Ini adalah hari yang menyenangkan, sampai suatu ketika-
“Nah! Ayo! Apa yang kau tunggu? Ini saatnya latihan, bukan?” kak Ruly menepuk keras punggungku
“Ahh, kak Ruly!" ugh, punggungku terasa sakit! Mungkin tangannya sudah terbiasa memegang pedang, membuat itu menjadi sekeras batu!
Tapi apapun itu, aku yang sudah meminta kakakku untuk melatihku, jadi aku tidak bisa menolaknya.
"Baikah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Lari kah? Atau mungkin, pemanasan?” tanyaku menutup buku dan menaruhnya.
“Ikuti saja aku dulu!”
“Baiklah!” aku berteriak, mengikuti kak Ruly dari belakang.
Aku tak tahu mau dibawa kemana aku. Tapi aku tahu, dia pasti akan melatihku dengan baik. Dan tentu saja, aku pasti akan menjadi lebih kuat! Aku yakin itu.
Oh ya! Sepertinya, ini juga merupakan janji ku di masa lalu. Aku ingat aku ingin menjadi lebih kuat untuk bisa melindungi orang orang tertentu?
“Kita sudah sampai, lo!” katanya sambil berdiri di atas batu besar di tengah aliran sungai yang cukup dalam.
Walau kubilang dalam, airnya begitu jernih hingga kau bisa melihat batuan kecil di dasarnya.
“Kita akan belajar dari dasar terlebih dahulu!” setelah berkata demikian, dia masuk ke air.
Aku terkejut, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku memutuskan untuk menunggunya keluar dari air dengan mengamati pemandangan hutan.
DEGG!!!
Perasaan tidak mengenakkan itu kembali. Rasanya seperti jantungku dicengkeram oleh sesuatu, yang berasal dari dalam tubuhku.
"Lagi lagi, kah? Sepertinya aku memang harus melepaskan beberapa Fehl ke udara?" aku sedikit bergumam.
"Mengesampingkan tentang itu, sudah 5 menit lamanya dia berada di dalam air. Apa yang terjadi? Dia tidak mungkin tenggelam, bukan?" Oi oi! Jangan bercanda!
Aku segera mencelupkan kepalaku ke dalam air, mencari keberadaannya dari air yang sebening kaca itu.
Sesuatu datang dari bawah, menuju ke atas dengan cepat menuju wajahku. Instingku mengatakan bahaya!
Aku segera melompat, menghindari apapun yang akan datang dari bawah.
“Uwaah! Berapa lama aku berada di dalam?” benda itu, kak Ruly?!
“Se-se-sekitar 5 menit,” jawabku.
“Haha. Perkiraanku benar. Setidaknya, kamu harus bisa menahan nafasmu selama itu!" dia mulai menwpi.
"Kau tahu? Pernapasan adalah hal yang penting dalam beladiri jarak dekat. Jika pernafasanmu kurang, kamu akan cepat lelah. Jika kamu cepat lelah, gerakanmu akan menjadi lemah. Kalau gerakanmu menjadi lemah, sudah pasti kamu akan kalah. Whoa! Kalimat tadi bagus juga ya! Bisa kubuat syair juga ini!” katanya sambil tertawa dan menepuk nepuk punggungku kegirangan.
Hufft, memang beginilah dia.
“Anu, apa aku hanya perlu menahan nafas 3 menit? Tadi kakak mempraktikkan 5 menit kan?” tanyaku khawatir.
“Mana mungkin seperti itu!” katanya sambil tertawa. “Itu adalah waktu minimalmu sebelum memasuki tahap selanjutnya!” heh apa?
Dia tertawa keras. Orang ini! Dia bahkan tertawa melihat mimic wajahku yang berubah.
“Heh?! Tidak mungkin!” aku tetap tidak percaya.
“Apa itu? Pemula saja bisa melakukannya! Kalau kau mau menjadi kesatria pedang yang kuat, kamu harus bisa seperti kakak, paling tidak 10 menit!” katanya tersenyum simpul. Tapi, dalam senyumnya ada hal lain.
Hi! Mengerikan!
“A-ahh, begitu?” tanyaku ragu ragu sambil menelan ludah.
“Ngomong ngomong, jika kamu gagal melakukannya, akan ada hukumannya lo!” katanya dengan enteng. Aku sedikit terbelalak.
"Bisakah kakak memberikan latihan yang lebih normal?" aku secara tidak sadar memberi tanggapan cepat.
Matanya meruncing, bagai akan berubah menjadi raja iblis, atau mungkin latihan penyiksaan ini memang sudah setingkat iblis kau tahu?
Bukankah seharusnya wajar di awal untukku tidak bisa melakukannya?
“Apa hukumannya?” aku bertanya sambil berdoa.
“Santai saja! Hukumannya hanya squat jump kok! Setiap 6 detik yang gagal, akan dikonversikan menjadi squat jump, jadi berusahalah! Jangan sampai terkena hukuman ini ya!” katanya keras keras.
Heh? Squat jump? Hukumanya malah lebih mudah ya? Tapi tidak mungkin dia memberikan hal yang mudah. Aku harus waspada.
“Ba-baiklah. Aku akan mencobanya!” aku berusaha meyakinkan diriku. Aku menatap air sungai yang cukup tenang, menarik nafas sepekan mungkin.
Aku berusaha memperkecil detak jantung, dengan begitu oksigen tidak dengan cepat pergi.
Setelah aku benar benar rileks, aku baru berani untuk memasukkan diriku ke dalam air.
(“Tenangkan dirimu, bayangkan dirimu menyatu dengan alam, buat jantung bekerja lebih lambat,”) aku berusaha fokus. Hatiku terus membisikkan kata kata indah.
Aku berusaha tidak bergerak sama sekali. Mencoba merasakan detak demi detak jantungku.
Benar! Detak jantungku melemah. Rasanya seperti ajal akan menjemputku.
Tapi, bersamaan dengan semakin pelannya detak jantungku. Aku merasa sesuatu yang berbeda muncul dalam tubuhku.
Aku berusaha sedikit demi sedikit membuka mata.
Luar biasa! Sekelilingku dekarang menjadi lebih lambat, bahkan aku sendiri merasakan bahwa jatuhku ke dasar sungai semakin pelan.
Aku melihat ikan yang lewat di depanku. Entah kenapa dia tidak beriak ketika aku mendekatinya perlahan.
Aku berusaha menyentuhnya. Aku hanya memberinya elusan lembut, seperti aku mengelus anak kucing dengan menggunakan telunjukku.
Tapi entah kenapa, dia terlihat terdorong menjauhiku dengan bentuk tubuhnya yang membelok!
Apa itu?!
Aku kehilangan fokus, hingga akhirnya detak jantungku kembali menjadi cepat. Segala sesuatu yang lambat di sekitarku kembali menjadi semula.
Ikan yang aku sentuh terlempar jauh, dan air di belakangku yang aku buat untuk mendorong pelan menjadi gelombang besar.
("Bukankah itu terlalu berlebihan?!")
Sepertinya, aku pernah merasakan hal yang seperti itu. Kapan dan dimana ya? Aku berusaha mengingat ingat.
Aku mengubah posisi tenggelamku menjadi seperti sesosok orang yang sedang berpikir keras.
“Ah!” aku berteriak, dan dengan tidak sengaja membuka mulutku.
Bodohnya aku!
Aku menelan beberapa gelas air sungai seketika. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, ketika aku merasa panik dan aku bergerak sembarangan.
("Hyaaa! Aku akan mati aku akan mati!") Aku nyaris saja berteriak kembali, tapi dengan sigap Kak Ruly menarikku ke atas!
“Gehem! Apa ini?! Kok hanya 2 menit kurang?” tanyanya. Aku hanya mengangkat tangan, memintanya untuk berhenti mengajakku berbicara.
“Bagaimana? Rasanya seru bukan? Pasti kau merasakan sesuatu ketika berada di sana!” katanya semangat, seperti biasa.
“Ya. Aku, merasakan…sesuatu…hah! Yang berbeda!” teriakku sambil masih megap megap.
Dia malah tertawa, melihatku yang masih dalam posisi hidup dan mati ini.
“Ya ya! Apa yang kau rasakan?!"
“Aku merasa semakin dekat,”
“Hm hm! Semakin dekat dengan apa?” benar benar ini orang. Kadang sangat menyebalkan.
“Sangat dekat dengan kematian tahu! Semuanya tiba tiba jadi lambat, bahkan detak jantungku melambat. Detik demi detik rasanya semakin melambat, seperti menelanku ikut bersamanya. Pasti kalau kuteruskan akan aku akan mati!” kataku dengan wajah datar, melihat kakakku yang sedikit kebingungan.
“Apa benar begitu? Sayang sekali. Padahal mungkin kamu bisa mendapatkan sesuatu lho! Seperti, kematian!” dia mengatakan hal semenakutkan itu dengan tenang.
Suaranya dibuat supaya dia terdengar seperti khawatir denganku, tapi dia megatakannya dengan wajah yang senang.
Bisakah kau menyembunyikan wajah bahagiamu dalam meyiksa adikmu sendiri dihadapannya? Itu menyakitan tahu! Bahkan bagiku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
Darkside
aowkkwk sangat dekat dengan kematian....
2022-06-30
2
#Sofian
hahaha
2021-11-26
2