Kembar 09

"Ayaaaaaaaaaah...."

"Astagaaa bunda, ngapain teriak-teriak sih." Ujar Ayah Putra sambil mengorek telinganya.

"Ayah ngpain ajarin anak yang enggak benar. Ngak diajarin saja mereka sudah pinter. Apa lagi Ayah ajarin.

"Jangan-jangan Ayah dulu gitu ya?" tuduh Mawar sambil menatap Putra.

"Kok jadi Ayah yang kena."

"Hahahahahaaa Hahahahaaaa" tawa Si kembar. Terutama si Dika, tentu saja dia moment seperti ini yang sangat dia rindukan.

"Maksud Ayah, boleh minum atau ngerokok tapi depan Ayah. Ayah saja tidak merokok, masa anak-anak Ayah melakukan itu semua"

"Artinya sama saja melarang Yah. Kenapa harus muter-muter." Jawab Dika.

"Biar kerenan dikit."

Mereka pun kembali tertawa bersama.

...Kebersamaan dengan keluarga itu lebih berharga dibanding apapun. Sebuah Surga yang nyata di dunia ini. ...

...°°°°...

Malam semakin larut. Dika dan Wira masih asik bercakap-cakap di dalam kamar mereka. Wira menyandarkan tubuh pada bantal di atas tempat tidur. Sementara, Dika duduk di atas sofa panjang.

"Sejujurnya, aku sangat iri padamu Dik." kata Wira.

"Kau populer, hidup bebas, dikelilingi cewek-cewek cantik."

"Seharusnya kau jangan mengatakan seperti itu di depan Bunda." Ujar Dika sambil tersenyum masam.

"Sengaja!" balas Wira.

"Tanpa aku ngomong pun, pasti Bunda tahu banyak soal kamu. Cewek-cewek itu tidak pernah absen telepon Bunda."

"Terutama cewek bernama Melda itu." Wira tertawa puas.

"Si alan!" maki Dika.

"Beneran kamu sudah tidur sama dia?"

"Kamu janji ya jangan ngomong ke Bunda?"

"Ampun Kakak. Kenapa sih kamu tidak bisa percaya sama aku?"

Dika pun kemudian menjawabnya dengan jujur. Mereka saling terbuka untuk hal-hal yang bahkan tertutup untuk kedua orang tua mereka.

"Jadi kalian beneran sudah.. Omg!" tegas Wira setelah Dika menceritakan semuanya.

"Ya, begitulah." jawab Dika santai.

"Bagaimana dengan, Citra, Ririn, Vivit, Natasha, Filda...."

"Astagaaaaa, Wir! Bagaimana bisa kamu hapal semua nama mereka?" Dika melemparkan bantal di sofa ke arah saudara kembarnya.

Wira tertawa

"Apakah kau juga kencan dengan mereka?"

"Apakah mereka mengatakan yang aneh-aneh pada Bunda?"

"Tidak. Tapi aku bisa menebak pasti terjadi sesuatu pada kalian."

"Syukurlah. Mereka sangat berbahaya." desah Dika sungguh-sungguh.

"Dik. Kamu benar-benar berkencan dengan mereka semua?" Wira mulai kepo lagi.

"Janji tidak akan bilang pada Bunda."

"Harus berapa kali kamu tanyakan itu?"

Sekali lagi, Dika pun menceritakan semuanya. Wira semakin merasa hidup saudara kembarnya itu benar-benar beruntung bisa menikmati hidupnya. Kencan dengan gadis cantik-cantik itu.

"Tapi aku sudah jenuh." kata Dika akhirnya.

"Kamu jenuh berkencan dengan cewek-cewek itu?" Wira bertanya agar tidak salah paham.

"Bukan hanya soal kencan dengan cewek-cewek itu." Dika menjawab.

"Aku juga kadang jenuh dengan pesta-pesta dan segala macam yang seperti itu."

"Pada awalnya sih, asik-asik banget. Dan suer aku sangat menikmatinya. Tapi, senikmat apa pun sesuatu itu, lama-lama kita pasti sampai juga pada titik kejenuhan kan?"

Mereka terdiam. Saling menikmati kebersamaan dan kedekatan seperti dulu.

"Aku malah kadang-kadang merindukan kembali hidup seperti dulu, Wir." kata Dika sambil menuangkan air dingin dari botol ke dalam gelas. Lalu meneguknya.

"Seperti kehidupanmu sekarang. Hidup bersama Ayah dan Bunda. Kuliah di sini, pacaran normal dengan cewek yang sangat baik seperti Ercilia.

"Tapi kamu terlihat sangat senang sekali Dik bisa hidup bebas dan mandiri."

"Siapa pun akan senang Wir, jika bisa terbebas dari zona nyamannya."

"Sekarang giliranmu,Wir."

"Ceritakan kehidupanmu di sini."

Mahawira pun menceritakannya. . .

°°°°°°

Bersama Wira, Dika menikmati kembali suasana kota kelahirannya. Mereka kembali menikmati jalan-jalan ke mall, nongkrong di cafe, berbelanja baju-baju untuk mereka berdua. Mereka pun tidak lupa mengunjungi teman-teman lama mereka, ketika Wira mengajak Dika mengunjungi Agung di rumahnya. Agung masih saja takjub dengan kesamaan fisik dan rupa mereka.

"Ya Tuhan," desah Agung.

"Kalian tetap saja tidak ada bedanya!"

"Dari dulu sampai sekarang tetap tidak ada yang berubah. Tolong katakan, mana Wira mana Dika?"

Dika dan Wira tertawa. Sementara Agung benar-benar tidak dapat membedakan keduanya.

"Kalian pasti hasil kloning." seloroh Agung.

"Saudara kembar biasanya masih menyisakan beberapa perbedaan yang dapat dikenali, tapi kalian...... Benar-benar serupa!"

"Berat badan kami sedikit berbeda loh Gung." kata Wira menanggapi.

"Tapi siapa yang mau repot untuk memastikan berat badan kalian?" Agung balik bertanya dengan wajah lucu.

"Tetap saja tidak ada yang bisa membedakannya. Nah, tadi siapa yang berkata padaku. Wira? Apa Dika?"

Mereka pun saling bertukar cerita. Saling melepaskan rindu lewat kekonyolan masa-masa sekolah dulu.

°

°

°

Saat weekend Mahardika, Mahawira, dan teman-temannya bertandang ke lokasi wisata yang tidak terlalu jauh dari kota mereka. Ercilia, pacar Wira juga ikut serta dalam acara itu.

Beberapa kali Ercilia bahkan sempat keliru saat menggandeng tangan Dika yang dia sangka itu tangan Wira.

"Bahkan pacarmu pun tidak bisa membedakan kita Wir" kata Dika dengan heran, Ercilia juga tidak bisa membedakan pacarnya.

"Kita memang kembar, tapi apa kita semirip itu?"

"Hahhaaa. Harusnya kita pakai kalung papan nama kali ya." canda Wira.

"Bahaya sekali kalau kelak kita menikah kemudian hidup satu rumah. Bisa-bisa istri kita salah masuk. Bhuahhahahaaa."

Mahardika ikut tertawa keras.

Eh!

"Wir, bagaimana kalau kita bertukar tempat lagi seperti dulu?" cetusnya tiba-tiba.

"Pasti sekarang pun tidak akan ada yang mengenali kita....."

"Maksudmu?" Wira langsung tertarik.

"Masih ingat saat dulu kita bermain tukar tempat?"

"Kamu menggantikan posisiku dan aku menggantikan posisimu..."

"Bagaimana aku bisa lupa, itu sangat menyenangkan, juga mendebarkan!"

"Nah, bagaimana kalau kita lakukan lagi? Kamu yang ke sana, dan aku di sini menggantikan posisimu?"

Wira menatap wajah Dika dengan mata berbinar, namun juga tampak ragu.

Dika kembali melanjutkan kalimatnya.

"Tidak selamanya, hanya satu atau dua bulan saja. Itu pasti akan sangat menyenangkan! Bukankah kamu ingin merasakan kehidupanku? Dan aku juga masih jenuh dengan hidupku. Aku ingin menikmati hidup sepertimu."

Keraguan Wira kini terhapus dari wajahnya. Perlahan-lahan, senyum keduanya merekah di bibir mereka.

Dan ini lah awal mula permainan mereka!

°°°°

Happy Mon(Ey) Day KAUM KECE! ☕

apa kabar semua?

Semoga semua sehat sehat selalu

Semangat beraktivitas, Lancar, Berkah.

oya Seperti yang saya sering kata kan.

novel ini slow Update ya..

Dan Yang ingin masuk Gc KECE..

boleh ketuk pintu Pasword SAYA KECE 😎

Jangan lupa RATE LIKE ♥️ nya ya.

Bantu LIKE RATE Karya saya yang lain nya juga

°Tak Sekelam Mawar Hitam

°Unfriend

°Permainan Anak Kembar

Terimakasih Semua.

Salam Hangat KEYCE 😎☕

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽ྀ࿐

Jangan sampai ikut terpuruk dalam dunianya Dika ya Wir.

2024-05-09

1

Byan

Byan

haduh menyeramkan ini permainan.. tuker menukar pacar juga dong.. ercila dika, wira sama banyak cewek

2022-04-29

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞𝖄𝖘мєη𝕱𝖘ⓚ𝒾ᵗa✇

apakah wira juga akan masuk kedunia nya dika yg gemerlap itu

2022-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!