Melati terbangun ketika matahari mulai merangkak naik. Dia tak ingat menutup matanya jam berapa, yang dia ingat hanya dia menutup matanya kala rasa kantuk yang mendera. Tubuh dan hatinya lelah karena mendengar cacian dari suaminya, hingga membuatnya menangis semalaman dan mengabaikan rasa laparnya.
Dia segera beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Melati tersenyum nanar ketika melihat bayangan dirinya di cermin yang nampak mengenaskan. Matanya yang bengkak hampir menutup matanya, hidungnya pun masih memerah akibat semalam menangis. Entah bagaimana dia harus menghadapi segala pertanyaan yang akan menanyakan keadaannya nanti setelah sampai di tempat kerja.
Setelah mandi dan berpakaian, dia memoles sedikit bedak pada wajahnya agar tak terlalu pucat di pandang. Setelah semua selesai, dia segera keluar dari kamarnya.
Dia memutar handel pintu dan membukanya, namun dia berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Mencari sosok yang sudah membuatnya menangis semalaman. Namun dia tak menemukan di dalam kamarnya. Setelah memastikan jika Arka tak berada di dalam, Melati segera keluar dari kamar.
Melati segera menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Tubuhnya terasa bergetar karena menahan rasa lapar yang sangat. Dia meneguk air putih untuk mengganjal perutnya yang terasa melilit.
Dia hanya memasak mie instan, karena yang ada hanya itu untuk mengganjal perutnya. Tak lupa dia pun menambah telur dan sayuran ala kadarnya.
"Ah, kenapa lama sekali sih kamu matangnya wahai mi instan? Aku sudah kelaparan dan mau pingsan." Melati berbicara sendiri untuk menghilangkan rasa sepi karena berada di rumah milik Arka seorang diri.
"Heem, wanginya," Melati terus meracau karena rasa laparnya.
Hingga dia tak menyadari jika Arka sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan tajamnya. Seolah dia siap menerkam Melati saat ini juga.
"Akh!!" Melati memekik kaget karena melihat Arka yang tiba-tiba berada di belakangnya. Dan hampir saja dia menjatuhkan mangkuk yang berisi mie panas itu jika saja dia tak memegang piring yang sebagai tatakan mangkoknya itu dengan erat.
"Mas Arka ngapain tiba-tiba muncul di depan Mela?"
Melati masih berusaha menguasai rasa terkejutnya. Karena dia adalah wanita yang gampang sekali terkejut jika ada suara atau apapun yang bisa membuat jantungnya berpacu lebih kencang.
Arka bersendekap tangan. "Memang kenapa? Ini rumahku. Jadi wajar jika aku berkeliaran di rumahku sendiri." ketus Arka.
Lalu dia melirik mie yang berada di tangan Melati. Dia tersenyum sinis dan mengolok Melati. "Pantas, orang kampung makannya hanya mie instan. Orang susah!" ucapnya dengan seringai di bibirnya.
Melati yang mendengarnya pun memutar mata jengah. Dia sama sekali tak berminat jika pagi-pagi harus berdebat dengan Arka. Dia lebih memilih makan karena rasa laparnya yang sudah merongrong sedari tadi.
Sehingga dengan santainya Melati melewati Arka begitu saja dan menuju ke meja makan.
Sikap Melati yang menghindarinya pun membuat Arka berang seketika. Dia segera menyusul Melati dan menampik mie instan itu hingga berhamburan di lantai.
Praangg...
Melati menutup telinganya kala piring itu menghantam lantai keramik milik Arka.
Melati mengalihkan pandangan menatap Arka yang masih berdiri di samping. Dia segera berdiri dan siap melawan Arka yang sudah membuatnya naik darah.
"Kenapa sih mas Arka tak ada puasnya menganggu hidupku. Aku sudah berusaha sabar mendengarkan semua caci makimu. Aku sudah menuruti kemauanmu. Lalu kenapa sekarang kamu menumpahkan makananku? Apa kamu mau membunuhku sekarang juga?"
Melati meluapkan emosinya pagi ini. Dia menunjuk-nunjuk Arka dengan jari telunjuknya. Dia sudah berusaha menghindari pertengkaran dengar Arka. Namun Arka seolah suka mencari gara-gara dengannya dan membuatnya marah.
Arka tersenyum tipis melihat kemarahan Melati. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Dia menatap Melati namun sama sekali tak berniat membalas ucapan Melati.
Melati pun geram bukan main. Dia segera mendorong dada Arka dan berniat melangkah pergi. Namun cekalan Arka membuatnya dia mengurungkan langkahnya.
Melati meronta melepaskan diri karena cengkraman Arka di lengannya yang membuat kesakitan.
"Lepas mas, lepas!!!" Teriak Melati. Dia memukul lengan Arka berkali-kali agar segera melepaskan cengkeramannya.
Namun Arka mengabaikannya. Kemudian Arka langsung menarik Melati memasuki kamar tamu dan melemparkan tubuh Melati di ranjang besar besar itu.
Melati gegas duduk dan menggelengkan kepalanya ketakutan. Dia takut jika Arka akan bertindak kasar seperti yang dia lakukan kemaren terhadapnya.
"Jangan, mas. Aku mohon!!" Lirih Melati.
Dia makin beringsut mundur ketika Arka mendekatinya dengan bertelanjang dada.
Arka tersenyum sinis dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Melati, dan Melati dengan cepat menutup matanya dan menunduk agar tak melihat wajah Arka yang berjarak begitu dekat.
Arka segera meraih dagu Melati dan menghadapkan ke wajahnya. Namun Melati masih memejamkan matanya erat.
"Kenapa kamu menunduk, Mel? Bukannya ini yang kamu inginkan?"
Seketika Melati membuka matanya. Dia tak percaya apa yang di ucapkan Arka padanya. Melati menatap lekat netra Arka yang penuh misteri itu.
"Kenapa kamu bingung seperti itu? Bukankah kamu ingin segera hamil dan melahirkan, agar kamu bisa dengan cepat lepas dariku," ucap Arka dengan mengeratkan cengkramannya di dagu Melati.
"Ta_tapi," Melati tak melanjutkan ucapannya karena bibirnya di bungkam dengan bibir Arka. Dengan kasar dia melahap bibir Melati.
Melati mengerang. Bukan karena nikmat, namun rasa sakit yang di bibirnya karena ulah Arka. Dia memberontak dan mendorong dada Arka, namun Arka sama sekali tak bergeming dari tempatnya.
Arka segera meraih kedua tangan Melati yang sedari tadi memukulnya dan mengunci tangan Melati di atas kepalanya. Dengan bebas Arka meraup bibir Melati dengan ***** yang sudah membumbung tinggi.
"Lepas, Mas. Lepas!!!" raung Melati kala mendapati Arka yang sudah melepas sebagian bajunya. Dia tak terima di perlakukan seperti ini, tapi dia sama sekali tak bisa melawan karena kekuatannya lebih kecil di bandingkan Arka.
"Aakh!! Ampun mas!!" pekik Melati ketika Arka berhasil membenamkan miliknya di inti tubuh Melati. Melati memekik kesakitan karena Arka terus menghujamnya dengan kasar bak binatang.
***
Melati menangis ketika Arka meninggalkannya setelah penyatuan keduanya. Dia merasa tak berharga dan bagaikan wanita rendah yang melayani dengan imbalan segepok uang. Dia mencengkram selimut dengan eratnya dan meratapi nasibnya.
Dia merasakan nyeri luar biasa di daerah intinya, karena Arka menyentuhnya seperti binatang buas yang mencengkram musuhnya, tiada rasa cinta di dalamnya.
Dia masih ingat perkataan Arka yang kembali menyakiti hatinya kala telah menumpahkan benihnya di rahim Melati.
"Gue terpaksa melakukan ini. Karena gue cinta istri gue. Gue harap lo bisa di ajak kerja sama dengan baik. Sekali saja lo berhianat, bersiaplah melihat jasad ibumu terbujur kaku di kamar mayat. Karena gue akan mencabut semua biaya untuk ibu lo saat itu juga. Dan satu lagi, cepatlah mengandung, agar gue tak perlu menyentuhmu lagi dan lagi."
Setelah mengatakan kalimat itu, Arka bergegas meninggalkan kamar dan berjalan keluar. Dan tak lama kemudian, dia mendengar mobil Arka yang yang melaju keluar dari gerbang.
"Kamu berengseekk, Arkaaa!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Safa Almira
otw bucin
2024-07-20
0
Vivi Bidadari
Jijik bangat lihat Arka dasar ga punya hati
2023-03-14
0
Diana M
malang nasibmu mell 😥😥😥
2021-09-24
1