Prolog
*****
Aku memejamkan mataku, menerima semua rasa sakit serta menenggelamkanku dalam lamunanku yang pedih.
Tiba tiba, semua rasa sakitku hilang. Rasanya, benar benar sembuh seperti sedia kala. Kakiku terlihat baik, darah dari mulutku juga berhenti, serta badanku yang serasa remuk kini sudah bisa bergerak lagi.
Aku terduduk segera berbalik senang menghadap Shina. Sebelum aku memutarkan badanku, aku menyadari bahwa semua yang ada di sekitarku berhenti bergerak.
“Apa ini?!” tanyaku pelan.
Aku berdiri perlahan. Aneh, angin masih bertiup, menyapu rambutku dan menerbangkan beberapa daun yang kering.
Salah satunya mencolek pipiku, dan semua ini terasa nyata!
Aku berusaha mencubit diriku sendiri. Aku berjalan pelan, menuju Shina yang memegang tanganku.
Wait, apa?! Dia memegang tanganku? Aku segera melompat mundur. Cukup jauh untuk orang sepertiku.
Aku terkejut. Mataku terbuka lebar, mulutku menganga bagai gua.
Memang benar, dia sedang memegang tanganku, hanya saja dia memgang diriku yang lain. Yang sedang tertidur. Atau mungkin, mati?
“Ah, begitu kah?” tanyaku pelan.
“Aku, sudah mati.”
Aku hanya bisa terduduk tidak percaya. Walaupun aku sudah memperkirakan ini bahkan sudah tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja, berat rasanya meninggalkan semua orang yang aku sayangi.
Berat rasanya meninggalkan mereka dengan air mata.
Sejujurnya, disini sangat tenang. Aku belum pernah merasa senyaman ini.
Badanku tidak panas juga tidak dingin, serta angin yang bertiup pelan bagai membelaiku pelan seperti menghiburku dari kematian.
“Jadi, inilah kematian?” aku duduk bersandar di sebuah pohon sakura. Heh apa? Kenapa ada pohon sakura disini?
Selain itu, dari tadi aku seperti dibuat nyaman dengan semua ini. Sepertinya, apa yang aku bayangkan sekarang muncul di depanku.
“Oh! Begitu! Ibaratnya ini pasti hiburan karena sudah mati. Hahaha, hahaha INI TIDAK LUCU!” teriakku cukup keras.
“Tapi, tidak buruk juga.” Bisikku pelan. Sejujurnya, aku sedikit menikmati ini. Tapi tetap saja, aku meninggalkan teman temanku dengan tangisan.
Ini semua karena aku lemah. Andaikan saja aku sedikit lebih kuat, mungkin aku tidak perlu sampai mati, membuat mereka semua sedih!
Aku memukulkan tanganku ke jalanan yang kini sunyi.
Tiba tiba, di sekitarku terbentuk lingkaran dengan warna kuning keemasan.
“Apa ini?!” teriakku. Aku segera berdiri, berjaga jaga. Apakah ada kebocoran gas dan menyebabkan api naik?
Tapi mana mungkin masalah kebocoran gas bisa sampai ke dunia “parrarel” ini.
Yah, aku tidak tahu lagi harus menyebutnya apa. Yang pasti ini adalah dunia yang berada diantara dunia yang hidup dan yang mati.
Aku berusaha menyingkir keluar dari lingkaran yang melingkariku.
“Sial! Aku terkurung, kah?” aku mengetuk permukaannya, dan mencoba menganalisisnya. Ketika aku tiba tiba seperti terbawa ke suatu tempat yang berbeda.
Aku berusaha menggapai apapun, sampai akhirnya aku jatuh.
“Adudududuh! Apa itu tadi?” tanyaku ketika aku sudah mencapai dasar, tempat yang semuanya berwarna putih bersih, benar benar bersih sehingga aku tidak mengetahui pembatas antara dinding dan lantai berada dimana, bahkan bayangan pun tidak ada disini.
Tempat yang aneh, tapi disini terang benderang.
“Yo! Selamat datang bocah! Tak kusangka kau akan mati secepat ini!” seseorang, tidak. Se-tuhan? Se-dewa?
Yang pasti, dia bukanlah orang biasa
Pakaiannya rapi, menggunakan jas serta dasi merah dengan sedikit corak hitam.
Aku kira akan sangat mengerikan ketika aku ditanyai amal selama masa hidupku dulu. Tapi ternyata kenyataanya berbanding terbalik.
“Baiklah tanpa basa basi lagi. Kamu, sebenarnya siapa?” tanyaku datar.
“Aku adalah Zadkiel, malaikat penjagamu! Ya! Bersujudlah dihadapan malaikatmu yang agung! Salah satu dari beberapa malaikat utama, sang malaikat pendengar permintaan umatnya! Ya! Itulah aku!” katanya sambil menyombongkan diri.
Dia benar. Aku melihat aura yang sangat agung, serta wajahnya, yang tidak bisa dilukiskan oleh kata. Benar benar malaikat! Aku merasa memiliki bayangan bagaimana dia sangat dihormati.
“Cukup menarik juga, waktu TK pernah menjadi orang yang terkenal narsis, memiliki wahaha! “cukup” banyak teman,”
“Woii! Jangan ungkit masalah itu juga!” teriakku. Dia tidak menghiraukannya dan terus membaca sebuah berkas.
“Setelah itu, berlanjut ke Sekolah Dasar, dia tetap agak narsis hingga akhirnya memiliki sangat sedikit teman. Whahaaha! Apa ini?”
“Tolong hentikan.” Kataku sedikit geram dengan kelakukannya.
“Setelah lulus SD, dia dibully teman sekelasnya dan akhirnya dia menyerah dengan “mencari teman”, lalu melarikan diri ke perpustakaan untuk membaca buku."
"Dan dia pun menjadi penyendiri jenius yang menyukai buku, serta pengurung diri bodoh yang menganggap dunia luar mengerikan. Whaahaha! Serius data macam apa ini? Hahaha! Aku tertawa hahahha!” Zadkiel, sang malaikat yang agung tertawa keras dan berguling guling di tempat yang bisa disebut “lantai” ruangan tersebut.
“Tolong hentikan. Tindakanmu membuat expectasi ku jatuh tahu!” aku mulai kesal. Dan dia tetap melanjutkan tertawaannya hingga puas.
Aku hanya bisa duduk diam dan mengamatinya yang sudah mulai lelah, sambil memmbuat kertas yang ada di tangannya untuk dijadikan kipas sementara dia mulai berdiri. Mengikutinya, aku juga berdiri.
“Yah, begitulah masa lalu ku. Tapi, kenapa kalau anak anak memiliki fantasy tinggi? Bukanlah hal yang aneh bukan? Yang aneh adalah ketika anak smp masih memiliki fantasy seperti itu, sebentar kalau sudah masuk smp sudah dinamakan chuunibyou! Tapi aku hanya melakukannya di TK dan yang terjadi adalah itu mengikutiku hingga ke SD, bahkan SMP! Apa itu salahku?” tanyaku berdiri menyilangkan tangan.
“Baik baik. Maafkan aku sudah tertawa. Tapi, walaupun masa lalumu begitu, pada akhirnya kamu tetap membantu mereka sampai di akhir bukan? Kamu juga ingin berteman dengan mereka juga kan?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk pelan.
“Jadi, apa kau akan menerimanya?”
“Hufft, mau bagaimana lagi. Aku sudah mati! Biar ku terima ini sebagai hukumanku!” aku menundukkan kepala, tenggelam dalam penyesalan masa laluku.
“He? Waah, pantas saja kamu bisa mendapatkan pengecualian seperti ini!” dia berkata, atau lebih tepatnya berbisik.
“Siapa bilang kamu sudah mati? Bukanlah kau sendiri yang bilang, bahwa kesempatanmu mati adalah 99%! Dan, artinya apakah itu?” dia bertanya menggoda.
“Kemungkinanku selamat tidaklah 0%!” teriakku.
“Ya! Namaku Zadkiel! Aku bisa mengabulkan permintaanmu. Sebelum itu, aku akan menawarkan hadiah yang sebelumnya sudah disiapkan untukmu!” dia mengajakku duduk.
Seketika tempat kosong itu terdapat sebuah meja serta teh yang sudah dihidangkan di depanku, tepat setelah dia duduk.
Aku agak terkejut, namun aku segera paham, ini bukanlah hal yang aneh baginya.
“Hadiah?” aku sedikit penasaran.
“Ya! Karena masa lalumu yang menyedihkan, suram, dan kelam…”
“Uwaaah! Kata katanya nusuk banget!” aku protes. Dia sedikit terkikik.
“Yah pokonya, kamu adalah orang yang telah mengalami banyak kesulitan dalam hidupmu, tapi kamu tetap mau membantu orang lain, menyelamatkan banyak nyawa, serta menghukum yang salah…”
“Heh?! Apa yang aku lakukan sebanyak itu?” tanyaku, kembali menyelanya.
“Dengarkan aku sampai selesai!”
"Hiiii!!!"
Zadkiel tampak mengamuk, seperti berubah kepribadian.
Berbeda dengan tadi yang lebih banyak tertawa, kini dia mengeluarkan senyum mengerkan serta mata menyorot tajam.
Berbagai macam alat penyiksaan keluar di belakangnya sambil dia mengeluarkan aura merah kegelapan.
“Baik!”
“Yah, walaupun yang kamu lakukan itu cuma satu kali, tapi itu sudah mencakup semua yang aku sebutkan tadi."
"Seperti yang aku katakan tadi, kamu tetap mengulurkan tanganmu, walaupun dirimu sendiri juga membutuhkan pertolongan, bahkan tidak pernah menikmati hidupmu. Dan akhirnya meninggal sebelum bisa merasakan itu semua. Jadi,” Zadkiel berdiri, merentangkan tangan.
"Kamu mendapat hak ke dunia dimana kamu bisa bermain!”
“Heh?! Apa?! Apa maksudnya?” tanyaku kurang paham.
“Jadi singkatnya, kamu bisa ber-reinkarnasi dengan ingatan yang sekarang, ke dunia baru. Kalau di duniamu, bisa dibilang dunia ini seperti game! Tidak ada mesin, dunia masih berupa hutan, ada banyak hewan mitologi, banyak ras khusus, dan tentu saja, sihir!” Zadkiel menyerukan dengan pasti.
Aku hanya terkejut, menganga sambil duduk memandang Zadkiel.
“A-a-a-apa yang kamu maksud? Sihir? Apa itu? Elemen baru yang tidak aku ketahui? Dan ada banyak mitologi hidup? Banyak hal yang bisa dipelajari?!” kataku berdiri dengan cepat, menggenggam tangan Zadkiel, menunjukkan seberapa antusiasnya aku terhadap elemen yang tidak aku ketahui, “Sihir”.
“A-a-ahh, i-i-iya. Jadi tolong menjauhlah sedikit.” Jawab Zadkiel sambil sedikit mendorongku.
“Selain itu, tidak ada mesin, dan dunia masih berupa hutan, dan ada berbagai ras. Ehe, pasti ada elf atau minimal ada manusia setengah hewan dengan telinga kucing,” aku mulai membayangkannya!
Hingga Zadkiel tiba tiba memukul kepalaku dengan tangan terbuka seperti akan memecahkan sebuah batu.
“Jadi, begitulah. Kamu mau menerima yang mana? Berreinkarnasi atau kembali ke duniamu yang lama?”
Hmm, pertanyaan yang cukup sulit, ya. Tapi aku sudah memutuskan pilihanku sejak awal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments
DNK • SLOTH SINN
next
2022-01-09
1
mothur
ai
2021-12-11
0
{~n~}
3
2021-12-03
0