Dodi Dugem yang tadi menelpon juga salah satu Pria beken di kampus, tapi tentu saja masih kalah Hitz dan KECE dari Dika. Mengapa aku memanggilnya Dodi Dugem? Ya, karena apa lagi kalau bukan karena dia seorang pecandu dugem nomer wahid di lingkungan pergaulannya. Dodi selalu tahu siapa saja yang akan mengadakan pesta dan dia tidak pernah absen disana. Dodi hafal nama nama Club malam yang dapat memuaskan kesenangannya. Dia bersama kawan-kawannya pun sering menghabiskan malam di sana. Karena Dodi lah aku tenggelam di gelombang pesta yang tak pernah berakhir. Aku sendiri pun heran melihatnya.
Bagaimana bisa dia tidak pernah bosan dengan kehidupan semacam itu?
Dodi seperti kuda liar yang tak pernah letih. Dari pagi sampe siang di kampus, bahkan bisa sampai sore. Lalu dari sore sampai pagi lagi ada di pesta atau di Club malam.
Kapan dia tidur?
°°°
Mahardika sedang di kamar mandi ketika ponselnya kembali berbunyi. Kali ini dari Dimas sahabatnya.
"Hallo, Dim?" sapa Dika.
"Woi Dik, barusan anak-anak kabarin. Tugas yang kemarin harus dikumpulkan sore ini."
Oh, si Alan! batin Dika. Padahal dia ingin beristirahat sampai nanti malam.
"Dim, tidak bisakah kamu membuat suatu keajaiban." tanya Dika putus asa.
"Kamu pikir aku Bapak Peri? Kalau kamu tidak datang dan mengumpulkan tugasnya. Kamu akan dianggap pembangkang dan tidak dapat diampuni. Kamu tau kan dosen kita yang ini sudah seperti yang maha kuasa."
Dika tertawa mendengar istilah Dimas.
"Baiklah aku akan mengerjakannya dan akan datang." ujar Dika akhirnya.
Lebih baik ke kampus dari pada berpesta.
"Bagus." kata Dimas, sebelum memutuskan telepon.
Dua jam kemudian, saat Dika baru saja menyelesaikan tugasnya dan sedang menikmati makan siangnya. Dodi Dugem kembali menelepon.
"Hallo." sapa Dika.
"Bagaimana Dik? Bisa kan kamu ikut nanti malam?"
Dika memaki dalam hati.
Ampun dah nih orang. Apa isi kepalanya hanya pesta saja!
"Enggak bisa Dod. Tiba-tiba tugas dari Dosen killer untuk lusa malah harus hari ini di kumpulkan."
"Yaelah.... Titip sajalah, sekali-kali absen kan tidak apa-apa." kata Dodi sedikit kecewa.
"Itu sama saja menyerahkan leherku untuk di potong dosen itu!"
Dodi tertawa. "Dika, pasti ada yang salah dengan dosen killer itu. Dia....dia seperti yang maha kuasa!"
"Hahhahahhaaaa....!" Dika tidak bisa menahan tawanya mendengar Dodi menyebut istilah yang sama dengan Dimas untuk dosen mereka.
"Dia itu orang yang sangat disiplin Dod." lanjut Dika.
"Juga mengerikan!" sahut Dodi yang juga pernah beberapa kali masuk kelasnya.
"Tapi aku suka kelasnya." kata Dika lagi.
"Otakmu memang pinter.. Tapi semoga kamu panjang umur." jawab Dodi sambil tertawa kecil.
"Jadi kamu beneran tidak bisa ikut nanti malam?"
"Sorry deh. Lebih baik aku menentang ajakanmu. Dari pada perintah kehendak yang maha kuasa kan?"
"Hahhahaa... Baiklah kalau begitu."
"Sampaikan salam ku untuk teman-teman." kata Dika sebelum mematikan ponselnya.
………………
Sore hari, saat keluar dari mobil dan menuju kelas. Mahardika mendengar pak dosen sedang marah-marah pada seseorang. Dika sudah tidak asing lagi dengan pemandangan seperti itu.
Dosen itu memang selalu marah.
Tapi, yang sekarang sedang di bentaknya sepertinya seorang wanita. Semakin dekat, semakin terdengar pula suara bentakannya.
"Siapa?" bisik Dika pada salah satu mahasiswa.
Orang itu hanya mengangkat bahu. Dika beranjak melangkah ke arah kelasnya
Kau bukan bicara dengan hantu, Nak. Kau bicara dengan sesamamu. Bicaralah dengan wajar!. Teriak Pak dosen pada perempuan itu.
Indra sampai depan pintu kelasnya. Memang hanya beberapa langkah dari kelas sebelahnya.
"Siapa itu Dim?" tanya Dika pada Dimas.
"Anak kelas sebelah sepertinya. Denger-denger namanya Mita."
"Ada apa? Kenapa sampai pak dosen meledak seperti itu?"
"Ya, biasalah. Tugas itu harga mati menurut dia.. Dia tidak akan Mentolerir itu."
Dika hanya tersenyum. Memang setiap dosen memiliki caranya sendiri. Sambil duduk santai, Dika memandang ke arah sebelah. Terlihat perempuan itu semakin gugup dan salah tingkah.
Tak lama. Perempuan itu pun menangis..
……………
Ercilia melangkah seorang diri memasuki gedung rektorat kampus. Dalam hati, dia berharap langkahnya tak kepergok Wira. Apa yang dilakukannya ini benar-benar berat. Tapi Ercilia harus melakukannya. Dia tahu, kalau Wira sampai mengetahui ini, dia pasti akan mencegahnya. Dan ini sebenarnya bukan kali pertamanya, ini adalah kali kedua Ercilia merasa berdebar-debar saat akan memasuki ruangan ini. Ruangan yang bertugas mengurusi masalah kemahasiswaan. Untuk kembali mengajukan pinjaman beasiswa karena tak punya uang lagi untuk membayar biaya semester.
Beasiswa pinjaman adalah istilah untuk sejumlah uang yang dipinjamkan kepada mahasiswa-mahasiswa tertentu yang kesulitan membayar Spp dalam satu semester. Suatu pinjaman tanpa bunga, dan pinjaman itu sudah harus dikembalikan dalam waktu maksimal dua semester mendatang.
Semester yang lalu, saat Ercilia memasuki semester ke enam, Dia sudah mengajukan pinjaman untuk membayar Spp karena uang tabungannya habis untuk membantu ibunya yang sakit. Pinjaman itu pun belum dia kembalikan karena lagi-lagi jumlah uangnya tidak cukup untuk membayarnya. Gajinya bulan ini pun sudah habis untuk menebus obat ibunya.
Ercilia menaiki anak tangga gedung rektorat. Perasaannya semakin berdebar kencang.
Selalu saja begini.
Tidak ada orang yang bisa merasa santai ketika akan berhutang. Apalagi hutang sebelumnya belum dibayar.
"Hei Cil." seseorang menyapanya di ujung tangga dari arah berlawanan.
Ercilia tersenyum. "Dari mana?" tanyanya basa basi.
"Tuh. Dari purek tiga. Biasalah." kata orang itu sambil mengedipkan mata. "Kau?"
"Aku juga mau kesana. Bagaimana berhasil?"
"Berhasil sih. Tapi harus ribut dulu sama pak Yahya. Sepertinya dia sedang PMS."
Ercilia tertawa. Ada-ada saja pikirnya. Tapi itu cukup membuat keresahan di hatinya sedikit berkurang. Pak Yahya adalah pejabat Purek tiga. Sosok paling dibenci sekaligus paling dibutuhkan oleh para mahasiswa. Dibenci karena pak Yahya selalu punya sejuta alasan untuk menolak permintaan mahasiswa apalagi menyangkut soal dana. Tetapi, sosok itu juga dibutuhkan karena seluruh kegiatan kemahasiswaan harus melalui orang ini. Dan kepada orang ini pula lah Ercilia ada di sini untuk mengajukan permohonan hutangnya yang kedua.
"Duluan ya Cil. Semoga kamu juga berhasil." pamitnya meninggalkan Ercilia.
Ercilia melambaikan tangan dan terus melangkah ke ruangan purek tiga.
°°°°Sementara itu di sudut lain kampus.
Mahawira mondar-mandir gelisah. Tak lama Bayu temannya menghampiri.
"Mencari siapa Wir?" tanya Bayu.
"Kok gelisah sekali."
"Cari Ercilia." jawab Wira.
"Kamu melihatnya?"
Bayu angkat bahu.
"Tadi itu kita di sini janjian untuk sama-sama ke Bank membayar uang semester." ujar Wira menjelaskan.
"Tapi sekarang dia malah menghilang."
"Coba telpon saja ponselnya."
"Sudah, tapi tidak aktif."
"Jangan-jangan dia pingsan lagi Wir."
"Itulah yang sedang aku khawatirkan."
Wajah Wira terlihat semakin panik.
………………
Padahal Cilia lagi pusing mau kasbon 😜✌️
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
ᶯᵗ⃝🐍 RETNO RUSMIATI
ikut deg degan semoga di acc kasbonnya ercilia
2022-06-06
0
𝐋𝐚R⃟𝐚♡⃝𝕬𝖋🦄🎯™
Dodi smoga terbuka pintu hati mu tuk bertobat😅
2022-06-02
1
𝐋𝐚R⃟𝐚♡⃝𝕬𝖋🦄🎯™
aq kok suka sama gaya kehidupan orang tua nya wira dika yg tak memandang status orang salute deh 🥰
2022-06-02
1