara Dodi terdengar tanpa rasa bersalah pun.
"Hmmmm.. Ada apa?" tanya Dika.
"Kamu ada acara apa nanti?"
"Tidak ada."
"Bagus! Nanti malam Rebecca mau bikin pesta di....... "
"Sorry Dod, sepertinya aku tidak bisa." potong Dika.
"Kamu ada acara?"
"Tidak. Tapi aku capek sekali."
"Hei.... Acaranya nanti malam, bukan sekarang. Kamu masih bisa istirahat sampai sore hari, daaaann......."
"Oke. Oke!" Dika kembali memotong dengan tak sabar.
"Nanti aku hubungi lagi. Aku mau tidur, masih ngantuk sekali nih."
Dodi pun mematikan ponselnya.
Dika menggeliat. Merenggangkan tubuhnya yang masih terasa lelah. Kemudian, dia bangkit dari tempat tidur. Matanya masih sangat ngantuk tapi dia haus. Sebenarnya tadi dia menolak ajakan Dodi bukan karena tubuhnya lelah. Tapi, dia sudah jenuh dengan segala macam pesta yang sering dia ikuti. Pesta semalaman suntuk, mabuk, dansa, dan berakhir menghabiskan malam. Pada awalnya Mahardika sangat menikmati segala rutinitasnya semacam itu, tapi lama-lama acara itu membosankan! Kecuali bagian kenikmatan nya tentu saja.
…………………
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐
Permainan ya. Mulai paham sih, konflik seputaran Dika, Wira dan pacarnya Wira pasti nih. Praduga, si Dika nanti sama pacar Wira, entah accident apa, yang pasti kayaknya bakal gitu
2024-05-09
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐
Ranah pergaulan bebas
2024-05-09
1
ᶯᵗ⃝🐍 RETNO RUSMIATI
mahardika salah pergaulan salah dalam memilih teman
2022-06-06
0