Alia yang berada di mini market komplek tampaknya mengalami kesusahan yang sulit ia atasi. Ibu Topan tak ingin pulang, ia tertarik pada aquarium yang memiliki beberapa ikan hias di sana.
Sudah hampir 1 jam lebih ibu Topan berada di depan Aquarium itu.
"Aku mau ini" rengek ibu Topan.
Alia mencoba tetap membujuk ibu Topan yang malah duduk di depan aquarium.
"Ibu.. itu tidak di jual.."
"Aku suka ini Sukma, aku mau.." pinta ibu Topan polos.
Beberapa petugas pelayanan mini market dan beberapa pengunjung mulai melihat sinis pada ibu Topan dan juga Alia. Alia menyadari hal itu, tatapan yang seolah melihat dengan rasa penasaran namun juga nyinyir akan tingkah laku ibu Topan.
"Mbak?? tolong bawa pulang ibunya.. gak enak di lihat pengunjung lain" tegur salah seorang pelayan mini market.
Alia dengan cepat mengangguk.
"Ah, iya maaf.." sahut Alia dengan mencoba menarik lengan ibu Topan yang masih duduk di sana.
Namun ibu Topan tak bergeming ia masih tetap kekeh duduk di depan aquarium.
Tiba-tiba salah seorang wanita muda datang mendekat.
"Mbak??" sapanya pelan.
Alia berbalik untuk melihat pada asal suara.
"Ya??"
"Ini, ibunya mas Topan yaa??" tanya wanita muda itu pada Alia.
"Ah, iya benar Mbak.. "
"Ibu gak mau pulang ya??"
"Iya mbak, tiba-tiba minta aquarium" jawab Alia dengan melihat pada ibu Topan.
Wanita muda itu pun mengangguk pelan.
"Telfon pak Topan saja" saran wanita muda itu. "Ibu kalau sudah begini jika mbak paksa pulang biasa akan ngamuk" jelasnya lagi.
Alia berpikir dalam gusarnya. Bagaimana ia akan mengabari pak Topan. Pria itu pasti sekarang sedang sibuk bekerja.
"Di Telfon aja mbak, kalau gak mbak bisa berjam-jam di sini.. mbak pasti pembantu baru ya??" tanya wanita itu menatap Alia.
Alia terdiam.
"Ah, iya.. saya, pembantu baru"
"Ooh, pantes gak pernah liat.. ya sudah di coba saja mbak hubungi pak Topan nya, saya duluan yaa" ujar wanita itu pergi berlalu meninggalkan minimarket.
Alia kembali menatap ibu Topan dengan wajah risau. Bagaimana ia akan menghubungi majikannya itu.
Alia mencoba mendekat pada ibu Topan, dan kembali membujuk ya. Namun alih-alih untuk mendapat perhatian, tiba-tiba ibu Topan bangun dan ingin meraih ikan-ikan tersebut. Sehingga tanpa di duga tangan ibu Topan telah mengobok-obok air aquarium tersebut.
"Ikan..ikan.."
Alia seketika terserang panik melihat tingkah ibu Topan diluar kendali. Dan tak lama para petugas mini market yang sedari tadi sudah menahan diri akhirnya menarik ibu Topan dengan paksa.
"Tidak.. tidak mau!!" jerit ibu Topan merontak.
Alia panik ketika melihat ibu Topan di tarik paksa.
"Pak jangan pak.. pak tolong jangan di tarik ibu!!" Alia memohon dengan mencoba melepaskan petugas yang menarik kasar ibu Topan.
"Ibunya harus kasar mbak, kalau gak bisa rusak ini barang kami!!" seru salah satu petugas mini market kejam.
"Jangan seperti itu pak, tolong lepaskan ibu.. ibu pasti jadi takut!!"
"Sukma..sukma tolong.." ronta ibu Topan yang meminta pertolongan Alia.
Namun kedua petugas itu tak peduli, mereka terus memaksa menyeret ibu keluar mini market.
Namun tiba-tiba terdengar suara pria yang bernada lantang.
"BERHENTI!!" seru Topan secara tiba-tiba berada disana.
Alia seketika lemas. Topan berjalan dengan raut wajah marah. Kedua petugas minimarket itu pun mulai mundur dengan rasa takut pada Topan.
"Apa yang kalian lakukan pada ibu saya??" tanya Topan dengan menatap tajam satu persatu orang yang susah menyeret ibunya dengan kasar.
Ibu Topan menangis keras, dan Alia berusaha untuk menenangkan ya.
"Ibu?? ibu gak papa?" seru Alia dengan melihat detail fisik ibu.
"Sukmaaaa" tangis ibu pecah dan hal itu membuat Topan kian marah.
"Akan saya tuntut kalian karena telah menyeret ibu saya dengan kasar!!" ancam Topan.
Kedua petugas itu mengidik takut.
"Pak, jangan begitu.. kami minta maaf, kami melakukan terpaksa karena tugas" jelas salah seorang dari mereka dengan wajah memelas.
Namun Topan tak mengubris.
"Katakan pada manajer kalian, saya pastikan surat pengadilan akan sampai besok siang!!"
Deg.. Alia terkaget ketika mendengar ancaman Topan. Sontak Alia seketika menahan Topan.
"Pak!! sudah lah pak.. ibu, ibu harus di bawa pulang" ujar Alia.
Mendengar perkataan Alia, Topan pun akhirnya menyudahi hal itu lalu membawa ibu Topan yang masih menangis.
***
Setiba dirumah, hal yang tak pernah Alia lihat pun terjadi.
Tiba-tiba Topan meluapkan emosinya pada sang ibu yang tak kunjung berhenti dari tangisnya.
Dengan langkah marah, Topan meraih lengan ibu dengan kasar, ketika ibu berjalan bersama Alia yang masih berusaha untuk menenangkan ibu Topan.
"IBU!! DIAM!!" hardik Topan dengan nada tinggi di hadapan ibunya.
Ibu Topan terjegat kaget melihat wajah kemarahan sang anak. Dan akhirnya ibu Topan kembali menangis kuat.
"BERHENTI BU.. BERHENTI!!" teriak Topan frustasi dengan mengguncang tubuh ibunya. "Mengapa ibu selalu saja menangis?? mengapa ibu tidak sadar sedikit pun!! Topan.. Topan lelah buk!!" cecar Topan yang sampai pada titik sabar ya.
Alia hanya bisa terdiam melihat ketegangan itu.
"CUKUP BU!! ATAU IBU AKAN TOPAN KURUNG DI KAMAR MANDI!!" ancam Topan dengan amarah memuncak.
Ibu Topan seketika beringsur ke takutan, tubuhnya bergetar ketika mendengar nada suara tinggi penuh ancaman Topan.
"Ta-kut..ta-kut" lirih ibu dalam isak tangisnya ketika menerima kemarahan Topan.
Alia yang melihat hal itu dengan cepat meraih ibu Topan dari hadapan anaknya.
"Pak.. biar.. biar Alia saja yang menenangkan ibu.." potong Alia dengan menahan tangan Topan yang mencengkram lengan ibunya dengan kuat.
Topan menoleh pada Alia dengan tatapan marah. Alia terjegat kaget ketika menerima tatapan tajam itu.
"Alia akan tenangkan ibu" ujar Alia ragu.
Perlahan Topan seolah sadar dari rasa khilafnya. Ia pun melepaskan lengan ibunya dan membiarkan Alia meraih ibu lalu membawanya kedalam kamar.
Topan terlihat memegang kepalanya yang seketika pusing. Pusing ketika menghadapi sang ibu dan cemoohan orang pada ibunya.
Sungguh sangat susah menjaga sikap ibu di muka umum, ia akan melakukan kehendaknya sendiri tanpa peduli sekitar.
Sesaat Topan menghela nafas panjangnya. Ia pun kembali menyesal ketika telah memarahi ibunya.
***
Selang beberapa jam, Alia keluar dari dalam kamar ibu Topan yang sudah tertidur tenang.
Rumah yang tadi sempat riuh kini terlihat hening dan sunyi. Alia tidak melihat sosok Topan disana.
"Apa dia sudah balik kekantor ya??" gumam Alia bertanya pada dirinya sendiri. Tapi di ruangan itu tercium bau aroma makanan yang begitu mengoda perut Alia yang sudah sangat lapar.
Dan ternyata diluar dugaan, terdengar suara pintu dari belakang. Alia terkaget ketika melihat Topan malah keluar dari pintu dapur belakang.
Tanpa sadar tatapan keduanya saling bertemu dengan kecanggungan. Namun Alia melihat sesuatu di tangan Topan.
"Ehem.. sudah siang, saya sudah buat sesuatu untuk dimakan.."
Alia terkaget, bukan kah itu tugasnya.
"Ah, itu.. maafkan Alia pak.. biar Alia saja" ujar Alia dengan cepat mendekat dan hendak membantu Topan membawa sebuah mangkuk besar.
Namun karena kecerobohan Alia, ia malah memengang mangkuk itu tanpa alasan, sehingga ia sontak menyentuh mangkuk panas itu.
"Akh!!" seringai Alia yang tersengat kaget karena tangannya menyentuh benda panas.
Topan jadi ikut panik.
"Kamu baik-baik saja??"
Alia yang seketika mengosok telapak tangannya dengan cepat mengangguk.
"Ini panas, saya baru buat sup macaroni" jelas Topan panik.
"Maaf kan saya pak, harusnya saya yang masak.." ujar Alia penuh sesal.
Topan tak menjawab, namun ia berlalu membawa mangkuk besar itu ke meja makan.
Alia mengikuti dengan perasaan tak enak. Mengapa jadi majikannya yang menyiapkan makanan.
Topan duduk di meja makan yang ternyata telah tersusun mug sup di sana.
Dengan perasaan tak enak, Alia malah memilih untuk masuk kembali ke kamar ibu Topan membiarkan Topan untuk makan sendiri.
"Alia??"
Langkah Alia tertahan dan reflek berbalik.
"Ya?"
"Kesini, ayo makan.." ajak Topan.
Alia terjegat kaget mendengar ajakan makan itu.
"Ah, gak papa.. bapak duluan saja, Alia mau cek ibu" tolak Alia beralasan.
Namun tanpa di duga suara perut keroncongan Alia bersuara.
Krurururukk...Krurururukk..
Sontak Alia terkaget dan menyentuh perutnya dengan panik.
Topan yang ikut mendengar sedikit tersenyum.
"Saya buat banyak, jadi kamu bisa ikut makan.." ujar Topan santai.
Alia malah jadi kepalang malu dengan suara perut keroncongannya.
"Iya pak, Alia nanti saja bareng ibu" jawab Alia tetap sungkan dan malu.
Krurururukk..krurururukk.. lagi perut Alia berbunyi berbeda dengan penolakan mulut Alia.
Mendengar suara perut ya lagi, Alia seketika menahan perutnya dengan kuat dan mengutuk perut sialannya itu.
"Ayo makan saja, jadi setelah ibu bangun kamu sudah makan" ajak Topan lagi dengan senyum tersembunyi dari setiap perkataannya. "Ayo.." ajak Topan dengan mengarahkan mug kosong pada Alia yang masih berdiri di depan kamar ibu Topan.
Dengan berat Alia akhirnya mengalah pada perut yang sudah membuatnya malu di depan majikannya ini.
"Dasar perut sialan!!" rutu Alia mengutuk perutnya yang keroncongan bak orang tak pernah makan.
Alia tiba di meja makan lalu dengan sungkan menerima mug dari tangan sang majikan.
Topan menaruh sup macaroni itu di mugnya sendiri, lalu tak lama Alia menaruh sup itu di mugnya sendiri. Tak lama ia pun hendak beranjak pergi dari meja itu.
Namun Topan menahan.
"Mau kemana??"
"Ah, itu Alia mau makan di belakang pak.."
Topan menatap datar pada Alia.
"Tidak usah, duduk dan makan di sini" perintah Topan.
Alia terkaget.
"Hm, tapi.. itu.." Alia terlihat bimbang.
"Sudah lah, toh cuma makan, dan di belakang tidak ada kursi.." jelas Topan.
Alia mengigit bawahnya dengan menimbang perkataan sang majikan, namun akhirnya ia meraih kursi makan itu dan duduk berhadapan dengan kursi Topan.
Topan menikmati sup buatannya sendiri. Alia pun mulai hendak mencicipi sup itu ke dalam mulutnya.
Dan sungguh rasa yang luar biasa enak. Sup ini begitu segar dan gurih. Alia tanpa sadar menyantap sup itu dengan semangat.
Topan melihat sekilas pada Alia yang bersemangat menyantap sup buatannya.
Topan mengantung sendoknya dengan wajah datar.
"Maaf, soal tadi.." ujar Topan tiba-tiba.
Alia terjegat kaget dan ia tanpa sadar menatap Topan.
Alia terteguh.
"Tadi.. tadi saya lepas kendali.."
Alia berubah sendu mendengarkan ucapan Topan yang merasa tak enak atas kejadian tadi.
"Gak papa pak, saya mengerti.." sahut Alia tenang. "Anda pasti lelah menghadapi sikap ibu Anda yang berubah-ubah.."
Topan menatap Alia.
"Mungkin begitulah, perasaan orangtua ketika mengurus kenakalan kita di waktu kecil.." ujar Alia tenang.
Deg.. jantung Topan terasa berdebar.
"Merawat adalah pengabdian.. bukan karena suatu keharusan.. tapi ada hati nurani kita sebagai manusia yang membuat kita melakukan tugas sebagai seorang anak.." ujar Alia bernelangsa.
"Orang tua mungkin tak pernah menuntut dan meminta untuk di urus dimasa tua mereka , tapi sebagai anak.. apa kita tega?? apa kita tidak punya kesan di masa lalu tentang orang tua yang sudah melahirkan, membesarkan dan berjuang untuk kita anaknya?? hingga kita tega menelantarkan mereka seperti orang yang tak berguna??"
Topan terteguh. Dan tak lama Alia menoleh pada Topan yang menatapnya sedari tadi.
Dan seulas senyum manis terbingkai di wajah Alia.
"Alia, kagum.. karena pak Topan mau berkorban menjaga ibu bapak dengan begitu baik.. suatu saat kebaikan bapak akan di balas oleh anak bapak kelak.. karena semua yang kita lakukan.. akan terbalas di waktu yang tepat.. Dan.. pak Topan pria yang baik." ujar Alia.
Deg...Topan tak bisa berkata.
Namun jauh di lubuk sanubarinya, ada getar yang tak biasa. Suatu perasaan yang menenangkan ketika ucapan itu di dengar dari bibir ranum sang pembantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Linda Gunawan
y allah nangis q 😭
2022-02-01
0
Anna Kartika Wati
kangen Alm.Bapa 😭😭
2022-01-10
0
Salsabila
merawat adalah pengabdian bukan karena suatu keharusan 🥺🥺🥺👍👍👍
2021-12-28
0