...Jangan mau jadi yang kedua, jadi yang pertama saja belum tentu BAHAGIA!! ...
...Gimana yang kedua 😎...
...Patah hati itu biasa, jangan sedih. Karena tanpa patah hati, kamu enggak akan bisa ketemu dengan orang bisa buat kamu bahagia. ...
...Coba sekarang kamu pergi ke depan kaca, terus kamu ngomong sama dirimu sendiri. Kamu bahagia apa tidak? ...
...Kalau enggak! PERGI...... ...
…………………………
Percakapan antara Dika dan Becca semakin akrab. Meski Dika belum mengetahui sosok Rebecca ini.
"Ngomong-ngomong Wir, kenapa kamu tidak menyimpan nomorku dalam ponselmu?" tanya Rebecca.
"Sorry, seperti yang kamu bilang kita bertemu di rumah sakit. Saat itu aku sedang kalut." jawab Dika dengan agak bingung.
"Jadi aku tidak sempat menyimpan nomermu."
"Pacarmu sakit apa sampai kamu kalut dan tidak menghiraukan orang lain." kata Rebecca lagi.
"Hmm.. Saat itu... Dia... Hmmm.. Ah sudahlah. Lagi pula sekarang kita sudah saling berbicara bukan?"
Dan, beberapa percakapan lagi sebelum Rebecca menutup sambungan teleponnya.
Dika meletakkan ponsel di tempat semula dan mulai berpikir.
Siapa sebenarnya perempuan tadi?
Dia merasa, Wira tidak pernah membahas sosok Rebecca ini. Lebih dari itu terlihat dari isi phonebook ponselnya tidak ada nomer si Becca .... Rebecca!
Kamu melupakan aku?
Kita bertemu di rumah sakit, ketika kamu mengantarkan pacarmu.
Begitulah kira-kira katanya tadi.
Jadi Wira dan Becca bertemu di rumah sakit.
Apakah mereka baru berkenalan?
Dan, Wira tidak memperdulikannya? Makanya dia tidak menyimpan nomer ponsel perempuan itu?
Sebesar itu Cinta Wira pada Ercilia? Sehingga mengabaikan perempuan lain.
Tapi sekarang?
Dika tertawa sendiri dengan segala pemikiran konyolnya.
Dika bisa saja menghubungi Wira. Namun, dia merasa ada sesuatu dengan perempuan ini. Sebaiknya Wira tidak perlu tahu. Lagi pula dia masih merasa jengkel dengan saudara kembarnya itu.
Rasa penasaran Dika tergugah. Suara perempuan bernama Rebecca tadi sangat enak didengar. Dika pun menikmati saat-saat tadi bercakap-cakap dengannya.
Seperti apa wajah perempuan itu?
Di dorong rasa penasaran. Dika kembali membuka ponselnya dan mencari nama Rebecca di phonebook ponselnya ,lalu menghubunginya.
"Hallo," sapa Becca.
"Ada apa Wir?" tanya Rebecca dengan suara yang sangat renyah.
"Nanti malam kamu ada acara apa?" tembak Dika langsung.
Terdengar suara seperti orang sedang tersenyum dan siapa lagi pelakunya jika bukan Rebecca. Perempuan yang membuat Dika penasaran.
"Tidak ada." jawab Becca.
"Mau bertemu?" ajak Dika.
"Mengapa tidak!" senyum itu semakin terasa dari suaranya.
"Kamu jemput di rumah ya."
"Oke pasti. sharelock." jawab Dika
Detik itu juga, Dika terlupa pada kewajibannya nanti menjemput Ercilia di tempat kerjanya seperti biasa.
Malamnya, dengan dandanan rapi, Dika bersiap menuju alamat yang diberikan Rebecca. Kali ini, dia tidak membawa sepeda motor seperti akan menjemput Ercilia. Tapi dia mengunakan mobil.
Mawar yang melihat Dika mengeluarkan mobil segera menegur.
"Kamu mau kemana Dik?" tanya Bunda Mawar.
"Mau jalan dulu Bun sama teman." ujar Dika singkat sambil memanaskan mobilnya.
"Tumben kamu pakai mobil, jangan lupa jemput Ercilia sepulang bekerja." Mawar mengingatkan Dika. Karena melihat penampilan Dika yang sangat rapi. Mawar seperti mencium sesuatu yang tidak biasa.
"Tentu Bun. Dika pergi dulu." jawab Dika ketika menyalami Bundanya.
Mobil itu pun melaju meninggalkan rumah. Mawar berdiri memperhatikan kepergian putranya. Entah mengapa, seperti ada sesuatu yang tidak enak dalam perasaannya.
°
°
°
Di waktu yang sama, di salah satu kamar hotel di kota besar itu. Wira berbaring dengan wajah tersenyum. Butir-butir keringat tampak muncul di kening. Namun, di hati Wira merasaka ada sesuatu yang lebih dirasakannya. Sesuatu yang dicemaskan di dalam dirinya. Tapi entah apa.. Di sampingnya, Melda juga berbaring dengan napas yang masih naik turun. Di wajahnya juga tampak segurat senyum.
Malam masih panjang ....
Mereka tahu. Masih ada pengeboran lahan selanjutnya.
"Dik." panggil Melda manja.
"Hmmmm..." jawab Wira dengan mata yang masih terpejam.
"Kamu semakin hebat." kata Melda dengan genitnya.
"Masih mau melanjutkan?" tawar Melda yang sudah ada di atas perut Wira.
Wira membuka matanya. Lalu tersenyum.
"Sesuai keinginanmu."
"Aaaaaaagggggghhhhhh..." jerit Melda. Ketika Wira tiba-tiba duduk dan langsung melahap gunung Meldalaya. Tak lama Bi bir Wira pun dengan lincahnya mengecap leher Melda.
Melda mende sah saat tangan Wira meremas da da dan memberikan kissmark pada leher Melda. Permainan mereka pun semakin memanas.
"Aakhh.. DiK.. Aakh.. Aahhh... Ssshh.." suara itu semakin tidak tertahankan. Wira terus memacu Dragonnya ke dalam lobang berbisa Melda dengan posisi masih terduduk.
Lima menit berlangsung, seperti akan ada getaran goa yang akan meledak dari Melda.
Melda pun melemas ketika bisa hangat itu mengalir dari sela sela goa.
"Sadar Mel. Ini belum selesai." goda Wira ketika melihat Melda nampak lemas di pelukannya.
Wira melepaskan Dragon dari goa, dan membalikkan tubuh Melda, lalu menghujam dari belakang tanpa ampun.
Slup....
"Oogghhhh Dik." de sah Melda saat Dragon tanpa permisi bertamu.
Wira terus memberikan hantaman demi hantaman. Bergerak lincah penuh gairah.
Benar yang di katakan Dika. Melda sungguh berbeda. Melda memberikan sensasi yang sulit di ungkapkan.
"Sssshhh... Hmmm.. Aaaaaakkkhhh."
De sahan yang awalnya teratur menjadi teriakan yang tidak terkendali.
"Se...but namaku Mel. Teriaklah!"
"Dik..Dika.... Aaaaarrrrgggghhhhh... Ooghh." erang Melda saat gempa goa semakin dekat. Wira pun sepertinya akan menumpahkan lahar panas nya.
"Kame kameehaaaaa!!!!!.....
Tersembur lah api panas dari mulut Dragon. Tapi tidak tercecer kemana mana karena Dragon taat peraturan tidak pernah lupa memakai helm.
Akhirnya pertemuan haram antara goa berambut dan king Dragon pun berakhir dengan menutup ronde ke lima.
°°°°°°°°
Dika sudah ada di depan rumah Becca. Kemudian dia turun, melangkah menuju pintu gerbang.
Semoga saja Rebecca yang membukakan pintu. Batin Dika.
Harapan Dika terkabul. Saat melangkah memasuki halaman rumah yang luas itu. Pintu rumah terbuka. Sosok perempuan bertubuh tinggi semampai berdiri di ambang pintu dengan senyum menawan.
"Wira." sapanya dengan ceria.
"Kamu benar-benar datang?" terlihat dari wajahnya. Dia sangat senang.
Dika pun sangat yakin kalau inilah Rebecca yang tadi siang meneleponnya. Dika tersenyum melihat sorot kebahagiaan yang jelas terpancar dari mata perempuan itu.
Cantik!.
Rebecca mempersilakan Dika masuk. Dika masuk dan menduduki sofa besar di ruang tamu.
Begitu Dika duduk. Rebecca masuk ke dalam dan mengatakan sesuatu yang masih dapat di dengar oleh Dika dari ruang tamu.
"Mama, coba lihat siapa yang datang!" seru Rebecca.
Hanya berselang beberapa detik. Rebecca telah keluar lagi dari dalam bersama ibunya. Dina.
Ibu Dina segera takjub melihat siapa pria yang duduk di ruang tamunya.
"Ya Tuhan... ganteng banget!" pekik Ibu Dina dengan ekspresi tak biasa.
"Pacar mu Bec?" tanya Ibu Dina.
"Mungkin calon Bu."
"Aah?"
°°°°°°°°
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Pikadamasta
hadoohhh nyampek sini masih aja dibikin dag dig dug sama si itor inih
2022-05-13
3
🌪️🌧️🌬️☁️☙
ketagihan ya wirr,, enak kan maen kuda"an 🤭🤣🤣
si dika awas ya sampek lupa jemput cilla bisa diamuk. bunda mawar lu
2022-04-29
0
ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜
panas panasssss
2022-04-25
1