1 minggu pun berlalu, namun Alia belum juga menemukan pekerjaan. Uang yang ia miliki pun kian menipis hingga untuk makan sehari saja ia hanya mengandalkan mie gelas yang s
di sedu dengan air panas.
Di satu siang, Alia yang sudah lelah berjalan kesana kemari mencari pekerjaan. Akhirnya terserang rasa lapar yang tak bisa ia tahan, sudah 4 hari ia hanya makan mie gelas saja tanpa menyentuh nasi.
Hingga akhirnya ia masuk ke salah satu warung tenda di dekat kompleks perumahan mewah. Dan hal yang ia pesan pun cukup mengejutkan sang pemilik warung.
Alia hanya memesan nasi putih tanpa lauk. Karena Alia harus berhemat karena uang yang ia miliki hanya tinggal untuk 5 hari lagi.
"Ini mbak.." ujar pemilik warung sembari meletakkan piring berisi nasi putih.
Alia meraih dengan senang.
"Terima kasih mas.." seru Alia. Namun ketika ia akan memulai untuk menyantap nasi putihnya itu.
Tiba-tiba dua orang wanita yang masih muda masuk kewarung itu sembari asyik berbincang.
"Eh, gue denger rumah nomor 15 itu lagi cari pembantu baru lo.."
Alia reflek menguping.
"Ooh, rumah nenek Hazah??"
"Iya, rumah nenek Hazah.." jawab wanita muda berambut Bob tersebut dengan antusias.
"Kenapa cari pembantu lagi?? bukannya kemarin udah ada??" tanya teman wanita itu berambut di kepang.
"Gak tau, mungkin kabur lagi.. Mas bungkus 4 yaa pakek ayam dan tempe" seru wanita berambut Bob sembari memesan pada mas Warung.
"Kenapa gak betah yaa??? padahal kan enak, gak ada nyonya rumah dan cuma ada nenek Hazah.." celetuk wanita berambut di kepang berpikir.
"Yaa siapa juga yang betah, nenek Hazah itu kan sakit..pasti repot lah urus beliau..mending urus anak kecil, kebayang gak sih repot ya urus orang tua pikir, ikh gue juga mah ogah.." sahut temannya itu dengan membuka dompet dan mengeluarkan uang 50 ribu dari dompet kecilnya itu.
"Oooh.. Bener juga tuh.." sahut wanita berambut kepang.
Alia terus menguping sembari menghabiskan nasi putih nya yang terasa enak dan nikmat di dalam mulutnya. Tak lama mas Warung memberikan satu plastik yang telah berisi 4 bungkus pesanan wanita berambut Bob tersebut.
"Ini.." ujar mas warung.
"Berapa mas?"
"40 ribu.. " jawab mas Warung dan wanita berambut Bob itu pun memberikan uang 50 ribu pada mas Warung.
Alia kian cepat menghabiskan nasi putih itu, ia harus cepat sebelum kedua mbak itu pergi dari warung tersebut.
"Ini uang kembaliannya.." ujar mas warung dengan memberi uang 10 ribu ketangan mbak berambut Bob.
"Oke, yuk.." ajak wanita berambut Bob mengajak sang teman untuk segera keluar dari warung itu.
Alia kian mengubah cepat dan akhirnya menghabiskan nasi tersebut dengan mulut tersumpal penuh.
Ia bersegera mencuci tangannya dengan terburu dan mengeluarkan selembar uang 5000 di atas meja dan berlalu pergi mengejar dua wanita tadi.
Namun Alia telat 2 detik dan terlihat dua wanita itu telah menyembrang jalan. Alia pun menyusul dengan berhati-hati menyebrang jalan yang sedikit padat.
Langkah dua wanita itu tak begitu jauh, sehingga Alia pun berlari kecil untuk dapat menghampiri kedua wanita itu.
"Mbak?? mbak???" panggil Alia.
Namun kedua wanita itu tak mendengar.
Alia terus berlari agar biar memanggil dengan jarak dekat.
"Mbak.. mbak tolong berhenti!!" seru Alia kembali memanggil dengan jarak dekat.
Kedua wanita itu pun akhirnya berhenti dengan wajah bingung melihat seorang wanita yang terengah-engah mengejar mereka.
"Ya?? ada apa mbak??"
"Sa-saya mau tanya.. rumah nomor 15 itu dimana???"
Kedua wanita itu bingung.
"Itu mbak, rumah yang katanya perlu pembantu.. saya..saya mau bekerja di sana mbak.." jelas Alia dengan mencoba mengatur nafasnya.
Kedua wanita itu melihat satu sama lain.
"Apa mbak yakin??" tanya wanita berambut Bob merasa curiga.
"Iya mbak, saya ..saya sangat butuh pekerjaan itu sekarang.. tolong mbak" pinta Alia memelas.
Kedua wanita itu terlihat berat mereka takut jika salah menolong orang.
Alia melihat ekspresi curiga itu dengan jelas.
"Saya bukan penjahat mbak, saya benar-benar perlu pekerjaan ini.." ulang Alia meyakinkan kedua wanita itu.
"Hmm, ya sudah.. tapi kami tidak ingin terjadi masalah di kemudian hari, jadi jangan coba-coba cari kami.."
"Iya..iya.. saya janji.." jawab Alia spontan.
"Ya sudah mbak harus ikut kami, karena harus lewat pos Security, di kompleks dijaga ketat jadi tidak bisa sembarangan orang yang masuk.." jelas wanita berambut kepang itu.
"Oooh, iya baik mbak.."
***
Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya Alia dan kedua wanita itu melewati pos Security dengan mulus.
Dan ketika berada di persimpangan kompleks wanita berambut Bob itu berhenti dan berbalik menatap Alia.
"Kita sampai di sini aja, mbak bisa jalan lurus kesana, karena itu rumah nomor 11, jadi mbak bisa cari nomor 15 kalau berjalan lurus.." jelas wanita berambut Bob tersebut.
Alia mengangguk paham.
"Baik, terimakasih mbak.. terimakasih banyak" ucap Alia tulus, namun kedua wanita itu berlalu pergi tanpa basa basi. Mereka pergi untuk menghindari hal-hal buruk karena telah membawa orang asing kedalam lingkungan kompleks mewah itu.
Alia menatap kesekeliling kompleks yang terlihat rumah serupa dengan bangunan mewah. Perlahan ia pun berjalan menyusiri jalan yang diberi tau wanita berambut Bob tersebut. Langkahnya pun berjalan pelan membaca tiap nomor rumah.
"14.. dan..." ucap Alia berhitung seiring langkahnya menuju pada rumah yang berikut ya bernomor 15.
"15.." seru Alia yang akhirnya tiba di rumah yang di tuju.
Banguan putih dua tingkat terlihat sepi. Namun Alia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah tersebut.
Tok..tok..
Hening.. tak ada jawaban dari dalam, dan tanpa tahu Alia kembali mengetuk pintu itu.
Tok..tok..
Dan lagi-lagi hening. Wajah Alia pun berubah kecewa.
"Apa orangnya sedang pergi yaa?" guman Alia melihat pada pintu besar yang tertutup rapat.
"Apa aku nunggu aja yaa??" tanya Alia menimbang sembari melihat sekilas kanan dan kiri rumah tersebut.
Alia perlahan mundur dan turun dari teras yang berlantaikan marmer berwarna putih.
"Coba di tunggu saja lah.. semoga sang pemilik rumah cepat pulang" pikir Alia dengan duduk di salah satu anak tangga di teras rumah itu.
Ia duduk sembari melipat tangannya di atas lutut dan menikmati bangunan mewah itu.
Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat rumah mewah. Dulu ia keluar masuk rumah mewah milik keluarga Mahendra dengan leluasa.
Rumah yang luas dengan pembantu berjumlah 4 orang di tambah 2 supir pribadi yang setia mengantar dirinya kemana pun pergi.
Namun kini, semua itu hanya indah untuk di kenang. Saat ini ia sendiri tengah duduk dirumah orang lain dan menunggu sang pemilik.
"Semoga saja, hari ini adalah hari baik dan aku bisa dapat pekerjaan itu.." doa Alia tulus.
Disaat ia menanti tanpa di sadari ia rasa ngantuk pun menyerang dirinya. Entah karena perutnya yang telah kenyang dan angin sepoi-sepoi dari rumah itu menbuatnya mengantuk.
"Sebentar .. sebentar saja" bisik Alia pada dirinya yang akhirnya tertidur dengan duduk di teras rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Liana Rismawati
seharusnya minta hak gono gini aliya
2022-01-06
0
Saukiyah Naila
semangal alya
2022-01-05
0
Andry
lanjut
2022-01-02
0