Sedangkan Arka sendiri menatapnya dengan senyum mengejek. Tanpa mau meladeni ucapan sang ibu yang bisa memancing sifat setannya keluar dari dalam tubuhnya.
"Kamu\_\_\_" ucapan Nany terhenti ketika ada seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut. Sehingga membuat mulut Nany bungkam seketika.
Nany mendelik melihat Annisa yang memasuki ruangan Arka tanpa permisi dengan menenteng rantang di tangannya. Melihat itu, mulut Nany hampir saja terbuka untuk mengeluarkan makiannya pada Annisa, jika saja Arka tak memberikan tatapan mematikan pada Nany sehingga wanita itu mengurungkan niatnya. Wanita parubaya itu mendengus kesal karena sang anak lebih memilih Annisa ketimbang dirinya. Dan Arka selalu membela Annisa meskipun mengetahui jika Annisa yang sudah membuatnya marah.
Arka bangkit dari duduknya dan memasang sebuah senyuman manis untuk menyambut tamu spesialnya tersebut.
Dia berjalan mendekati Annisa dengan merentangkan tangan untuk menyambut Annisa dengan sebuah pelukan. Mengabaikan ibunya maupun Bella yang sedang menatapnya dengan tajam. Baginya, mereka hanya patung hidup yang tak di anggapnya dan tak berguna. Yang hanya mampu membuatnya susah saja.
"Sayang!! Aku ganggu kalian, ya?" tanya Annisa dengan tatapan bingung. Kemudian dia menoleh melihat sang mertua yang wajahnya memerah seperti menahan amarah. Membuat Annisa yang awalnya ingin makan siang bersama Arka mengurungkan niatnya.
Ketika Annisa hendak berbalik keluar, Arka segera menarik tangan Annisa. Hingga membuat Annisa berbalik dan membentur dada bidang Arka.
"Kamu mau kemana?" tanya Arka. Lalu tangannya segera merangkul pinggang ramping Annisa dan memeluknya erat. Dia mengabaikan keberadaan sang ibu dengan wanita pilihan ibunya yang berada di sofa. Baginya, tiada kebahagiaan selain bersama Annisa. Dan hanya Annisa lah yang membuat emosinya mulai mereda. Meskipun tak menutup kemungkinan dia akan kembali emosi jika sang ibu terus mengusiknya.
Annisa berusaha melepas pelukan Arka, karena merasa tak enak jika berpelukan di depan tamu Arka. Meskipun Annisa mengenal mereka dengan baik, namun tetap saja dia tak mau jika harus mengumbar kemesraan di depan orang lain.
"Tolong lepas, sayang," ucap Annisa dengan manja. Yang malah membuat Nany menatapnya dengan tatapan jijik. Dia sangat kesal karena mereka malah mengumbar kemesraan di depannya.
Annisa mengabaikannya. Dia lebih memilih melepaskan tangan Arka yang masih memeluk erat tubuhnya.
Akan tetapi Arka tetap tak melepaskannya pelukannya pada pinggang Annisa, malah semakin agresif memeluk Annisa dan beberapa kali mendaratkan kecupan di pipi dan bibir Annisa.
"Sayang!!" rengek Annisa yang mulai tak nyaman dengan perbuatan Arka. Annisa tau betapa beringasnya Arka jika sedang ingin melakukannya. Dan Annisa sudah mengendus sesuatu yang akan terjadi jika dia terus bertahan di peluaknnya.
"Kenapa?" tanya Arka dengan suara parau. Matanya pun sayu menginginkan sesuatu. Arka menarik wajah Annisa mendekat, kemudian \*\*\*\*\*\*\* bibir ranum tersebut. Menikmatinya dengan ganas karena bibir Annisa adalah candu baginya.
Annisa berusaha melepaskan dirinya. Tetapi Arka malah menahan tengkuk Annisa dan memperdalam pagutannya.
Nany sendiri menutup matanya berang karena dengan beraninya Arka memperlihatkan adegan tak senonoh pada dirinya yang notabene seorang ibu bagi Arka.
"Arka. Kurang ajar kamu, ya?" maki Nany. Nany murka karena seolah Arka tak menghargai kehadirannya. Dia mengepalkan tangannya erat untuk meredakan emosi di dirinya karena melihat kelakuan Arka.
Arka melepaskan pagutannya, kemudian dia menoleh ke arah Nany dengan tatapan mengejeknya. kemudian Arka menatap Annisa lagi dan mengusap bibirnya yang basah penuh saliva. Dia melemparkan senyum manis ke arah Annisa dan menyuruhnya untuk duduk di sofa.
Arka terengah, mencoba menormalkan kembali oksigen yang berada di dadanya agar lancar kembali. Sebenarnya dia sudah sangat bosan menghadapi sikap sang ibu yang sering keterlaluan dengan Annisa. Sempat juga Arka mengajak Annisa untuk pindah rumah dan kota untuk menghindari sang ibu, namun Annisa selalu menolak dan beralasan jika ibu suatu saat sang ibu akan menerimanya sebagai menantu. Dan alasan itulah yang membuat Arka bertahan hingga sekarang.
"Kamu!!" tunjuk Nany pada Annisa.
Annisa menghentikan langkahnya dan berbalik badan untuk menoleh ke arah mertuanya, "Ganggu saja orang lagi bicara serius. Bisa tidak sih kamu jangan nongol dulu di hadapan kami?" ucap Nany dengan penuh kobaran kebencian dari matanya. Dan Annisa bisa melihat itu. Namun dia bisa apa jika Arka lah yang meminta, dan jika dia menolak pun dia akan berdosa.
"Maaf, Bu. Tapi ini juga permintaan suami Annisa, Mas Arka."
Nany yang merasa kalah, segera menarik tangan Bella untuk keluar dari ruangan Arka dengan rasa geram bukan kepalang. Bisa-bisanya anaknya membiarkan sang menantu membantah ucapannya. Dia juga merutuki dirinya yang diam saja seperti kerbau yang di colok hidungnya ketika melihat Arka dan Annisa bermain bibir di depan matanya.
Arka dan Annisa hanya melihat kekesalan sang ibu. Tanpa berniat mengejar maupun menahan mereka untuk tinggal lebih lama. Bagi Arka, kehadiran Annisa di sampingnya kini sudah sangat membantunya memperbaiki mood yang telah anjlok karena kedatangan ibu dan Bella. Arka bahkan berterima kasih pada sang ibu yang dengan suka rela keluar dari ruangannya. Kalau enggak, dia bisa memanggil security untuk menyeret ibunya dan Bella.
Jangan katakan dia kejam. Seorang anak pun bisa memberontak karena ulah orang tuanya terlebih dahulu terhadap sang anak. Jika mereka baik pada sang anak, sang anak pun akan jauh lebih baik memperlakukan kedua orang tuanya karena didikan sejak kecil .
Annisa menoleh ke arah Arka menangkup kedua pipinya dengan lembut. Tersenyum manis seraya menatap suaminya itu yang masih menampilkan wajah inginnya. Annisa pun serba salah karena saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi keduanya.
"Yank!!"
"Iya???" balas Annisa dengan senyum di wajahnya.
Arka mendekatkan wajahnya ke wajah Annisa. Kemudian berbisik lirik dengan wajah yang memerah. "Pengen!!"
Annisa tertawa. Bisa-bisanya suaminya ingin itu di saat situasi yang tak mendukung seperti ini. Apalagi mertuanya baru saja beradu mulut dengannya. Namun pikiran Arka justru fokus pada pikiran kotornya.
"Sabar!! Jangan di masukin ke hati semua ucapan ibu. Nanti kamu cepet tua lho, Mas. Besok juga ibu bakal luluh dengan sendirinya," hibur Annisa. Mencoba mengalihkan pikiran Arka yang tak jauh dengan masalah ranjang. Annisa tak ingin jika itu akan mengganggu pekerjaan Arka di kantornya.
Arka terkekeh. Dia tau jika Annisa menolaknya dengan halus. Untuk kali ini dia mengalah karena dia tau jika Annisa tak akan nyaman jika di lakukan di ruangannya, tapi tidak untuk kedua kali. Kemudian ia mengecup pipi Annisa berulangkali, meluapkan rasa rindu yang membuncah di dadanya. Sebentar saja dia tak melihat Annisa, membuatnya pikirannya melayang entah kemana.
Arka sangat mencintai Annisa. Tapi ada saja penghalang yang mencoba mengusik kehidupannya. Apalagi musuh terbesarnya adalah Ibunya, wanita yang seharusnya membantunya dalam setiap masalah yang menimpa kehidupan rumah tangganya. Bukannya malah menambah masalahnya.
Dan untuk Melati, Arka sendiri di landa kebingungan. Dalam hatinya dia tak berniat menduakan Annisa. Tapi melihat ibunya yang sering menyakiti Annisa, membuatnya harus memilih jalan terjal itu. Dan meskipun Arka sudah menikahi Melati, namun tetap saja dia tak ingin kehilangan Annisa. Karena Annisa lah dia bertahan sampai sekarang.
Jika Arka dan Annisa yang selalu berdua, berbeda dengan Melati yang harus mencoba bangkit dari rasa terpuruknya setelah kehilangan sang ibu itu seorang diri. Melati masih terlalu berat untuk melepaskan kepergian sang ibu untuk selama-lamanya. Karena Melati merasa jika dia belum mampu membahagiakan sang ibu sampai dia menutup matanya.
Melati ingat betul saat-saat terakhir bersama sang ibu. Sang ibu selalu menasehatinya agar selalu menghormati suaminya kelak dan melarang mengumbar aib suaminya sendiri. Karena seorang istri adalah pakaian bagi suami, dan begitupun sebaliknya.
Sang ibu juga sudah merencanakan sesuatu apabila Melati kelak akan menikah. Dan sebelum sang ibu memberi tahu perihal rencananya, dia sudah terlebih dahulu menghadap sang Khalik. Tentu saja Melati sangat terpukul. Apalagi dia hanya hidup berdua dengan sang ibu.
Ting..
Sebuah pesan di ponselnya. Melati segera bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya. Tangannya meraih ponsel itu dan melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.
"Mas Arka!!" gumamnya. Tanpa sadar bibirnya tertarik membuat senyuman indah di bibirnya. Entah kenapa melihat namanya saja sudah membuat hatinya berbunga. Jantungnya pun bertalu kencang ketika akan membuka pesan dari suaminya tersebut.
("Selamat siang. Apa kamu sudah makan, Mel?")
Melati tersenyum sumringah membaca pesan yang di kirim oleh Arka. Meskipun sederhana, namun mampu membuat semangatnya kembali bangkit.
("Siang juga, Mas. Aku sudah makan, mas. Mas Arka sendiri bagaimana? Apa sudah makan siang?")
Setelah membalas pesan Arka, Melati menaruh ponsel di dadanya. Senyum pun tak luntur dari wajahnya. Setidaknya perhatian Arka membuat asanya kembali bangkit. Dia merasa tak sendirian lagi karena sudah ada Arka yang akan menjadi penopang hidupnya. Suami yang akan menjadi sandaran dalam setiap suka dukanya. Dan untuk sampai kapan? Entahlah, Melati bahkan sudah tak mau memikirkan nasibnya ke depan. Dia hanya ingin menikmati waktunya saat ini bersama suami tampannya.
Tapi rasa senangnya tak bertahan lama, karena Arka tiada membalas pesannya lagi. Sebentar-sebentar Melati melihat ponselnya, takut jika kendala jaringan atau apa karena Arka lama membalas pesannya.
Kecewa? Pastinya. Namun dia hanya bisa diam. Karena dia juga tak ingin terjadi keributan di antara mereka bertiga yang akan membuat semuanya hancur berantakan.
Secantik-cantiknya Melati, masih kalah cantik dengan Annisa. Karena setiap hari yang di peluk oleh Arka hanya Annisa. Dia yang sebagai wanita ke dua, hanya bisa meratapi nasibnya sendiri di kamar berselimut sepi yang melanda hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lina Castano Thekelijie
yg sabar ya mel 😉
2021-10-04
1
Rusmawati
lanjut
2021-09-26
0
Retti Raflin
jadi yang kedua??? sabarnya dibanyakin ya melati
2021-09-26
0