Kembar 11

Ujian semester di kampus telah selesai. Tinggal menunggu nilai. Tidak ada jadwal kuliah yang mengharuskan Mahardika untuk datang ke kampus Wira. Namun, pagi itu Ercilia mengirim pesan dan memintanya untuk menemani ke kampus.

📥 Ercilia

Wir, nilai sudah keluar hari ini. Kita ke kampus ya lihat nilai.

Begitu bunyi sms itu.

Tidak lama Dika pun datang ke rumah Ercilia. Dan mereka berangkat ke kampus dengan sepeda motor yang biasa digunakan Wira. Ercilia sama sekali tidak menyadari bahwa sosok yang menjemputnya itu bukanlah kekasihnya yang asli. Dia menyambut kekasihnya itu dengan senyum manis seperti biasa. Bahkan Ercilia pun tanpa ragu melingkarkan lengannya ke pinggang Dika saat mereka melaju menuju kampus.

"Dika sudah pulang, sayang?" tanya Ercilia. Sementara motor tetap melaju menuju kampus.

"Sudah." jawab Dika.

"Tiga hari yang lalu."

"Kamu tahu? Kalian benar-benar mirip sekali Wir." kata Ercilia lagi.

"Aku sama sekali tidak menyangka kalau kalian bisa semirip itu."

Dika hanya diam. Tidak tahu harus bagaimana menanggapi obrolan itu.

"Oh sayang, kamu sudah menanyakan soal wanita-wanita yang sering menghubungi Bunda. Serius itu semua pacar Dika? Hmmm, Melda ya kalau tidak salah yang lebih sering." tanya Ercilia lagi.

"Waaah. Laku keras ya Dika."

Kali ini, Mahardika menahan senyum.

"Iya. Dia kaget sekali waktu aku bilang itu di depan Bunda." jawabnya sembari tertawa. Mengingat pembicaraan mereka saat itu.

"Apakah mereka berkencan sungguhan?"

"Sepertinya sih iya." jawab Dika lagi. Sambil dalam hati berdoa semoga Wira di sana tidak ceroboh.

"Untung bukan aku yang pacaran dengannya." canda Ercilia.

"Padahal aku ingin sekali menjadi dia."

Ercilia tertawa.

"Aku yakin kamu tidak akan melakukan itu." ujar Ercilia sambil mencubit pinggang Dika.

"Kenapa tidak?" pancing Dika.

"Jika kamu ingin melakukan itu, maka kamu harus siap aku pergi dari hidupmu." jawab Ercilia tegas.

Mereka sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di kampus, Dika melihat sebagian besar mahasiswa datang hari itu untuk melihat nilai ujian mereka. Mahasiswa dan mahasiswi itu tampak berdesak-desakan di depan papan pengumuman yang telah disediakan.

Dika yang lama tidak menikmati suasana kampus seperti ini merasa bergairah menemani Ercilia berdesak-desakan dengan para mahasiswa yang lain di depan papan nilai itu. Dika tersenyum melihat nilai Wira terhitung Bagus. Itu membuatnya merasa lebih percaya diri.

"Hey Wir." Bayu menepuk-nepuk pundak Dika.

"Bagaimana masalahmu, sudah selesai?"

Dika menoleh ke arah suara itu.

"Masalah yang mana?" tanyanya sedikit bingung.

"Masalah yang mana lagi? Itu, kasus rektorat." jawab Bayu dengan ekspresi seolah ingin mengatakan.

Memangnya kamu punya masalah apa lagi?

Dika buru-buru tersenyum dan langsung menjawab.

"Oh itu. Ya, belum jelas juga sih. Pihak sana belum menghubungi lagi."

Bayu terlihat puas dengan jawaban itu.

"Okelah. Duluan ya, masih ada urusan lagi." pamit Bayu.

Kemudian, teman-teman yang lain mulai berdatangan. Mereka pun mulai melihat nilai-nilai itu dan sedikit berbincang-bincang seputar nilai ujian atau sekedar membicarakan hal-hal yang sedang panas/viral di kampus. Dika mengamati sekitarnya,

Ternyata, tidak sesulit yang di bayangkan.

Setidaknya, sejauh ini belum ada yang tampak curiga.

...……………………...

Ercilia mengajak Dika ke kantin kampus, dan Dika pun menurutinya.

Di kantin, mereka memesan soto ayam. Dika meminta es kelapa muda, sesuatu yang jarang, bahkan tidak pernah Wira lakukan. Hal itu mengundang perhatian Ercilia.

"Tumben kamu pesan es kelapa, Yank?" tanya Ercilia dengan heran.

"Biasanya juga pesan air putih hangat."

Dika sedikit terkejut dengan teguran itu. Mengapa dia melewatkan pertanyaan makanan kesukaan Wira. Wira juga tidak mengatakan kalau dia tidak meminum, minum dingin.

"Oh. Aku.... Aku lagi kepengen es kelapa muda saja." jawab Dika akhirnya.

Ercilia tersenyum.

"Biasanya kamu yang suka bawel kalau aku memesan minuman dingin. Apalagi setelah memakan makanan yang panas."

"Apakah kamu mengingatnya?"

"Eh.. Iya sih. Tapi, namanya juga lagi kepengen." Dika mengutuk dalam hati. Mengapa dia dan Wira sampai melupakan kebiasaan penting ini.

Kenapa kami tidak membahas prihal makanan ya?

Huft..... Deg-deg ser Ndro!

°°

Dua mangkuk soto ayam sudah dihidangkan di depan mereka. Ercilia menerima segelas teh hangat dan Dika mendapatkan segelas es kelapanya.

Saat menuangkan kecap dan sambal, Ercilia tanpa sengaja menyendokkan sambal yang cukup banyak di mangkuk sotonya. Dia melirik Wira, dan pria itu hanya diam saja. Sekali lagi, Ercilia merasa heran. Biasanya, Wira akan memperhatikan saat kekasihnya itu mengambil sambal dan akan mengatakan agar dia tidak boleh terlalu banyak menuangkannya. Ercilia selalu suka dengan perhatian-perhatian kecil semacam itu.

Apa Wira tidak melihatnya?

Ah tidak mungkin, dia selalu melihatnya.

Apa dia mulai bosan mengatakan hal itu?

Atau, apakah dia bosan denganku? Bosan karena sering aku repot kan?

Segala macam pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala Ercilia. Melihat sikap pacar nya hari ini.

"Maaf ya sayang, tidak sengaja," kata Ercilia akhirnya. Dia ingin melihat respon pacarnya.

"Hah, maaf kenapa?" Dika sama sekali tidak mengerti apa yang di maksud Ercilia.

"Apa kamu tidak melihatnya?" Ercilia memaksakan senyumnya. Hatinya sedih melihat perhatian kecil Wira sudah tidak ada lagi untuknya.

"Lihat apa?" Dika semakin di buat bingung.

"Tidak apa-apa. Untungnya kamu tidak lihat."

"Hey, lihat apa sih?" tanya Dika penasaran.

"Ini sambalnya Sayang." jawab Ercilia dengan gemas karena mengira pacarnya ini sedang menggodanya.

"Barusan aku mengambil sambalnya kebanyakan." lanjutnya sambil menunjuk mangkuk sotonya yang berubah menjadi merah.

"Oh. Iya tidak apa-apa kalau kamu menyukainya."

"Ayo kita makan, setelah itu kita pulang ya." jawab Dika tanpa dosa.

Ercilia semakin bingung akan sikap Wira.

°°°°°

Sepulang dari kampus, Dika segera menelepon Wira.

"Hallo..."

"Wir, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu biasa memesan air hangat dan tidak pernah meminum minuman dingin."

Diseberang sana, Wira menjawab.

"Loh, kamu kan enggak nanya." jawabnya santai.

"Dan kamu juga kenapa tidak menceritakan kebiasaan-kebiasaanmu ketika makan bersama Ercilia."

"Tadi sempat jadi masalah saat pacarmu makan di kantin."

"Sorry Dik, aku lupa." tawa Wira.

"Kamu sudah ngak sabar ingin berkencan, makanya melupakan hal sepenting ini." sungut Dika.

"Oyah, ada apa dengan sambal?" tanya Dika lagi.

"Dengan apa?"

"Sambal!"

"Seperti ada sesuatu dengan sambal pacarmu." Dika menjelaskan apa yang terjadi dikantin tadi.

Sekali lagi Wira tertawa.

"Oh.. Aku biasanya mengingatkan dia agar tidak terlalu banyak mengambil sambal." "Tidak baik untuk kandungannya." jawab Wira sambil tersenyum.

"Untuk apa?" Dika seperti salah dengar.

"Untuk kandungannya, Dika!" Wira memperjelas ucapannya.

"Kan-dun-ngan???"

"Dia hamil?????...

°°°°°°°°°

Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️

Terimakasih semua ☕😎

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

Mungkin dari pertukaran ini, Dika jadi ada rasa sama pacarnya Wira ( Cila )

2024-05-09

1

Byan

Byan

waduh habis ngapain ini si wira

2022-04-29

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

hah kandungan 😱😱

2022-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!