Suara bell terdengar kembali tak lama kemudian. Ketika dia baru saja menutup pintu untuk Arka yang berangkat kerja. Dan sekarang entah tamu siapa lagi yang datang di pagi seperti ini.
Annisa meletakkan piring kotor di wastafel terlebih dahulu. Kemudian baru bergegas melangkah ke arah pintu untuk membuka pintu. Senyum yang di ulas untuk menyambut sang tamu luntur seketika ketika pintu terbuka. Hatinya kembali gundah melihat tamunya yang bertandang di pagi ini.
"Selamat pagi, Annisa." ucap sang mertua yang nampak manis itu. Namun di balik sikapnya yang manis, wanita itu mengandung racun yang mematikan. Dia sadar jika mertuanya saat ini mempunyai tujuan tertentu. Namun Annisa belum tau pasti itu apa.
"Selamat pagi juga, Bu." Annisa berusaha ramah pada ibu mertuanya. Kemudian meraih tangan Nany dan mengecup punggung tangannya.
"Mari. Silahkan masuk, Bu." Annisa kemudian membuka pintunya dengan lebar. Agar sang mertua bisa leluasa masuk ke dalam rumahnya.
Tapi ada yang aneh pagi ini. Sang Ibu mertua datang dengan seorang wanita muda dan cantik. Dengan rambut panjang bergelombang berwarna coklat. Wajah yang cantik dan masih kencang. Jika di lihat, wanita itu berusia sekitar dua puluh dua tahun. Dan jika di lihat dengan seksama, wanita itu bukanlah kerabat dari keluarga Arka. Karena Annisa mengenal semua keluarga Arka.
Wanita bergaun pink itu pun mengikuti langkah mertuanya masuk ke dalam, tanpa menyapa ataupun tersenyum padanya. Sungguh tamu yang tak bertata krama, kesal Annisa dalam hati. Namun dia masih menyambut tamunya itu dengan sopan. Dia juga masih penasaran, siapa dan mau apa wanita itu datang kemari dengan sang ibu.
"Arka kemana, Nis?" tanya Nany seraya melangkah menuju ke sofa dengan gaya anggun namun angkuh di mata Annisa.
"Kebetulan mas Arka sudah berangkat bekerja, Bu. Barusan saja," terang Annisa.
Mereka pun duduk di sofa namun di tempat terpisah. Annisa melihat wanita itu duduk berdekatan dengan Ibu mertuanya. Namun, dia lebih memilih menjauh karena rasa tak nyaman jika berdekatan dengan mertuanya. Dan adakah rasa iri ketika melihat wanita lain lebih dekat dengan mertuanya, dan jawabannya adalah iya. Karena menantu mana yang tak ingin di sayang oleh ibu mertuanya di dunia ini. Karena itu menurutnya adalah keberuntungan yang hakiki. Yang tak semua di dapatkan wanita di dunia ini.
"Arka kog sepertinya tak betah ya di rumah? Baru pulang kemarin, masa sekarang sudah kerja lagi. Kayaknya ada yang salah deh sama kalian berdua." tanya Nany penuh selidik.
Annisa yang berniat membuatkan minuman pun mengurungkan niatnya, demi mendengar setiap kalimat yang di ucapkan mertuanya tersebut. Entah kalimat apa lagi yang akan di ucapkan mertuanya tersebut.
Annisa menatap penuh tanya. "Maksud Ibu apa? Kami baik-baik saja selama ini." jawab Annisa yang mulai terpancing emosi.
"Iya, itu menurut kamu. Tapi menurut Arka tidak begitu. Jika kalian baik-baik saja, pasti Arka betah di rumah. Masa pekerjaannya lebih penting daripada istrinya. Kan lucu?" pancing Nany tak menyerah. Seolah membuat Annisa marah adalah tujuan utamanya.
Annisa tersenyum remeh mendengar ucapan sang Ibu mertua. "Jika mas Arka tak bekerja, kami mau makan apa, Bu? Sedangkan yang mencari uang hanya mas Arka di sini. Karena mas Arka juga melarang Annisa bekerja setelah menikah, agar lebih fokus pada keluarga. Lalu apa ada yang salah dalam hal ini, Bu?" jawab Annisa dengan berusaha tenang. Meskipun dalam hati ingin sekali memaki atau berteriak kencang pada ibu mertuanya ini.
"Pantes kalau begitu. Kasihan Arka bela-belain mencari uang tapi istrinya tak bisa menghasilkan keturunan. Kasihan sekali hidupnya," cibir Nany dengan tatapan tak suka pada Annisa. Dia seolah tersenyum puas melihat wajah Annisa yang berubah pias.
Deg..
Annisa mencengkeram gamisnya erat. Mencoba menahan amarah yang ingin meluap di dadanya. Dia ingin marah, namun dia masih melihat jika wanita parubaya di depannya saat ini adalah orang tuanya juga. Yang harus dia hormati meskipun mertuanya bertindak sebaliknya pada dirinya.
Kemudian Nany menoleh, menatap Wanita yang berada di sampingnya dengan senyum mengembang di bibirnya, membelai rambut panjangnya seraya berkata. " Jika kamu mengizinkan, dia lah yang akan menjadi pengganti dirimu, Annisa."
Duaar!!
Bagai tersambar petir rasanya dia mendengar ucapan mertuanya. Sungguh tega Nany menyakiti hatinya lagi. Air mata mulai merebak di matanya, namun dengan sekuat tenaga dia menahannya agar tak terlihat rapuh di depan mertuanya. Dia tak ingin kembali di tindas dengan tindakan mertuanya yang seolah ingin menyingkirkan dirinya dari kehidupan Arka.
Nany yang melihat Annisa yang hanya diam, mencoba kembali membakar amarahnya. Seolah dia belum puas jika belum melihat Annisa yang berpisah dengan Annisa.
"Oh, jika kamu tak rela, kamu bisa berbagi suami dengan Bella. Iyakan Bella, sayang?"
Annisa melirik Bella yang terlihat terpaksa menganggukkan kepalanya. Dia tersenyum hambar melihatnya. Jaman sekarang mana ada wanita yang ingin berbagi cinta dengan perempuan lain. Yang ada mereka akan berlomba memperebutkan suaminya dengan berbagai cara kotor demi bisa menjadi nomor satu.
Dan bukan wanita modelan seperti Bella yang dia inginkan menjadi madunya.
"Lalu, apakah Ibu juga akan berbagi suami dengan wanita lain, jika ibu tak bisa memberikan keturunan untuk Ayah?"
Nany sontak berdiri dan menatap horor pada Annisa. "Jangan lancang kamu, Nisa. Kamu jangan lupa jika kamu hanya wanita rendahan yang di pungut oleh Arka. Dan kamu jangan lupa jika kamu juga sudah menikmati kekayaan keluarga kami. Jika bukan Arka, saya yakin tak akan ada orang yang akan menikahi wanita rendahan seperti kamu." hardik Nany dengan menunjuk Anisa geram.
Nafas Nany memburu. Karena dengan mudahnya Annisa membalik setiap perkataan yang meluncur dari bibirnya.
Annisa tanpa takut membalas tatapan sang mertua. Seolah dia di beri kekuatan untuk membalas semua perkataan pedas Ibu mertuanya tersebut.
"Saya tak lupa siapa saya, Bu. Dan saya juga dari awal sudah berusaha menolak mas Arka. Tapi mas Arka yang menginginkan saya dan tak hentinya membujuk saya agar menerima pinangannya. Dan yang lebih penting, Ayah sudah merestui saya menjadi menantunya. Bahkan Ayah sendiri yang meminta saya untuk selalu menjaga mas Arka. Jadi bukan salah saya jika saya bertahan sampai sejauh ini untuk mempertahankan pernikahan saya dan mas Arka."
Annisa berucap dengan tegas dan tenang. Tak terlihat wajah takut atau gugup di wajahnya. Yang ada hanya keberanian untuk melawan demi mempertahankan rumah tangganya dari godaan pelakor semacam Bella.
Nany menatap Annisa dengan tatapan marah. Ingin mengumpat pun tak bisa. Karena dia juga harus menjaga wibawanya di depan Bella. Karena Nany tak ingin Bella berubah pikiran karena melihat kemarahannya.
Nany menoleh ke samping, "Ayo, Bella kita pulang. Percuma kita di sini. Hanya membuang waktu saja berdebat dengan wanita rendahan seperti Annisa." ketus Nany. Terlihat sekali jika wajahnya menahan kesal dan marah atas balasan yang Annisa lontarkan barusan.
Nany segera menarik tangan Bella untuk keluar dari rumah Annisa. Bibirnya juga tak hentinya mendumal mencaci Annisa.
Annisa hanya melihatnya tanpa mau membujuk untuk tetap tinggal. Ada senyum yang terbit di bibirnya. Senyuman karena perasaan lega ketika dia bisa mengungkapkan apa yang selama ini di pikirannya. Jika saja Ibu mertuanya tak membawa Bella, mungkin beda lagi ceritanya. Mungkin Annisa akan tetap diam karena tiada keberanian jika di sindir oleh mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lina Castano Thekelijie
ngeri ngeri sedap eh mama mertua anisa 😁😁
2021-10-04
1
herdaize
pedes-pedas sedap ya ibu Nany lisan nya 😀😀😀
2021-09-24
0
Sri Nurviyanti Yanti
lanjut
2021-09-24
0