Aku semakin pusing ketika aku diajak melihat seseorang yang megenalikan suling yang membuat ular menari.
“Ohh, atraksi kah? Biar kutebak, selanjutnya dia akan menyarankan tempat makan yang dia sukai,” kataku, menebak alur cerita ini.
“Nah Ren! Kau tahu, terkadang setelah pulang sekolah aku tidak langsung pulang ke rumah, lo!” katanya.
(Heh? Apa?! Rutenya berbeda? Aku selamat! Terima kasih, dewa! Kau mendengar pintaku!)
“Wah! Kamu pergi kemana? Berlatih sihir sendiri? Atau pergi bermain dengan teman temanmu?” tanyaku.
Ahh, aku sudah bisa mengambil nafas tenang. Dan mulai sekarang, aku akan menguasai jalannya pembicaraan.
Mungkin dia akan memintaku melihat dia yang sudah bisa menggunakan sihir rendah, atau mungkin pergi bermain di taman?
Tapi aku lebih ingin dia menunjukkan beberapa sihir kepadaku. Hitung hitung sebagai pelajaran tambahan?
“Yahh, aku mampir ke suatu tempat. Disana, ada orang yang sangat baik! Dia mengajariku beberapa trik magic yang menyenangkan!” dia menggeretku ke suatu tempat.
Ohh! Dia pasti akan mengenalkan seseorang yang baik padaku!
“Selain itu, aku juga suka suasananya, tenang dan sangat natural,”
(Wait, kita sedang membicarakan orang, bukan?)
“Kita sudah sampai, Ren!” dia berhenti di depan sebuah café.
“Yang aku bicarakan tadi adalah salah satu pelayan disni, dan aku juga menyukai teh hijaunya yang yang baru diseduh. Itu sangat menenangkan hati!”
(“GOD DAMN!!!”)
Aku tidak bisa berkata kata sekarang. Sepertinya percuma aku berdoa dengan sungguh sungguh tadi.
Atau mungkin ini merupakan ulah Zadkiel yang sedang mengawasiku?
Bukan tidak mungkin karena selain dia adalah malaikat tingkat atas yang bisa saja menyuruh bawahannya untuk melakukan ini, dia juga sangat menikmati waktu ketika aku terlihat sangat menderita, mirip kak Ruly.
“Apakah kau baik baik saja, Ren? Wajahmu terlihat pucat lo! Dan badanmu lemas!” kini Suzu terlihat khawatir.
“Aku baik, haya saja ada yang sedang kupikirkan sekarang,”
(Ya! Tentang mereka yang mengatur ini!)
“Ahh, kalau begitu, kita masuk dan pesan teh saja. Pasti kamu akan merasa lebih baik!” katanya menyretku masuk.
“Permisi!”
“Selamat datang! Aha! Dek Suzu! Mau pesan apa hari ini? Atau seperti biasanya?” seorang pelayan yang ceria tampak menyambut kami. Dan sepertinya mereka sudah saling kenal cukup lama.
"Aku seperti biasa, Rury, matcha buatanmu! Bagaimana denganmu, Ren?" kini Suzu menanyaiku.
(Tunggu. Matcha?)
"Apa semua jenis teh ada di sini dengan bahan bahannya?" aku mencoba bertanya, karena ada kemungkinan pesananku tidak akan ada di sini.
"Tentu saja! Itulah mengapa cafe kami memiliki nama 'Tea Paradise' yang mana semua jenis teh, serta bahan pendukung rasa juga tersedia disini!" katanya dengan yakin.
"Ahh, baiklah. Aku pesan teh hijau yang diberi beberapa mint. Dan untuk pelengkapnya bisa diberi perasan lemon sedikit. Mungkin itu saja." aku menjelaskan pesananku secara rinci.
Pelayan itu yang diketahui namanya Rury berhenti menulis, dan menatapku dengan tajam.
"Bukannya ini pertama kalinya Anda kemari, tuan pelanggan?" tanyanya.
"Ya! Aku pertama kalinya kemari."
"Lantas, bagaimana anda bisa mengetahui pesanan rahasia yang jarang dipesan di sini?" tanyanya.
Ahh, kemungkinan hal itu hanya dimiliki oleh para pelanggan setia saja!
"Tidak tidak! Itu hanya kebetulan! Kebetulan saja!" teriakku segera.
Ada kemungkinan bahwa minuman itu dibawa oleh orang yang berreinkarnasi, dan aku tidak ingin terlibat masalah untuk itu.
"Ahh, baiklah kalau begitu!' kata pelayan itu sambil pergi menjauh.
Keadaan menjadi hening seketika, ketika aku dan Suzu saling berpandangan.
Dia juga sepertinya sedikit merasa terganggu untuk ini. Terlihat dengan dia yang merasa tidak tenang
"Jadi, dengan siapa kamu sering kemari?" aku berusaha membuka percakapan.
Dia tidak segera menjawabnya, tapi sedikit bertindak aneh dengan menggosokkan kedua tangannya. Mungkin ini sesuatu yang dia tidak ingin aku mengetahuinya?
"Yahh, terkadang aku kemari bersama Syila. Dia adalah orang yang sangat baik!" kini wajahnya mulai berubah.
(Syila? Hmm, aku mendapat nama baru!)
"Jadi, siapa "Syila" ini?" tanyaku. Mungkin itu adalah orang yang berarti baginya, karena dia terlihat senang setiap kali membicarakannya.
"Heh? kau tidak tahu?! Dia adalah anak dari paman Childe! Bukankah kita semua sering bertemu?!" teriaknya.
"Eh?"
• • •
Keadaan menjadi hening sesaat.
Oh ya! setelah ku ingat ingat, sepertinya aku pernah berkenalan dengan orang bernama Childe dan Syila!
Childe sepertinya sahabat ayah. Dan dia sepertinya memiliki kedudukan yang tinggi dalam Guild.
Ahh, Guild yang kumaksud adalah guild petualang. Itu sekarang digabung dengan pemerintahan Kerajaan Kin.
Dengan kata lain, Guildmaster di sini juga berarti gubernur kota Eldergale ini. Aku kurang tahu siapa Guildmaster disini, tapi sepertinya dia dekat dengan paman Childe.
Ah, kerajaan Kin adalah tempat aku berada sekarang.
"A-Aku akan pergi ke toilet sebentar!" kata Suzu sambil berlalu meninggalkanku.
Ahh, akhirnya aku bisa tenang. Jujur, aku sedikit gugup ketika berdua dengan perempuan. Ahh, trauma masa laluku menggangguku. Itu cukup menakutkan.
Aku ingin sekali melepas tudung ini, tapi itu cukup berbahaya sekarang. Aku tidak ingin memberikan masalah untuk Suzu.
"Maaf lama menunggu!" pelayan dengan nama Rury itu datang, membawa pesanan kami. Aku sepertinya ada sedikit keperluan dengannya. Jadi, aku ingin mencari beberapa hal tentangnya.
Aku menggunakan skill [Evaluator] level maks ku padanya, dan aku menemukan title yang mengejutkan padanya.
Aku sedikit terbelalak, lalu dengan cepat menghubungkan berbagai kemungkinan. Kemungkinan sikapnya, kemungkinan dirinya, dan kemungkinan bagaimana dia bisa berada di sini.
Tapi aku hanya melihat sebuah manfaat di sini.
"Hei, Rury! Aku sepertinya ada sebuah urusan denganmu!" aku mencegah dia kembali dengan cepat.
"Dengan saya?" dia terlihat sedikit bingung.
"Ya! Apa tidak bisa?' aku berbalik tanya padanya. Aku sepertinya ingin sedikit memanfaatkannya.
Dia kemudian duduk perlahan di samping kananku, bukan di depanku karena sebenarnya kursi di depanku merupakan milik Suzu.
"Hei Rury, apa kau membenci ras manusia?" tanyaku pelan mengawali pembicaraan. Aku harus memastikan kepribadiannya sebelum meminta hal ini.
"Tidak! Tidak mungkin aku sama seperti orang orang lain di sini! Sedari dulu, aku tidak pernah membenci manusia! Bahkan manager disini juga memberitahuku. Bahwa aku tidak boleh membenci manusia begitu saja!" teriaknya spontan sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"Ah, baiklah." Aku membuka tudung kepalaku di depannya, membiarkan telinga kecilku terlihat olehnya.
Dia tampak terkejut dengan itu. Tapi dia sudah tidak bisa menarik kata katanya lagi sekarang.
"Aku punya permintaan padamu, Rumia Eldorbach!" kataku berbisik pelan di telinganya
Dia terkejut. Aku tahu itu karena raut mukanya berubah.
"Si-siapa k-kau? Apa kau dikirim untuk menata mataiku? Atau kau ingin menangkap ku? Hii!!! Silakan saja tangkap saya. Lagipula mereka tidak akan mengerti. Apa jangan jangan kau dikirim untuk langsung membunuhku?" dia langsung heboh sendiri.
Rasanya ingin tertawa ketika dia menjadi kikuk karena mengetahui rahasianya terbongkar, tidak berusaha untuk menutupinya!
"Tidak tidak! Aku hanyalah kakak Suzu, Ren Larvest. Aku tidak mungkin menjadi seorang mata mata di umurku yang segini, Rumia." aku sedikit menggodanya, mengundangnya menggunakan nama aslinya.
"Ssshiii! Jangan keras keras! Atau semua orang akan tahu! Ngomong ngomong, bagaimana kau bisa tahu?" dia sepertinya sudah sedikit tenang, atau mungkin memang dia orang yang seperti ini?
"Mudah saja! Aku hanya memiliki skill [Evaluator] berlevel lebih tinggi darimu." Aku mengangkat bahu, dengan pertanyaannya.
Dia terlihat sedikit bingung, tapi aku tidak perlu menjelaskannya lebih lanjut.
"Aku ingin mendengar ceritamu, Rumia Eldorbach. Tolong biarkan aku mendengarnya!" Aku memohon padanya sekarang.
Sepertinya title yang dia miliki akan menjadi suatu petunjuk penting untuk selanjutnya.
Selain itu, aku akan memintanya suatu hal, jadi setidaknya membuat sedikit kepercayaan akan lebih baik daripada menyuruhnya begitu saja, bukan?
Yaah, kau tahu! Aku memiliki skill [Observer(Mimic)] dalam kolom skill ku. Aku tahu, dia memiliki banyak masalah di dalam pikirannya, tapi di depan dia tetap tersenyum, menutupi semua.
Dia tampak terkejut dengan kalimatku, lalu menutup tangannya dengan mulut.
Dan perlahan dia mengeluarkan air mata. Aku pun tak urung merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments