...Cinta tidak harus memiliki memang terdengar sangat miris. Bahkan jika dituangkan dalam sebuah lagu akan sangat menyayat hati....
...Cinta memang harus diperjuangkan. Namun, ketika dia tidak bisa membalas dan menerima, kita harus terima dengan lapang dada....
...Terlebih ketika orang yang kita cintai tertawa bahagia bersama orang lain....
...Satu cara yang bisa dilakukan dengan hanya MENGIKHLASKAN semuanya. ...
SEMUA HEART AKAN HURT PADA WAKTUNYA
...☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕...
Setelah menghabiskan nasi bungkus dan meneguk minumannya, Dika membereskan sisa-sisa makanan dan memasukannya ke dalam kantong plastik. Kemudian, dibuang ke keranjang sampah di depan ruang kantor pers.
Wajah Ercilia tampak segar, tidak sepucat tadi.
"Sudah baikan?" tanya Dika.
"Lumayan." jawab Ercilia.
Dika duduk di kursi samping Ercilia.
"Ingin berbaring lagi?'
Ercilia tidak menjawab, dia hanya memandang kekasihnya sambil tersenyum. Dia sangat menyukai perhatian dari kekasihnya itu. Dika langsung meraih bahu Ercilia, lalu menaruh kepala Ercilia di atas pahanya. Sekali lagi, wajah mereka berhadapan. Sekali lagi, mata mereka beradu pandang dengan sangat intens. Dan lagi-lagi perut Dika seperti ada seribu kupu kupu berlarian di sana.
"Wir," panggil Ercilia.
"Hmmm," jawab Dika sambil membelai pipi Ercilia.
"Bagaimana tadi urusanmu dengan pihak rektorat? Aku sangat cemas."
Dika tersenyum.
"Tidak perlu khawatir. Mereka hanya menuntut agar kami meralat berita itu. Tenanglah!" ujar Dika.
"Serius hanya itu?" Ercilia seperti tidak percaya.
"Ya, mereka mengancam akan mengeluarkan aku dari kampus." jawab Dika jujur.
"Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi, jadi kamu jangan memikirkannya. Nanti kamu sakit lagi."
Ercilia menatap wajah Dika.
"Bagas bilang kamu tidak hanya berhadapan dengan orang rektorat. Tapi semua dewan kampus, apa itu benar?"
"Iya! Mungkin mereka pikir lebih mudah menekan aku, ketika seorang diri."
"Dan mereka berhasil?" tanya Ercilia lagi.
Dika menggelengkan kepalanya.
"Tidak akan semudah itu."
"Aku sangat khawatir kamu kenapa-napa sayang. Apa yang kamu lakukan ini sangat berbahaya." kata Ercilia sambil terus menatap mata Dika, kemudian tangan Ercilia terangkat. Jari-jarinya menyentuh dagu Dika.
"Tapi.... Aku juga bangga kamu berani bertindak jauh seperti ini"
Seribu kupu-kupu itu terasa semakin keras berterbangan dalam perut Dika. Kepalanya semakin turun kebawah lebih mendekati wajah Ercilia.
Cup
Satu kecupan mendarat lagi di kening Ercilia. Ketika ingin mendaratkan bi bir nya pada bi bir wanita itu, bayangan wajah Wira lewat.
Kupu-kupu yang berterbangan di perut Dika, seketika berlarian.
°°°°°°°°
Beberapa menit setelah cukup lama berada di sana. Mereka pulang. Dika mengantar Ercilia ke tempat kerjanya dulu seperti biasa baru Dika pulang. Sampai di rumah Dika langsung menelpon Wira.
Tut tut tut
"Hallo," sapa Wira.
"Wir, apa sebenarnya yang telah kamu lakukan pada kampusmu?" labrak Dika langsung. Dika masih kesal atas kejadian di kampus tadi.
"Memangnya ada apa Dik?" tanya Wira diseberang sana.
"Tadi aku dipanggil rektormu!"
"Oh ya?"
"Cih! Kamu bilang aman sebulan ini."
"Harusnya memang seperti itu. Apa yang terjadi?" tanya Wira lagi.
"Aku diculik sendirian untuk menghadapi rektormu dan semua dewan kampus yang tidak aku kenal." Dika menjelaskan.
"Kamu sendirian?" Wira tampak terkejut.
Dika menjelaskan
"Seluruh teman-temanmu sedang mengikuti penelitian di luar kota, dan hanya tinggal aku sendiri di sini. Kamu tahu apa yang mereka lakukan padaku?"
"Apa?" tanya Wira.
"Mereka menatap ku dengan tajam. Mereka seperti ingin membunuhku."
Wira tertawa ngakak mendengarnya.
"Jangan tertawa WIRA! " hardik Dika galak.
"Kamu menghadapi ancaman yang tidak main-main.
"Oh ya!" ujar Wira santai.
"Mereka mengancam kalau ralat berita itu tidak dimuat dalah majalahmu di edisi mendatang, mereka akan mengeluarkan kamu dan teman-teman kamu dari kampus."
Wira terdiam sesaat. Kemudian bertanya .
"Kamu jawab apa?"
"Aku hanya mengatakan akan merundingkan semua ini dengan teman-teman."
"Lagi pula aku bingung mau jawab apa, aku tidak mengatahui secara pasti masalah yang kamu buat." ujar Dika lagi.
"Tidak apa-apa." kata Wira.
"Dan, kalian membicarakan apa lagi?"
"Mereka memperlihatkan salinan dokumen yang tidak aku mengerti. Tapi yang aku tangkap mereka seperti memberikan bukti jika semua itu legal dan sah."
"Dan kamu percaya?"
"Aku tidak perduli apakah aku percaya atau tidak Wir. Itu bukan urusanku!"
"Kamulah yang akan menghadapinya. Dan sejujurnya, aku merasa sangat tertekan saat ikut masuk dalam masalah si alanmu itu!"
"Itu bagian dari permainan kita Dika. Kalau kamu lupa!"
"Ya! Dan makin lama permainan ini semakin tidak adil. Kamu enak-enakan di sana. Kencan dan berpesta, sementara aku? Aku di sini pusing mengurusi masalahmu yang tidak ku pahami." omel Dika semakin menjadi.
"Jangan lupa Dik," Wira mulai mengingatkan perkataan Dika.
"Kamu sendiri yang mengatakan kehidupanmu membosankan. Kamu sudah jenuh dengan kehidupan enak-enak mu."
"Masalah kampusku akan membuatmu segar kembali." Wira tertawa puas di sana.
"Atau bisa membuatku sinting!" rutuk Dika.
Dan Wira, semakin nyaring tertawa.
...Semua orang pernah mendapatkan cobaan, yang membedakan satu sama lain hanyalah sikap ketika menghadapinya. Ketika permasalahan datang, coba untuk tetap tegar dan tenang dalam menanggapinya, meski terkadang terasa sangat berat....
……………………………………
Dika meredakan kekesalannya hari ini dengan berbaring malas-malasan dalan kamar sambil mendengarkan musik. Sedang larut dalam alunan musik slow, nada dering Dika berbunyi. Dika meraih ponselnya. Dilihat sederet nomer yang tidak dikenal di layar.
Nomer ini tidak masuk ke dalam list phonebook pinsel Wira. Batinnya.
Dika duduk dan mengecilkan volume musik di Cd player. Lalu menerima telepon itu.
"Hallo," sapanya.
"Hallo, Wira?" tanya si penelpon yang ternyata suara perempuan.
"Iya," jawab Dika.
"Siapa ya?" tanyanya kemudian.
"Ini Becca, Rebecca."
Mahardika mengerutkan kening. Dia segera mengaduk aduk semua memori dalam otaknya.
Becca? Rebecca?....
Apa terlewat?
Apa Wira pernah menjelaskan siapa perempuan ini?
Namanya Becca?
Dalam waktu sepersekian detik yang terasa cepat itu, Dika segera mengambil kesimpulan kalau Wira tidak pernah menyebut nama perempuan ini, atau bahkan membahas namanya. Akhirnya Dika memutuskan bertanya saja.
"Maafkan aku, Becca siapa ya?"
"Kamu melupakan aku?" suara di seberang sana terdengar lirih.
"Kita pernah bertemu di rumah sakit waktu kamu sedang mengantar... Hhmmm.. Mengantar pacarmu!"
Dika mulai melakukan improvisasi.
"Oh iya! Aku sedikit ingat. Kamu apa kabar?" tanya Dika basa basi
"Aku baik. Kamu?" suaranya terdengar sangat renyah.
"Aku baik-baik saja." jawab Dika.
"Kamu lagi apa? Aku menganggu kah?"
"Tidak. Sedang mendengarkan musik."
Pembicaraan itu pun perlahan namun pasti semakin mengalir lancar. Meski Dika masih bertanya-tanya dalam hati.
Siapa perempuan ini?
°°°°°°°°°
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🌪️🌧️🌬️☁️☙
nah lohh belom kelar masalah kampuss ad perempuan lain yg masuk,, tpi aku yakin si dika bsa ngatasin tuh uler satu,, atau bsa jd si dika kena racun uler kalau terus deket ama tuh uler satu
2022-04-29
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
jgn dika suka sm er lg
2022-04-27
0
ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜
siapa LG si becca 😂
2022-04-25
1