"Pilihanmu hanya satu, Nis. Berpisah atau Arka poligami?"
Kata-kata sang mertua masih terngiang di kepalanya. Seolah dengungan suara itu tak mau hilang dari pikirannya dan terus berputar di sana. Membuat hatinya semakin kalut dan tak karuan. Apalagi Arka sampai sekarang belum juga menghubunginya lagi setelah kepergiannya tadi siang. Makin merana lah Annisa kini karena tiada Arka di sampingnya.
Dia merebahkan tubuhnya di kasur, mencoba mengistirahatkan tubuhnya dan pikirannya dari pengaruh buruk sang mertua. Namun bukannya hilang, tapi ucapan itu makin jelas di pikiran dan hatinya. Membuatnya susah melupakan segalanya. Apalagi perlakuan mertuanya yang tiada perubahan terhadapnya. Masih sama dan masih menganggapnya sebagai menantu kerenya.
Sebenarnya Annisa tak mau di lihat kaya oleh ibu mertunya . Tetapi Annisa hanya ingin di lihat dari kasih sayangnya pada kedua mertuanya itu tulus apa adanya, tanpa ada embel-embel harta di belakangnya.
Dia membayangkan jika Arka dengan sadar menduakannya, apa yang bakal dia lakukan? Sedangkan dia tak bisa memenuhi kodratnya sebagai wanita karena suatu hal. Dan apakah Arka akan meninggalkannya jika Arka mengetahui apa yang di sembunyikan darinya? Semua pertanyaan itulah yang masih menaungi otak Annisa dan menjadi momok tersendiri bagi Annisa.
Dia bingung harus bagaimana sekarang. Melepaskan atau mempertahankan. Jika melepaskan, tentu saja Annisa tak rela melepaskan Arka begitu saja pada wanita yang belum tentu baik untuknya. Namun jika dia bertahan, akan ada banyak guncangan yang di sebabkan ibu mertuanya yang ingin melihatnya berpisah dengan Arka.
Soal poligami, memang itu tak di larang oleh agama. Namun dia secara pribadi menolak perbuatan yang bisa menggores luka di hati setiap wanita. Wanita mana yang rela di duakan cintanya oleh suaminya jika wanita itu mampu memberikan segalanya.
Namun kembali lagi pada kekurangannya saat ini. Jika dia melarang Arka poligami, itu tandanya dia menjadi wanita egois karena hanya memikirkan perasaannya saja tanpa memikirkan perasaan Arka yang sudah mengharapkan keturunan darinya.
Annisa lelah harus perang batin sendirian. Kemudian dia meraih ponselnya. Memandangi poto mereka berdua ketika liburan bersama di daerah puncak. Tertawa dan menikmati waktunya berdua dengan suka cita. Namun sekarang jarang di lakukan lagi sejak kesibukan Arka yang tiada habisnya. Apalagi Arka sering meninggalaknnya ke Bandung untuk urusan pekerjaan.
Dalam hati kecilnya dia membenarkan apa yang di katakan ibu mertuanya. Dia juga ingin Arka bahagia dengan mempunyai anak dari hasil benihnya. Namun apakah dia bisa? Atau dia harus merelakan Arka menikah lagi dan menghasilkan bayi dari benihnya sendiri. Lalu bagaimana perasaan Arka kala dia mengetahui semuanya. Apakah dia akan bertahan? atau kah dia akan pergi jauh dan meninggalakan Arka bahagia dengan wanita keduanya?
"Aaaakh!!' teriak Annisa frustasi memikirkan ini semua. Dia hanya berharap ini akan berlalu dengan cepat, dan dia juga berharap akan menemukan kebahagiaannya sendiri meskipun tak bersama Arka kelak.
***
Sedangkan di lain tempat, Melati masih murung memikirkan sang ibu. Dia duduk sendiri di taman belakang dengan pandangan kosong. Dia teringat kembali pada wasiat sang ibu untuk menghormati yang akan menjadi suaminya kelak. Apakah dia bisa menghormati Arka yang tiada kelembutan jika menyentuhnya? Yang tiada kasih sayang saat memperlakukannya sebagai istrinya? Hah, bahkan Melati tak merasakan apapun ketika Arka menyentuhnya.
Arka yang melihat Melati merenung hanya menatapnya dari balik jendela kamarnya. Tiada niatan untuk mendekati atau hanya sekedar menghibur Melati yang sedang berkabung penuh duka. Karena dia belum siap membuka hatinya untuk menerima Melati sebagai istrinya.
Meskipun dia sedang bersama Melati, namun pikirannya masih tertuju pada Annisa yang di tinggalkannya. Dia takut jika penyakit Annisa kambuh lagi dan tiada orang yang menungguinya. Dan jika dia meninggalkan Melati sendiri, dia takut jika Melati akan bunuh diri dan menyusul mertuanya ke alam keabadian.
Dilema di rasakan Arka kini. Dia tak bisa berpikir positif dan memilih antara Annisa dan Melati. Karena keduanya juga mempunyai porsi masing-masing sebagai isterinya.
Kemudian dia beranjak menjauh dari jendela. Menjatuhkan tubuhnya dan berbaring di sofa. Mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang sedari tadi malam belum menutup matanya walau hanya sejenak.
Dia menutup matanya dengan lengannya, menghalau cahaya yang menerobos masuk ke dalam matanya. Perlahan dia mulai jatuh ke alam mimpinya yang membuainya dan terlelap dalam tidur nyamannya.
Dengkuran halus mulai terdengar beberapa menit kemudian. Menandakan jika Arka sudah masuk ke alam mimpi dan damai di sana.
Melati yang sudah merasakan dingin di sekujur tubuhnya, memutuskan untuk segera masuk ke dalam. Sebelum beranjak ke kamar, dia melangkah ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil air minum untuknya sendiri.
Namun niat itu di urungkan ketika mengingat dia tak lagi sendiri dan kemudian mengisi teko berisi air putih dan mengambil gelas dua buah.
"Siapa tau nanti malam mas Arka kehausan dan minta minum," pikir Melati.
Lalu ia melangkah ke kamar utama yang menjadi kamar mereka berdua. Ada rasa takut ketika dia mulai masuk ke dalam kamarnya. Takut jika Arka akan bebuat kasar kembali kepadanya dalam melampiaskan hasratnya.
Jika boleh jujur, sesungguhnya Melati sudah menaruh hati pada Arka sejak pada pandangan pertama. Namun sikapnya yang kasar dan arogan, kadang membuat rasa benci di hati Melati muncul. Namun itu tak lama, karena dia sadar jika dia sekarang istrinya Arka walau hanya di mata Agama.
Dan untuk status selanjutnya, Melati tak berharap lebih. Karena sejak awal Melati hanya perlu mengandung dan melahirkan keturunan untuk Arka. Itu sudah sesuai dengan perjanjian mereka. Dan apapun yang terjadi, dia akan memilih pergi dan akan mengalah pada istri pertama Azka. Karena dia juga tak akan rela membagi cintanya dengan wanita lainnya.
Dengan perlahan Melati melangkah ke arah ranjang besarnya, lalu segera menaruh nampan di nakas sebelah kasurnya.
Melati menelisik, karena tak melihat Arka berada di kamarnya. Ketika dia berbalik hendak menutup pintu, dia tersentak kaget ketika melihat Arka yang sudah tertidur di sofa kamar mereka.
Melati meraih selimut yang ada di ranjangnya. Lalu segera melangkah ke arah Arka berniat untuk menyelimuti Arka. Dengan perlahan Melati menyelimuti Arka agar tak kedinginan.
Setelah menyelimuti Arka, Melati berniat untuk menjauh dan kembali ke ranjang. Namun belum juga dia melangkahkan kakinya, tangannya terasa di tarik seseorang. Melati menoleh, ternyata tangan Arka yang sedang menahan tangannya.
Melati memutar tubuhnya lalu tersenyum. "Maaf, Melati ganggu mas Arka, ya?" tanya Melati lembut
Arka diam menatap Melati, kemudian segera bangkit. Namun sama sekali tak melepas pegangan tangan di tangan Melati. Kemudian Arka menarik tangan Melati agar duduk di sampingnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Arka.
Melati terheran dengan sikap Arka saat ini. Dia ingin menjawab namun bibirnya seolah kelu. Melati hanya mengeleng sebagai jawaban.
"Kamu sudah makan?"
Makin dalam kening Melati berkerut. Takut jika Arka tiba-tiba sakit dan membuatnya susah karena hari sudah malam. Apalagi dia hanya berdua dengan Arka saat ini.
"Apa kamu sakit, Mas?" tanya Melati. Tangannya terulur dan tanpa sadar memegang kening Arka. "Dingin, kog." lanjutnya.
Arka meraih tangan Melati dan menggenggamnya. Kemudian Arka mengecup punggung Melati dengan amat sangat lembut. Membuat Melati terenyuh di buatnya.
"Mas Arka."
"Ya!!" Arka mendongak lalu menatap Melati. "Kenapa?"
Melati menggeleng seraya tersenyum. Dia terlalu bahagia di perlakukan oleh Arka sedemikian rupa. Hingga akhirnya dia bisa sedikit melupakan dukanya.
Arka ikut tersenyum dan menatap Melati dengan lekat. Keduanya saling menatap. Hingga tak sadar jika wajah Arka semakin mendekat ke wajah Melati. Ketika jaraknya hanya tinggal sesenti, Melati refleks menutup matanya cepat.
Cup..
Arka mengecup bibir Melati lembut. Hanya mengecup, tak lebih. Lalu perlahan Melati membuka mata ketika di rasa wajah Arka sudah menjuah dari wajahnya.
Wajahnya memanas seketika kala ketika dia membuka mata, Arka masih menatapnya dengan senyum di bibirnya. Makin lumerlah hati Melati melihat senyuman Arka yang menjadikan dia tampan mempesona. Ketampanannya pun bertambah kali lipat ketika Arka tersenyum seperti itu.
Arka menangkup kedua pipi Melati dengan wajah sayunya. Dia tersenyum manis dan menatap Melati, "I love you, Annisa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lina Castano Thekelijie
kasian melati sdh terlanjur meleleh... dan yg di sebut ternyata anisa 😣😣😣
2021-09-23
1
Afdy
ko Annisa
2021-09-21
0
Tina Dahliana
hu ha hu ha .... pada siapakah nantinya hati arka berlabuh... makin peneasaran 🤔
semangat up nya thor
2021-09-21
0