Kembar 15

Malam harinya, Wira menelpon Dika yang ada di kota seberang.

"Hallo.." sapa Dika.

"Dika, kamu ingat gadis yang pernah nangis depan kelas?" tanya Wira.

"Iya. Kenapa?"

"Dia masuk rumah sakit."

"Terus? Hubungannya dengan ku apa?" Dika tampak bingung.

"Aku sudah duga kamu pasti tidak tau."

"Soalnya kamu tidak menceritakan soal gadis itu. Aku rasa dia salah satu fans beratmu." ujar Wira sambil tertawa.

"Memangnya gadis itu sakit apa?"

Tanya Dika.

"Mencoba bunuh diri, minum pil tidur melebihi dosis." terang Wira.

"Gila! Punya masalah apa dia sampai melakukan hal bodoh begitu?" Dika tidak habis pikir dengan orang-orang yang berfikir dangkal.

"Justru, pertanyaannya adalah kamu apain gadis-gadis kampus sampai pada nekat semua?"

"Maksudnya?"

"Ckck, kami menduga gadis itu naksir sama kamu. Entah dia mencoba bunuh diri karena kamu tolak atau bisa jadi di Bully sama fans garis kerasmu." jelas Wira sambil tertawa nyaring.

Sungguh kocak. Memangnya pria Dika saja. Saya contohnya, tidak kalah tamvan 😜

(sorry sorry oleng dikit authornya)

"Bagaimana mana mau nolak, saling kenal saja tidak!"

"Jangan salahkan aku dong, Salahkan Bunda dan Ayah adonannya terlalu sempurna."

Mereka pun tertawa bersama. Begitulah mereka selalu punya cara untuk bisa saling meledek atau bahkan saling memuji atau membanggakan diri mereka sendiri.

Wira terus menjelaskan semuanya. Wira juga menceritakan kunjungannya pada Dodi dan keheranan Dodi yang menganggap dirinya lebih lembut dari Dika. Dika tertawa ngakak mendengarnya.

"Seharusnya kamu katakan saja kalau dia sudah akan mati." kata Dika di sela-sela tawanya.

"Biar dia kapok!"

"Kamu kenal Sofyan?" tanya Wira.

"Tadi aku juga bertemu dengannya, dia terlihat berbeda ya.. Seperti....."

"Ya! Dia memakai barang haram." jelas Dika.

"Aku tidak terlalu dekat dengannya."

"Dan kau?"

"Jangan ngocok!" jawab Dika. Dia paham arti pertanyaan Wira.

"Kau boleh yakin kalau aku sama sekali tidak pernah memakai barang itu. Melihatnya saja tidak."

"Tapi, kalau soal cewek-cewek...?" pancing Wira lagi.

Dika tertawa.

"Untuk yang satu itu, kamu tidak bisa salahkan aku, Buktinya kamu sendiri juga menyukainya!!!"

"Hahahahahaaa..."

"Ngomong-ngomong soal cewek. Dik! Kamu tahu Ridho sudah kena?"

"Es pe maksudmu?" tanya Dika sambil tertawa.

"Aku enggak heran sih!"

"Ridho bilang Dodi kena, dia juga sudah ikut kena. Kata dia tidak menutup kemungkinan kamu juga akan kena Dik." kata Wira.

"Tidak mungkin!"

"Mereka kencan dengan sembarangan gadis. Bahkan tiap malam gadis-gadis pub dia pakai juga. Jadi tidak aneh jika mereka kena!"

"Aku jadi ingin tahu obat apa yang mereka pakai, bisa sampai segila itu."

"Jangan lupa beritahu aku." ujar Dika sambil tertawa.

"Sebaiknya kamu jangan sampai tahu Dik."

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin kamu ikut kena Es pe 2 sekaligus."

"Es pe itu dan Es pe dari Bunda."

"Si Alan!!!" rutuk Dika.

...…………………………...

Hari demi hari dilalui Wira dengan sangat enjoy. Sebagaimana kebiasaan Dika, Wira pun melakukannya. Kali ini dia merendam air hangat yang sangat menyegarkan tubuhnya.

Sambil berendam air hangat, Wira membayangkan kehidupan baru yang di jalaninya selama dua minggu ini. Kehidupan yang menyenangkan, kehidupan yang sama sekali jauh berbeda dari hidupnya.

Wira kemudian membayangkan saudara kembarnya, betapa kehidupan yang Dika jalani sangatlah mengasikkan. Dan sekali lagi, Wira menganggap kemiripannya dengan Dika sebagai berkat yang tidak ternilai harganya. Karena kemiripan inilah, dia sekarang ada di posisi ini. Sekaligus memperoleh banyak kenikmatan yang tidak mungkin bisa dia lakukan.

Di dalam lamunan Wira. Wira seperti lupa dengan kehidupannya sendiri. Masalahnya, bahkan terhadap Ercilia pun, terkadang terlupa bahwa dia memiliki pacar. Seorang gadis yang amat dia cintai dan mencintainya.

Ponsel di dekatnya berbunyi. Tampak nama Melda di layar. Seketika itu pula, Wira merasa berdebar. Wira memperbaiki posisinya di dalam bathtub agar lebih nyaman.

"Hallo, Melda..." sapa Wira sedikit gugup. Wira belum pernah bertemu. Tapi dari cerita Dika. Melda lah yang paling terbaik dari semua teman kencan Dika.

"Malam, sayang" desah Melda di seberang sana.

"Aku mendengar suara air. Kamu lagi berendam?"

"I... Iyaa." jawab Wira sedikit risih.

Asem. Apa dia juga tau kalau aku sedang telanjang? Batin Wira.

"Dik, kapan kita bisa bertemu lagi?"

"Kamu masih di tempat orang tuamu?" tanya Melda kemudian dengan suara yang menggoda.

"Aku sudah pulang."

"Aku kangen Dik."

"Aku juga!" jawab Wira.

"Kalau begitu, ayo kita bertemu di hotel biasa." Ajak Melda.

"Hotel yang mana?" Wira balik bertanya dengan bingung.

"Aduh, memangnya ada berapa hotel yang kamu pakai?" tanya Melda kesal.

Wira tersenyum.

"Aku.. Hmmmm maksudku kan kita pernah ganti hotel."

"Kan cuman dua kali Dik."

"Kita di hotel biasa saja. Dia sana lebih private."

"Baiklah. Mau kapan?" kata Wira akhirnya.

"Kapan kamu bisa?" tanya Melda.

"Kapan pun kamu menginginkannya." sahut Wira.

Terdengar Melda tertawa senang. Wira yakin wanita itu melompat girang.

"Besok ya. Ditempat biasa."

"Hmmmm..."

Dan, Wira pun mulai membayangkan apa yang akan terjadi besok.

Wira menghentikan mandinya. Dan bergegas menelepon Dika untuk mencari tahu lokasi serta nama hotel si Alan itu.

"Jadi kamu akan berkencan dengan Melda?" Dika tertawa menggoda saat Wira menanyakan hal itu.

"Barusan dia menelpon dan mengajak bertemu di hotel yang biasa." Wira menceritakan.

"Nah hotel yang biasa itu, dimana?"

"Kenapa juga kamu tidak mencatat nama cewek mu beserta nama hotelnya masing-masing."

Dika tertawa. Lalu menyebut nama hotel yang dimaksud Melda. Wira benar-benar mencatat semuanya. Dika juga menyebutkan reservasi di hotel itu sekaligus ciri-ciri Melda.

"Dia sangat mengagumkan." kata Dika lagi.

"Aku tidak akan meragukan penilaianmu." jawab Wira.

"Kencanmu besok malam Wir?"

"Kamu akan melupakan segalanya." goda Dika.

Begitu hubungan telpon terputus. Wira sekali lagi mulai menghitung. Detik demi detik.. Salah satu kencan impiannya. Tinggal menunggu hari berganti, dan itu tidak akan lama lagi.

°°°°°°°

Seperti kata Wira. Kasusnya dengan dewan kampus tidak akan diungkit selama sebulan ini, ternyata meleset. Hari ini Wira dipanggil kekantor rektorat. Tapi, kali ini berbeda. Hanya Wira yang dipanggil. Tiga temannya tidak turut dalam undangan itu.

"Hanya saya?" tanya Dika.

Petugas yang di suruh itu mengangguk.

"Begitulah pesan yang saya terima."

"Saya boleh tau ini ada urusan apa?" tanya Dika ragu-ragu.

"Saya kurang paham. Tapi sepertinya prihal masalah majalah kampus."

Oh si alan! Batin Dika kesal

Mengapa juga Wira buat masalah seperti ini?

Dika pun bangkit dari duduknya. Meninggalkan Ercilia yang menatap kepergiannya dari belakang.

Semoga berita ini di dengan teman-teman Wira. Doa Dika dalam hati.

Haruskah aku menelepon Wira?

Apa yang akan terjadi?

Oh... Si Alan!!!!! Sekali lagi Dika mengutuk saudara kembarnya.

Dia enak-enak di sana. Di sini aku harus menyelesaikan masalah yang dia buat.

Tau apa aku?... Aaaaarrrgggghhhhhh!!!!!....

°°°°°°°°°°

Jangan lupa RATE, LIKE, COMENT, ❤️

Terimakasih semua ☕😎

Terpopuler

Comments

Intan Volgard

Intan Volgard

harusnya author buat judul nya "badboy twins" Wira sama Dika jadi badboy semua😄😄🤭

2022-05-24

1

🌪️🌧️🌬️☁️☙

🌪️🌧️🌬️☁️☙

nah lohh masalah yg di prediksi meleset kann harusnya diselesaikan dulu baru tukerr wira 🤦

2022-04-29

0

ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖

ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖

kan kan kan yg tidak di inginkan akhirnya datang juga 😒
coba Dika mau apa gmna nyelesaikannya😌
wkwkwk wira udah gelap mata😐😐😐😐

2022-04-28

32

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!