Kembar 10

Jangan kamu buang masa-masa indah ketika bersama keluarga, karena tidak ada hal yang mampu membeli ataupun menggantikan masa-masa Indah itu. Seperti itu pula yang di rasakan kedua saudara kembar ini. Setelah mendapat ide gila itu mereka perlu memikirkan hal-hal lebih gila lagi, sebelum mati konyol, jika Bunda Mawar tahu rencana mereka itu.

Beberapa hari kemudian, mereka membahas rencana itu di kamar Wira. Rencana yang mulanya terasa main-main itu menjadi suatu rencana sungguhan yang direncanakan dengan matang dan hati-hati. Mahardika dan Mahawira bahkan membahasnya semalaman suntuk. Mereka telah memutuskan untuk bertukar tempat selama satu bulan mendatang.

"Kamu akan berangkat ke sana dan membawa mobilku, lalu menempati rumahku yang ada di sana. Kamu masih ingat tempatnya kan?" tanya Dika.

Wira menganggukkan kepalanya.

Dika melanjutkan.

"Semua nama teman-temanku ada di ponselku."

Kemudian Dika memperlihatkan keseluruhan isi dari ponselnya. Masing-masing ringtone yang berbeda untuk jenis teman-teman dan wanita-wanita nya tentu saja. Dengan khusyuk Wira menghafal di dalam pikirannya. Dika juga menjelaskan masing-masing alamat orang itu dan di mana mereka bertemu, jangan lupa gaya mereka masing-masing dan bagaimana cara menghadapinya. Dan sebagainya.

Wira sangat bergairah mendengarkan semua itu. Pesta-pesta para orang kekinian, berkencan dengan perempuan cantik. Kapan lagi dia bisa merasakan itu semua, kalau tidak dengan menempati posisi saudara kembarnya. Kali ini, Wira merasa kemiripannya dengan Dika bukan lagi kutukan, namun sebuah berkat tiada tara.

"Ada yang lain ingin kamu tanyakan?" tanya Dika kemudian. Seusai menjelaskan seluruh bagian kehidupannya pada Wira.

"Apakah aku boleh berkencan dengan para gadis-gadismu?" tanya Wira serius.

"No problem," jawab Dika pasti.

"Dengan mereka semua?" Wira memastikan.

Mahardika mengangguk.

"Bahkan dengan Melda?" tanya Wira lagi.

"Ajak saja kalau kamu berminat."

"Kamu yakin?"

"Kamu boleh ambil semuanya Wira." Dika menegaskan.

"Mereka bukan pacarku, hanya penghangat ranjangku. Kamu boleh berkencan dengan siapa pun di antara mereka. Itu bagian dari permainan ini bukan? Asal kamu bisa lebih hati-hati!!!"

Wira tertawa dan menyanggupi. Setelah berpikir beberapa saat, Wira kembali bertanya untuk memastikan.

"Kamu yakin dalam satu bulan mendatang tidak ada kuliah?"

"Tidak ada. Semua jadwalku aman. Kamu bersenang-senang lah."

Wira pun merasa lebih tenang. Mereka lalu bertukar ponsel. Sekali lagi Wira menghafalkan nama-nama dalam phone book itu, sekaligus ringtone masing-masing dari mereka.

Dika memberikan kunci rumah, kunci mobil, dan surat-surat kendaraan. Juga sekeping ATM beserta pin-nya untuk menggunakannya.

"Sebagai seorang playboy kamu tidak boleh kekurangan uang." candanya.

Setelah semuanya diungkapkan dan di berikan, Dika lalu berkata.

"Nah! Sekarang jelaskan padaku secara detail apa yang harus kulakukan dalam hidupmu." ujar Dika.

Mahawira pun menjelaskan. Dia membongkar isi memori ponselnya. Menerangkan masing-masing nama dari phone book ponsel itu dan siapa mereka. Wira juga menjelaskan beberapa hal menyangkut kampusnya. Urusan dengan rektorat atas kasus majalah kampusnya. Juga hubungannya dengan beberapa orang yang penting diketahui Dika.

Setelah Wira menjelaskan semuanya dengan gamblang, Dika kembali bertanya.

"Aku tentunya juga harus sering bersama Ercilia, pacarmu bukan? Apel ke rumahnya dan mengantarkan ke mana pun dia membutuhkan. Kamu tidak keberatan?"

"Asal kamu tidak melakukan apa-apa dengan dia, Oke?" kata Wira sungguh-sungguh.

Mahardika tertawa.

"Ini benar-benar tidak adil!!" ujar Dika masih dengan tawanya.

"Kamu dapat Citra, Ririn, Vivit, Natasha, Melda..."

"Itu bagian dari kesepakatan permainan ini." potong Wira cepat.

"Oke.. Oke.. Sepakat!" Dika memastikan.

Wira pun percaya.

Setelah membereskan segala hal dalam hidup mereka masing-masing dan telah sangat jelas memahami serta merasa sudah tak ada lagi yang terlewatkan untuk mereka ketahui, kedua saudara kembar itu pun mulai menguap letih. Wajah-wajah yang sejak tadi penuh semangat itu sekarang menampakkan tanda-tanda mengantuk.

"Kamu yakin sudah tidak ada yang terlewatkan?" tanya Wira memastikan.

Dika menggeleng. "Dan kamu?"

"Aku sudah menceritakan semuanya yang perlu kamu ketahui." jawab Wira kembali menguap.

Mereka sama-sama terdiam sesaat. Merasa yakin dengan yang akan mereka lakukan. Namun, rasanya ada sesuatu yang masih mengganjal dalam pikiran mereka. Wira yang kemudian tersadar lebih dulu .

"Astgaaaaa Dika, kita lupa! Bunda pasti tetap akan mengenali kita!"

Dika segera merespon.

"Aku tahu. Tapi kalau Bunda bertanya, katakan saja kalau kita ingin main-main sebentar seperti dulu."

"Kamu yakin?" tanya Wira ragu.

"Aku yakin. Katakan saja kamu ingin merasakan hidup mandiri sebentar. Lagi pula kita tidak selamanya bertukar tempat."

"Kamu yang akan tinggal di rumah. Kamu yang akan menghadapi amarah Bunda." Wira mengingatkan.

"Iya!"

"Aku yakin bisa menjelaskan pada Bunda kalau ini hanya sekedar main-main. Aku yakin Bunda akan paham dan tidak akan mempermasalahkan." kata Dika yakin.

"Semoga Bunda tidak akan keberatan." harap Wira.

Kemudian mereka pun tertidur. Dika tak sempat pindah ke kamarnya sendiri. Jadilah mereka tidur bersama.

°°°°°°

Ketika liburan Dika di kota kelahirannya genap dua minggu, permainan itu pun dilakukan. Dika dan Wira menganggap waktu itu cukup sebagai waktu liburan Dika. Tiba saatnya untuk Wira berangkat ke Kota tujuan sekolah Dika. Menggantikan posisi Dika. Sementara, Dika tetap tinggal dengan kedua orang tuanya. Menempati posisi Wira.

Seperti yang telah mereka perkirakan sejak semula, Bunda Mawar tahu apa yang mereka lakukan dan segera saja menanyakan hal itu.

"Apa maksudnya ini?" tanya Mawar saat melihat Wira memasuki mobil Dika. Sementara, sang pemilik mobil berdiri melepas kepergian saudaranya.

"Biasa Bunda. Kami ingin mencoba permainan tukar tempat seperti dulu." ujar Dika sambil tersenyum.

"Kalian jangan bercanda!" kata Mawar tak percaya.

"Serius Bun." jawab Dika lagi.

"Kata wira dia ingin melihat dan merasakan kehidupan di kota lain. Cuma untuk satu bulan mendatang, Wira akan kembali pulang dan aku akan kembali ke sana."

Mawar menatap anaknya penuh kekhawatiran.

"Benar hanya satu bulan?"

"Sungguh Bun. Tanya saja sama Wira nanti. Lagi pula, Wira kan tidak tahu jurusan yang aku ambil. Satu bulan mendatang baru Dika aktif kuliah lagi." jawab Dika. Berusaha menyakinkan Bundanya.

Setelah terdiam sesaat, Bunda Mawar bergumam.

"Tapi perasaan Bunda tidak enak, Bunda sangat khawatir Dik. . ."

"Tidak perlu khawatir Bun, ini hanya permainan kecil seperti yang biasa kami lakukan dulu dan kami sudah biasa melakukannya....." Dika menatap Bundanya dengan pandangan memohon.

Akhirnya, Mawar tak lagi mempersoalkan.

Permainan ini pun benar-benar telah dimulai.

Mahawira berangkat dengan membawa mobil Mahardika bersama seluruh identitasnya. Dan, tinggal lah Dika menggantikan Wira di kotanya dengan seluruh identitasnya.

Sebuah permainan yang mengasikkan sekaligus mendebarkan yang telah mereka bahas selama beberapa hari dan mereka pikirkan semalaman suntuk.

Mereka pikir, rencana mereka sempurna.

Tetapi......, Langit mentertawakan mereka.

°

°

°

°

Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️

Terimakasih semua ☕😎

Terpopuler

Comments

𝗖𝗲𝗹𝗼

𝗖𝗲𝗹𝗼

yaampun beneran bersyukur aku baca ini novel pas gk lagi ongoing. jadi bisa maraton gini. gak kebayang kan pas lagi pensaran tingkat dewa gini malah digantung sama otor kece

2022-05-09

3

Byan

Byan

insting ibu kuat ya

2022-04-29

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

perasaan seorang ibu ga akan pernah slah ....makin penasaran kelanjutannya nih 😊😊😃

2022-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!