"Itulah yang sedang aku khawatirkan."
Wajah Wira terlihat semakin panik.
Mahawira kemudian berlalu meninggalkan Bayu. Dia terus mencari Ercilia. Tak lama Agung muncul.
"Wir, dugaan kita benar. Kita kena masalah!" ujar Agung.
"Rektorat tidak terima dengan laporan majalah kita."
Wira menghela nafas. Dia sudah duga itu.
"Barusan asistennya menghubungiku dan meminta agar kau, aku, dan anak-anak lainnya untuk menemuinya. Katanya mereka perlu klarifikasi." kata Agung menjelaskan.
"Kita disuruh ke ruangan purek tiga. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?." lanjutnya.
"Sebaiknya kita semua ngumpul di basecamp dulu. Kita briefing anak-anak yang lain." Wira memutuskan.
"Baiklah. Aku akan memberitahukan yang lain dulu. Dan kau?"
"Sebenarnya aku mencari pacarku, tapi dia malah menghilang."
"Okelah kalau begitu. Secepatnya kau menyusul ke basecamp." ujar Agung menepuk pundak Wira.
Wira mengangguk, Agung pun berlalu...
Dikampus Agung dan Wira aktif dalam unit kegiatan mahasiswa. Mereka bergabung dalam penerbit majalah kampus. Di tempat inilah Wira menemukan dunianya. Dunia yang dia sukai.. Dunia tulis menulis adalah kecintaannya.
Seiring dengan bergantinya semester, jabatan Wira pun terus naik dan sekarang dia adalah pemimpin umum dan Agung pemimpin redaksi. Dalam edisi majalah terbarunya dia menurunkan berita utama menyangkut dugaan adanya praktik suap menyuap terkait adanya gedung-gedung baru yang di bangun di kampus. Pada awalnya, hanya muncul kabar burung tentang bisikan-bisikan tak enak di kalangan beberapa dosen yang merasa iri melihat dosen lainnya.
'Kecipratan' rejeki nomplok dari proyek itu.
Sampai pada akhirnya bisik-bisik itu pun sampai ke telinga para reporter kampus dan langsung ditindaklanjuti lah.
……………
Di ruangan kantor purek tig, pak Yahya duduk dengan muka masam. Menghadapi satu lagi mahasiswanya yang akan mengajukan permohonan pinjaman beasiswa. Setiap menjelang waktu pembayaran spp seperti sekarang ini, kantornya pasti penuh dengan antrian para mahasiswa yang akan mengajukan pinjaman.
Memang sudah menjadi kebijakan kampus untuk membantu para mahasiswanya. Namun, pak Yahya pun tetap harus menyelidiki dulu latar belakang mahasiswa yang bersangkutan, agar pinjaman tersebut betul-betul sampai pada orang yang membutuhkan. Dan itu semua perlu waktu untuk memeriksa beberapa berkasnya. Belum lagi, pak Yahya harus bersitegang dengan beberapa mahasiswa yang nakal. Mereka mengajukan pinjaman, tapi seolah lupa kalau mereka masih memiliki hutang di semester sebelumnya.
"Anda telah mengajukan pinjaman pada semester yang lalu." kata pak Yahya pada Ercilia yang masih menatapnya penuh harap.
"Saya tahu pak. Saya belum melunasi pinjaman kemarin. Tapi saya sangat membutuhkan pinjam itu, karena saya tak punya dana untuk membayar spp semester ini." ucap Ercilia menjelaskan dengan nada memohon.
Pak Yahya diam. Hanya memandangi surat permohonan Ercilia di atas meja. Melihat itu, Ercilia kembali berkata.
"Saya berjanji akan melunasi dua pinjaman ini sekaligus. Dan jug...."
"Ercilia..." kata Pak Yahya tiba-tiba.
"Anda tentu tahu kalau peraturan mengenai pinjaman beasiswa ini menyebutkan. Bahwa setiap mahasiswa tidak bisa mengajukan pinjaman kembali sebelum melunasi pinjaman sebelumnya."
Ercilia mengangguk. "Saya tahu pak."
"Jadi, maafkan saya kalau tidak bisa mengabulkan surat permohonan ini." jawabnya lagi sambil menunjuk surat pengajuan Ercilia.
Ercilia tertunduk memandangi suratnya.
"Pak Yahya, apakah tidak ada kebijakan tertentu untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan pinjaman itu. Sa... Saya sangat membutuhkan itu."
"Tidak ada.. Maaf."
"Peraturan tetaplah peraturan."
Ercilia memahami itu, dari seluruh kampus yang ada di kotanya. Memang hanya kampusnya yang memiliki pinjaman beasiswa. Tapi sekarang? Dia sangat membutuhkan itu.
"Jadi apa yang harus saya lakukan pak?" tanya Ercilia kemudian.
"Seperti yang sudah diatur oleh kebijakan kampus kita, anda bisa mengajukan surat cuti kuliah di semester ini."
Ercilia lunglai. Kepalanya terasa berat. Meskipun kenyataan semacam itu sudah dia pikirkan sejak awal. Tetap saja dia merasa syock saat ini untuk menghadapinya.
Cuti?
Ya. Mungkin itu yang harus dihadapinya. Tidak usah pusing, tidak usah repot. Buat saja surat cuti dan serahkan...
Tetapi Ercilia sadar. Cuti hanya akan memperlama kuliahnya. Lebih dari itu dia belum memiliki rencana apa pun untuk mengisi kekosongan harinya jika dia cuti. Waktunya akan terbuang percuma. Sementara itu, dia sangat ingin cepat lulus. Kemudian menggunakan ijazahnya untuk mencari pekerjaan yang jauh lebih baik dari pekerjaannya yang sekarang.
Dia sempat terfikir untuk menjual ponselnya. Tapi ponsel yang dia miliki hanya ponsel jadul bukan sejenis ponsel android. Harga jualnya pasti tidak menutup dana yang dia butuhkan. Ercilia merasakan kepalanya tambah berat. Akhirnya Ercilia pun mengambil kembali surat permohonannya di atas meja. Melipat kertas itu seperti semula, lalu memasukkan kembali ke dalam amplop. Dia pun undur diri pada Pak Yahya.
Lain Ercilia lain Wira.
Wira pun sedang pusing dengan masalahnya. Wira dan teman-temannya yang lain sedang melangkah memasuki gedung rektorat dan kini menaiki tangga menuju lantai dua.
"Sejak awal aku sudah mengira akan begini jadinya." ujar Agung dengan nada menyesal.
"Tak perlu di khawatirkan. Kita pasti bisa menghadapinya." sambung temannya dengan percaya dirinya.
Wira hanya diam sedari tadi. Di masih saja memikirkan pacarnya.
Di mana kamu sebenarnya.
Kini mereka sedang menuju ruangan pak Yahya. Dari jauh Wira melihat sosok mahasiswa yang duduk terkulai di ujung atas tangga sambil menunduk memegang kepalanya.
"Ya Tuhan, sayang!" sentak Wira seraya mempercepat langkahnya.
Ercilia yang terus memegangi kepalanya yang masih terasa berat pun entah menyadari atau tidak kehadiran Wira.
"Cilia."
"Kamu kenapa?" tanyanya.
"Huh? Oh.. Kepala ku pusing sekali." rintih Ercilia. Walaupun dia sedikit terkejut melihat kekasih nya ada di sini.
"Kamu sudah sarapan tadi pagi?" tanya Wira.
Ercilia hanya mampu mengangguk lemah.
"Sudah makan siang?"
Ercilia hanya diam saja, pertanyaan itu terdengar seperti kaget rusak saja. Dan Wira melihat wajah kekasihnya sangat pucat, lalu dia pun segera mengangkatnya.
"Sebaiknya kita ke klinik, kau harus istirahat."
Dibantu Agung, Wira pun memapah Ercilia yang semakin lunglai untuk menuruni tangga. Jarak klinik dari gedung rektorat cukup jauh. Dua temannya yang lain mengikuti langkah Wira, Agung, dan Ercilia tentunya. Rencana untuk bertemu dengan pak Yahya menguap begitu saja.
Di ruangan klinik kampus, Wira membaringkan Ercilia di atas tempat tidur. kemudian dia melangkahkan kakinya menemui tiga temannya."
"Aku harus menjaga Ercilia." kata Wira lemah.
"Bisakah kalian bertemu pak Yahya tanpa aku?"
ketiga temannya saling berpandangan. Tak lama Agung pun berkata.
"Wir, kamu adalah pemimpin umumnya. Jika kau tidak ada pak Yahya tidak akan mengganggap kami ada."
Kemudian Wira kembali berkata dengan nada bingung. "Tapi aku tidak bisa meninggalkan Ercilia. Dia....."
………………
Hallo KAUM KECE .. Selamat HARI senin
...Tetap semangat 👊...
...Tetap sehat 💪...
Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️
Terimakasih semua ☕😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
𝐋𝐚R⃟𝐚♡⃝𝕬𝖋🦄🎯™
ercilia ku salut deh sama kamu walaupun uda susah begitu dia gak manfaat kan keadaan walau dia tau pacar nya kaya tapi dia berusaha untuk tidak minta tolong
2022-06-02
1
𝐋𝐚R⃟𝐚♡⃝𝕬𝖋🦄🎯™
bercampur aduk masalahnya pacar hilang juga bikn pusing semoga cepat terselesai kan kasihan juga lihat nya mereka dilanda masalah
2022-06-02
1
𝗖𝗲𝗹𝗼
jujur aja sih ke wira, siapa tau kan dia bisa bantu gitu
2022-05-09
2