Setelah kepulangan Ibu mertuanya, Annisa kembali merenung. Jalan apakah yang akan dia tempuh untuk mempertahankan hubungannya dengan Arka tanpa kehilangan dia. Jika di telisik lebih dalam, tiada kesalahan yang terucap dari bibir mertuanya itu jika di lihat dari sudut pandang ketika menjadi orang tua.
Namun jika di lihat dari sudut pandangnya, tentu mertuanya juga salah karena menghakimi Annisa seperti itu. Annisa hanya ingin di kuatkan dan di sayang oleh mertuanya. Bersama-sama dalam mencari jalan keluar untuk masalah keluarganya. Dan bukan dengan cara seperti ini. Karena ini sama saja dengan membunuh Annisa dengan perlahan karena tekanan batin dari sang mertua.
Tapi itu kembali lagi pada diri masing-masing. Mungkin inilah akibatnya jika sang mertua yang tidak menyukai menantunya. Meskipun sudah berbagai cara Annisa berusaha, tapi tetap saja mertuanya tak pernah melihat keberadaannya.
Annisa menghela nafas berat ketika menatap amplop putih yang tercantum nama sebuah rumah sakit di pusat kota. Dia menatapnya lekat, tak berniat membuka ataupun membacanya. Karena dia tau hasilnya akan seperti apa ketika melihat dari raut wajah Soraya yang nampak muram saat memberikan amplop itu.
Sebelum itu terjadi, dia hanya ingin mencarikan wanita yang baik bagi sang suami. Karena sebagai istri yang baik, dia pun tak akan rela jika Arka akan mendapatkan wanita yang salah. Dia akan lebih tenang membagi cintanya dengan wanita yang di anggapnya baik dan solehah. Jika ada, tentu saja dia ingin mencarikan wanita yang menutup auratnya. Bersikap baik dan sopan itu juga sudah menjadi nilai plus untuk kriteria madunya.
Tapi Annisa masih bimbang. Hatinya belum kuat dan tegar bagaikan batu karang jika mencarikan istri kedua untuk suaminya. Hatinya belum ikhlas meskipun sudah ada niatan di hatinya untuk itu. Tapi jika begini terus keadaannya, Annisa tak tau akan seperti apa kedepannya.
Ting..
Suara ponselnya berdenting. Kemudian dia meraih ponsel dan melihat ada sebuah pesan masuk. "Soraya." gumam Annisa. Kemudian dia segera membuka pesan itu.
\["Nis, besok jangan lupa kontrol, ok. Nanti pasti aku temenin kog. Kamu tinggal japri aja, nanti aku jemput sekalian berangkat ke rumah sakit.\]
Annisa tersenyum membaca pesan dari sahabatnya ini. Bisa di katakan dia bersahabat dengan Soraya dari jaman beheula. Jaman di mana mereka masih berusaha meraih cita-cita dan asa bagi masa depan mereka.
\["Iya, makasih ya tayangku atas perhatianmu. Makin cinta deh aku sama kamu.\] Tak lupa Annisa pun menyelipkan emoticon mencium untuk sahabatnya tersebut.
\["Maaf, aku masih doyan laki, Nis. Jadi aku harap gombalanmu kamu simpan saja untuk Arka.\]
Annisa sontak tergelak dengan balasan Soraya. Membuatnya sejenak lupa akan masalah yang menghimpit dadanya. Masalah yang belum punya jalan keluarnya untuk dirinya dan Arka.
\*\*\*
Sedangkan Arka sendiri mencoba memberi perhatian pada Melati melalui pesan singkatnya. Dia juga merasa khawatir dengan Melati yang tinggal sendiri di rumah. Karena Melati juga menjadi tanggung jawabnya saat ini selain Annisa. Jika saja dia tak membutuhkan anak dari benihnya sendiri. Dia juga tak akan mau bersusah payah mencari istri kedua. Bukan perkara \*\*\*\*\*, tapi ada hal lain yang dia lakukan demi keutuhan rumah tangganya dengan Annisa.
Arka merasa kasihan pada Annisa yang setiap saat mendapat teror dari ibunya yang mengharuskan dia memberikan cucu. Arka sudah berulangkali mencoba memberi pengertian pada sang ibu, namun tetap saja sang ibu masih kekeh dengan keinginannya. Karena usianya yang tak lagi muda, dan alasan itu lah yang selalu di lontarkan sang ibu agar membuatnya luluh.
Sedangkan sang Ayah sendiri tak banyak berkomentar. Ayahnya juga sudah memberi pengertian pada istrinya tentang Anak yang tak bisa di minta begitu saja. Tapi sang Ibu tak mendengarnya dan berusaha cuek pada teguran mereka.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu membuat lamunan Arka buyar. Kemudian dia merubah mimik wajahnya menjadi dingin dan berwibawa untuk menyambut tamunya tersebut.
Arka sedikit terkejut ketika melihat ibunya yang menjadi tamunya. Karena tak biasanya sang ibu datang ke kantornya. Arka berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya dengan menampakkan wajah datarnya.
"Selamat siang Arka, sayang. Ibu bawa sesuatu untukmu." ucap Nany dengan semburat wajah bahagia dan melangkah mendekati Arka.
Namun Arka sedikit curiga ketika melihat sang ibu ternyata tak membawa apa-apa di tangannya.
"Tumben ibu kesini. Ada apa?" tanya Arka datar. Menatap sang ibu penuh selidik.
"Eh, ibunya datang berkunjung kog seperti tak suka begitu. Niat ibu baik lho, Arka." tampik Nany. Berusaha membuatnya suasana kembali mencair. Karena Nany sadar ekspresi Arka yang tak suka akan kedatangannya.
"Niat baik apa? Lalu apa yang ibu bawa?" tanya Arka langsung. Karena dia tak ingin membuang waktunya lebih lama hanya untuk meladeni sang ibu.
"Tunggu sebentar." Kemudian Nany melangkah keluar dari ruangan Arka sebentar, lalu masuk kembali dengan menggandeng tangan Bella dan menariknya masuk ke ruangan Arka.
Bella menunduk. Karena malu menatap wajah Arka. Karena ketampanan Arka sangat di luar ekspektasinya. Dan membuatnya gugup bukan main. Apalagi tatapan tajam Arka seolah menghunus jantungnya dan membuatnya berhenti bernafas untuk sesaat.
Nany membawa Bella mendekat ke meja Arka. Tersenyum senang tanpa melihat rahang Arka yang sudah mengeras menahan amarah.
Arka mengepalkan tangannya erat. Karena tak menyangka jika sang ibu akan bertindak demikian demi mendapatkan cucu darinya. Sungguh, jika Nany bukan ibu kandungnya, mungkin dia akan mengusir dan menyeretnya keluar dari kantornya sekarang juga.
Arka tersinggung, karena secara tidak langsung ibunya menghina dirinya tak mampu mencari istri baru sehingga harus membawa seorang wanita kehadapan nya. Bukannya berterima kasih, namun Arka malah semakin membenci ibunya tersebut. Karena ibunya juga sudah berkali-kali membuat Annisa menangis. Jangan bilang dia tak tau, dia tau segalanya apa yang di katakan ibunya pada Annisa.
"Arka, ini Bella. Wanita yang akan menjadi istri keduamu. Bagaimana, cantikkan? Dia pasti akan menjadi istri yang baik untukmu dan anakmu kelak."
Arka tersenyum sinis mendengar kalimat sang ibu. Dia tak habis pikir, kenapa ibunya sampai repot-repot mencarikan wanita untuknya hanya untuk mendapatkan seorang cucu darinya.
"Kenapa ibu sampai bersusah payah seperti ini?"
"Karena ibu sudah tak sabar menimang bayi, Arka. Harusnya kamu tau itu."
Arka tersenyum mengejek. "Jika ibu menginginkan bayi, kenapa Bella tak ibu berikan saja pada Ayah, kenapa harus Arka."
"Arka. Jangan kurang ajar kamu ya jadi anak. Ibu tak mungkin membiarkan Ayahmu membagi cintanya pada wanita lain. Ibu tak akan rela untuk itu." hardik Nany pada Anaknya. Nafasnya memburu menahan amarah karena ucapan Arka yang melukainya.
Sedangkan Arka sendiri nampak santai duduk di kursi kebesarannya. Dia melipat kaki dan memainkan pulpen di jarinya dengan menatap sang ibu dengan sinis.
"Lalu? Jika ibu tak ingin membagi cinta dengan wanita lain, lalu apa kabar dengan Annisa yang selalu ibu suruh mengalah demi mendapatkan cucu untukmu. Jika ibu tak sabar, ibu bisa memberikan Bella pada Ayah. Arka yakin jika Ayah masih produktif untuk membuat keturunan lagi. Bahkan lebih cepat dari yang ibu bayangkan." Ejek Arka. Sengaja memancing emosi sang ibu.
Brakk..
"Jaga bicaramu Arka. Aku ibumu!! Jadi kamu tak pantas berbicara seperti itu." murka Nany seraya menunjuk wajah Arka. Dia sungguh tak terima atas sikap anaknya tersebut. Dia sampai menggebrak meja untuk meluapkan emosinya pada Arka yang keterlaluan.
Sedangkan Arka sendiri menatapnya dengan senyum mengejek. Tanpa mau meladeni ucapan sang ibu yang bisa memancing sifat setannya keluar dari dalam tubuhnya. Dia hanya perlu santai dan memainkan emosi sang ibu agar sang ibu bisa keluar dari kantornya tanpa Arka susah payah menyeretnya keluar.
"Kamu\_\_\_" ucapan Nany terhenti ketika ada seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Senja
author orang sunda ya...salam kenal thor
2023-05-02
0
Lina Castano Thekelijie
good job arka ✌🤭🤭
2021-10-04
0
Retti Raflin
bagaimanapun sifat orangtua mu tak sepantasnya kamu berkata begitu arka, apalagi pada ibu kandungmu, hormati mereka wmdan hargai mereka.
2021-09-26
0