Kembar 07

Di waktu yang sama, Ercilia duduk sendirian di salah satu sudut kantin kampus. Menikmati segelas teh hangat setelah tadi menghabiskan dua potong donat dan menelan pil pahitnya. Ercilia tahu Wira saat ini sedang berada di gedung rektorat. Ercilia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkan kekasihnya dengan membuat perkara yang menghebohkan itu. Pertama kali Wira menceritakan rencana akan dimuatnya berita itu di majalah kampus mereka, Ercilia sudah merasa kalau akibatnya akan seperti ini. Mahawira sudah menceritakan semuanya secara detail sebelum berita itu naik cetak dan majalah itu di terbitkan. Dan Ercilia pun saat itu sudah memohon kepada Wira untuk membatalkan niatnya.

Flashback

"Itu terlalu berbahaya Wir," katanya waktu itu.

"Kamu tahu sendiri berita ini menyangkut siapa......"

"Harus ada yang berani melakukannya Cil." jawab Wira yakin.

"Tapi tidak perlu kamu yang bertindak kan?."

Wira tersenyum.

"Kamu lupa kalau aku pemimpin majalah kampus?"

"Kalau bukan aku yang melakukannya, lalu siapa lagi?"

Ercilia masih mencoba.

"Kupikir, masih banyak hal yang bisa kamu beritakan. Yang lebih aman maksudku Wir." kata Ercilia khawatir.

"Dan membiarkan orang-orang itu menyalahgunakan jabatannya tanpa ada yang mengusiknya sama sekali?"

"Tapi Wir, it...itu terlalu beresiko. Kamu tentu tahu akibatnya." Ercilia menatap kekasihnya dengan sayang.

"Aku sungguh takut terjadi apa-apa denganmu."

"Tidak akan terjadi apa-apa. Percayalah!" Jawab Wira tersenyum menenangkan.

Tapi nyatanya terjadi apa-apa. Ercilia tahu bahwa ketika majalah itu naik cetak, anak-anak Pers sendiri pun merasa berdebar-debar. Ercilia mengkhawatirkan Wira. Namun memahami kalau dirinya telah menjadi kekasih aktivis kampus. Karena itu, dia pun harus siap menghadapi resikonya.

Ercilia mencintai Wira. Dia menyayanginya. Bagi Ercilia, Wira adalah sosok terbaik yang pernah ada dalam hidupnya. Di antara mereka berdua, ada banyak hal yang tak terucapkan. Namun, Wira selalu bisa memahaminya. Ercilia bersyukur memiliki Wira. Memiliki Cintanya.

Flashback End

°°°°°°°

Beberapa hari yang lalu, saat tertidur di klinik kampus karena kelelahan, dia tak menyadari jika tangannya masih memegangi amplop surat permohonan beasiswa. Ketika terbangun, dia menyaksikan Wira masih menunggunya dan tersenyum padanya. Tak lama setelah dia sadar, Wira pamit ke kantin untuk mencarikan makanan untuknya. Ercilia mendapati amplop suratnya telah rapi di atas meja. Dia juga baru tahu apa yang terjadi ketika sampai di rumah. Saat membukanya, tanpa sengaja dia menemukan slip pembayaran Spp untuk semester ini. Juga kwitansi tanda lunas pembayaran uang semester kemarin. Ercilia melihat kertas-kertas itu dengan mata menghangat. Ada banyak hal yang sulit terucap yang dia rasakan dari semua kertas-kertas itu. Dia juga tahu Wira lah yang telah melakukannya.

Tut... Tut.... Tut.... (Dering telepon)

"Hallo."

"Kamu tidak perlu melakukannya Wir." kata Ercilia.

"Melakukan apa?"

"Wir, kamu tahu betul apa yang aku maksud."

"Aku tidak melakukan apa-apa Cil. Mungkin kamu lupa karena pingsan kemarin." jawab Wira tenang.

"Aku tidak pingsan. Aku hanya tertidur." Ercilia memaksakan senyumnya.

"Dan, aku masih ingat apa yang terjadi kemarin."

"Wir, aku sangat tahu kamu yang melakukannya. Kau harus tahu besarnya rasa terima kasihku."

"Sudahlah. Lupakan saja." jawabnya lembut.

"Nanti aku telepon lagi ya. Aku sudah didepan kantor Pak Yahya."

"I love you."

°

°

°

Di ruang kantor purek, wajah Pak Yahya terlihat memerah. Urat-urat halus tampak bermunculan disekitar pelipis. Jelas sekali dia begitu tegang sambil menahan amarah sebisanya. Sementara, Wira dan teman-temannya duduk tenang di hadapan Pak Yahya.

"Jadi kalian benar-benar yakin kalau berita yang kalian tulis ini valid?" tegas Pak Yahya, seolah mendesak para mahasiswa itu.

Wira menganggukkan kepala.

"Kami telah melakukan cek dan ricek terhadap semua berita itu Pak. Kami juga memutuskan bahwa berita itu layak terbit."

"Tapi berita ini sama sekali tidak berimbang!" ujar Pak Yahya ngotot.

"Kalian terlalu mengekspos habis-habisan berita diluaran sana."

"Kami sudah mencoba menghubungi orang-orang dalam universitas yang terlibat dalam proyek itu. Tapi semua tidak mau berkomentar." jawab Wira dengan tenang.

"Seharusnya kalian juga memberikan space untuk mereka agar berita ini lebih berimbang." Pak Yahya masih ngotot.

"Kami sudah memberikan kesempatan untuk itu. Tapi, berkali-kali kami temui dan hubungi. Selalu saja tidak ada jawaban. Tak ada komentar."

Pak Yahya menghela napas. Lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Menatap keempat mahasiswa di depannya.

"Apa sih yang kalian tahu tentang proyek itu?" tanyanya sinis.

"Tak jauh beda dari yang Bapak tahu juga." jawab Wira nekat.

"Kalian cari perkara. Huh!" sembur Pak Yahya lagi.

"Ini proyek negara dan seluruh urusannya dilakukan secara Sah dan Legal. Ini tidak main-main!"

Mahawira dan teman-temannya hanya diam saja mendengarkan.

"Jadi apa motivasi kalian menuliskan berita seperti ini?"

"Seperti yang sudah saya katakan tadi Pak, kami tidak memiliki motivasi apa-apa selain mengungkapkan fakta."

"Tetapi fakta yang kalian beritakan ini sama sekali tidak benar." Pak Yahya berteriak gusar.

"Kami mendapatkan informasi dari sumber terpercaya!" Wira menegaskan.

"Sekarang katakan pada saya, siapa orang itu?" kata Pak Yahya lebih tenang.

"Saya tidak bisa melakukannya." jawab Wira tegas.

"Dengar, ini masalah serius. Persoalan ini juga mempertaruhkan nama baik kampus! Jadi, katakan siapa orang-orang itu." Pak Yahya kembali meledak.

"Saya tidak bisa melakukannya." ulang Wira sama tegasnya.

Pak Yahya kehabisan kata-kata. Dia mencoba menenangkan diri dengan kembali bersandar di kursinya. Menarik napas dan merendahkan tensi darahnya yang meninggi. Tetapi, wajahnya masih memerah. Urat-urat pelipisnya pun masih berdenyut. Kali ini Pak Yahya mencoba menggunakan taktik lain. Dia mulai menurunkan nada suaranya.

"Sebenarnya ini bukan urusan saya pribadi." ujar Pak Yahya kemudian dengan suara lebih santai.

"Saya mengundang kalian kemari dan membicarakan semua persoalan ini hanya karena menyangkut nama baik kampus kita bersama. Kalian semua bisa mengerti?"

Wira dan tiga temannya mengangguk.

Pak Yahya melanjutkan.

"Nah, mari kita ambil jalan tengahnya saja. Kita bisa sepakati dengan tetap menghormati hak kita masing-masing. Berita ini sudah terlanjur terbit dan terbaca masyarakat. Khususnya para mahasiswa dikampus kita. Jadi....."

°°°°°°

jadi sampai ketemu besok malam di cerita selanjutnya 😜

Novel nya slow Update ya..

karena saya hanya penulis amatiran

menulis hanya kesenangan, saya punya kerjaan lain, urusan lain di dunia lain (horor 😅)

jadi kalau lambat update di maklumi saja ya ladies. Tetap bantu dukung karya saya yang lain ya..

caranya?

Gampang...

Hanya bantu RATE DAN LIKE ya ❤️

Jangan tanya Visual...

belum ada bayangan..

Silahkan berimajinasi sendiri dulu ya

sambil saya menemukan wajah-wajah yang cocok untuk si kembar..

Sekali lagi jangan

lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️

Terimakasih semua ☕😎

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

Praduga ku salah. 🤭 Cil gimana, jantung aman, enak ya kalau punya pacar yang paham, dan royal. Biaya ukt nunggaj aja dibayarin

2024-05-09

1

𝗖𝗲𝗹𝗼

𝗖𝗲𝗹𝗼

ahh ternyata mr.kece seusil ini, untung aja kan aku baca ini novel pas udh bnyk eps. kalau nggk, udh pasti kyk jemuran kan🤣 digantong terosss😂

2022-05-09

1

Byan

Byan

gimana ercila ga makin cinta.. gak bisa bayar kuliah dibayarin wira..
pacar terbaik

2022-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!