Bel berbunyi lagi, seolah sang tamu sudah tak sabar ingin segera di bukakan pintu.
"Iya, sebentar!!" seru Annisa.
Kemudian Annisa membuka kuncinya dan menarik pintu itu hingga terlihat siapa yang bertamu di sorenya ini.
Tubuh Annisa menegang ketika melihat tamu spesialnnya. Tamu yang sangat tak di harapkan kedatangannya untuk memperumit keadaannya yang sedang berjuang untuk kesembuhan.
Meskipun sang tamu tampak tersenyum cerah menatapnya, namun Annisa merasa jika wanita di hadapannya ini ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.
"Ibu!!"
Wanita paruh baya itu tersenyum, lalu menyapa Annisa dengan tak kalah ramahnya sehingga membuat Annisa merinding di buatnya. "Assalamualaikum, Annisa. Bagaimana kabarmu, Nak??"
"Wa_waalaikumsalam, Ibu."
Annisa tetap mematung, tangannya menggenggam erat pada handel pintu yang sedari tadi di pegangnya. Sehingga dia lupa mempersilahkan mertuanya itu masuk ke dalam rumahnya. Dia terlalu shock menerima kedatangan sang mertua yang tiba-tiba tanpa kabar sebelumnya. Padahal, dulu sang mertua sangat jarang berkunjung ke rumahnya jika tak ada hal penting yang ingin di sampaikan. Dan dia yakin, akan ada berita besar yang akan di terimanya jika sang mertua sedang berkunjung seperti ini.
"Nis, apa kamu tak mempersilahkan ibu masuk ke rumahmu?" tanya wanita yang masih berdiri di ambang pintu sambil membawa makanan di tangan kanannya.
Annisa terkesiap. "Ma_maaf, Bu. Annisa lalai." Lalu dengan segera Annisa membuka lebar pintunya dan mempersilahkan mertuanya masuk ke dalam rumahnya.
Wanita paru baya yang bernama Nany Wijaya itu melangkah masuk dengan angkuhnya ke dalam rumah menantunya. Netranya menatap sekeliling rumah mewah itu dengan seksama tanpa membuka suaranya.
Meskipun tampak mewah dan rapi, namun tetap saja dia tak sudi berada di rumah menantunya ini jika saja sang anak tak berada di sini. Ya, Arka adalah anak semata wayangnya yang menikah dengan Annisa, wanita yang tak di sukainya karena berasal dari keluarga kalangan bawah
Dari dulu Nany telah menolak Annisa untuk menjadi istri Arka. Namun Arka mengabaikan sang ibu dan lebih memilih Annisa menjadi pendamping hidupnya di bandingkan dengan wanita pilihan ibunya yang akan di jodohkan dengannya waktu itu.
Arka bahkan rela di coret dari keluarga Wijaya demi bisa menikahi Annisa. Namun Ayahnya tak segila ibunya. Sang Ayah merestuinya bahkan menerima Annisa dengan tangan terbuka sebagai menantunya karena kebaikan Annisa yang membuat Arka berubah menjadi lebih baik. Karena sebelum mengenal Annisa, Arka hanya bisa mabuk setelah bekerja di kantor. Dan itulah pekerjaannya setiap hari sebelum bertemu Annisa.
Dulu Annisa adalah pegawai di kantor Arka. Dan atas kelembutan Annisa lah lambat laun Arka mulai berubah menjadi pria yang lebih baik. Dan akhirnya sang Ayah merestuinya asalkan Arka bisa menjadi pria lebih baik. Meskipun Barata Wijaya harus perang mulut setiap saat dengan Nani Wijaya demi sang anak, Arka Barata Wijaya.
"Silahkan duduk, bu." ucap Annisa.
Sebelum duduk, Nani mengusap sofa yang akan di dudukinya, dan itu tak luput dari perhatian Annisa. Annisa menunduk malu melihat sikap mertua yang tak ada perubahannya ketika berkunjung di rumahnya. Padahal dia sudah berusaha menjadi menantu yang baik selama lima tahun terakhir.
Setelah di rasa bersih, Nani segera duduk dengan nyaman. Netranya masih menatap kesana kemari sehingga membuat Annisa tak nyaman sendiri. Seolah sang mertua sedang mencari kesalahannya dirinya.
"Mau minum apa, bu?"
"Teh, tapi jangan terlalu manis. Kamu mengerti?"
Annisa mengangguk, lalu segera melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman untuk sang mertua.
Setelah selesai, Annisa segera membawanya ke depan dan menyajikan untuk mertuanya.
Kemudian Annisa duduk di depan mertuanya dengan perasaan cemas. Entah apa lagi yang akan di katakan wanita itu kepadanya. Wanita yang sangat suka membuatnya stres karena ucapannya yang bagai belati tajam yang menghunus jantung dan hatinya.
Sebenarnya Annisa ingin menyerah sejak awal pernikahan karena sikap ibu mertua yang semena-mena kepadanya. Namun Arka selalu meyakinkan untuk bertahan dan mengajaknya menjauh dari orang tua Arka untuk melindunginya. Namun sang ibu terus saja mengejar Arka dan menjelekkan dirinya di depan Arka sehingga membuat Arka berang. Perang mulut tak terelakkan saat itu, hingga Arka mengancam sang ibu akan meninggalkannya di masa tuanya jika masih menganggu rumah tangganya dengan Annisa. Dan itu ampuh dan bisa membuat sang ibu mertua menjauh.
Namun itu tak lama, sang ibu mertua kembali lagi dengan berbagai cara di lakukan untuk memisahkan Arka dan Annisa. Namun karena kuatnya rasa cinta di antara mereka, sehingga mereka tetap bisa bertahan hingga sekarang.
Nany segera menyeruput teh itu penuh dengan perasaan. Lalu menaruhnya kembali seraya beberapa kali melirik Annisa yang menundukkan kepalanya.
Lalu dia menoleh ke segala arah, seperti sedang mencari seseorang yang ingin di jumpainya.
"Katanya Arka pulang, dimana dia sekarang, Nis?" tanya Nany pada Annisa.
Annisa mendongak, "Tadi siang ada panggilan dari rekan kerjanya, Bu. Sehingga dia kembali ke bandung untuk menyelesaikan pekerjaannya."
Nany tersenyum penuh arti. Kemudian menatap sang menantu dengan pandangan yang sulit di artikan. Seolah ada sesuatu yang ingin di ungkapkan sekarang.
"Kamu tak berpikir jika itu hanya sebuah alasan, Nis? Bisa saja Arka hanya berusaha menjauhimu karena sudah terlalu lelah hidup dengamu."
Deg
Annisa langsung menatap sang mertua yang sedang tersenyum menatapnya. Seolah ada rasa kasihan, namun lebih banyak menertawakannya karena Arka sering meninggalkannya sendirian.
"Maksud, ibu?"
"Kamu jangan sok tak mengerti, Nis. Arka pria yang menginginkan keturunan. Jika saja kamu bisa hamil dan punya anak, maka Arka akan betah di rumah dan tak akan mementingkan pekerjaannya di bandingkan keluarganya." cibir Nany.
Annisa diam seribu bahasa. Ingin membalas perkataan pedas mertuanya namun dia tak sanggup. Dia tak mungkin menceritakan segalanya pada mertuanya itu, yang ada mungkin dia akan di tertawakan habis-habisan.
"Mungkin belum rejekinya kita mendapatkan momongan, Bu. Mas Arka juga tak membahas ini sebelumnya." balas Annisa. Dia berusaha tetap tenang untuk menghadapi ibu mertuanya ini. Dia yakin suatu saat ibu mertuanya ini akan luluh dan berbalik menyayanginya sebagai anak kandungnya sendiri.
"Tapi apakah kamu tak berpikir untuk menghadirkan bayi di tengah keluarga kalian? Saya sebagai ibu Arka juga sudah merindukan suara tangisan bayi di keluarga saya, Annisa." cecar Nany pada Annisa.
"Tapi kita sudah berusaha, Bu. Tapi jika Tuhan belum menghendaki, kita bisa apa? Kita juga tak hentinya berusaha dan berdoa agar dengan segera di titipkan seorang bayi pada rahim Nisa. Tapi mungkin belum rejeki kita, Bu." bela Annisa. Suaranya terdengar bergetar karena tertekan atas tuntutan mertuanya yang belum tentu bisa dia berikan.
"Atau jangan-jangan kamu mandul, Annisa?"
Duar..
Hati Annisa sakit bukan main saat sang mertua melontarkan kata mandul padanya. Tubuhnya lemas seketika mendengar tuduhan yang di lontarkan padanya, meskipun itu belum terbukti kebenarannya. Akan tetapi dia takut jika itu terjadi dan Arka akan meninggalkannya.
Annisa membayangkan saja sudah membuat sakit tak tertahankan, apalagi harus mengalaminya dalam kehidupan nyata. Dia belum siap jika itu menimpanya kelak, meskipun dia sudah mulai belajar mengiklhkaskan apa yang terjadi dengan dirinya kini.
Nany menghela nafas panjang, lalu dengan tanpa merasa bersalah. Kemudian dia mengajukan pertanyaan yang membuat dunia Annisa runtuh seketika.
"Kamu pilih salah satu, Nis. Berpisah atau Arka poligami?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
cahaya
adil dh tu.... Anisah dicerca mertua... Madunya dicerca lakinya... keturunan bermulut jahat ya gitu....
2023-03-08
1
Lina Castano Thekelijie
bukan main pertanyaan bu?? 😠😠
2021-09-23
0
Wiwin Katapang
next
2021-09-21
0