Kunta Wijaya
Namaku Inaaya Wijaya aku adalah seorang penulis, aku hobi banget menulis. Aku sudah menang banyak sekali lomba dan akhirnya aku dapat beasiswa tertinggi di Universitas. Aku senang banget karena bisa masuk jurusan yang aku impikan yaitu Seni menulis. Aku suk-
"INAA!!!"
Hosh! Hosh!
"Apa? Kenapa lari - lari?"
"Hehehe, pinjam catatannya ya?" Ucap sahabatnya itu.
"Halah, kebiasaan" Wanita itu merogoh tasnya dan mengeluarkan buku yang berwarna pink, memberikan buku tersebut kepada teman yang ada di depannya itu.
"Makasih, nanti aku traktir banyak deh" Temannya menggandeng Ina menuju ke Taman.
"Aku mau nasi campur sama tambahan telur rebusnya ya" Rezeki punya teman yang tajir tapi sukanya nyontek.
"Sip deh, nanti aku tambahin juga telur rebus sama tempe pedas manisnya" Rezeki banyak untuk hari ini.
Dua gadis itu berjalan dengan santai melewati taman untuk menuju kelas.
"Ina tadi aku sempet lihat anak baru yang ganteng banget" Temannya itu yang bernama Naya mencoba menemukan cara untuk bergosip.
"Kapan?"
"Tadi sebelum aku lari buat pinjem contekan ke kamu"
"Anak kelas mana?" Tanya Ina yang penasaran tetapi temannya menjawab dengan isyarat tidak tau.
"Kalau gak tau detailnya gak usah gosip"
"Yakan biar gak hening gitu loh, kan hidup juga harus punya suasana"
"Suasana gosip gak bikin hidup, malah bikin dosa"
"Ohiya, astagfirullah untung masih hidup jadi gak mati yan Na?" Ina yang tidak sanggup dengan jalan pikir sahabatnya yang satu ini pun. Ina hanya bisa menghela nafas panjang.
...
"Ina pulang, Ayah Ibu dimana?"
"Ayah disini" Ayah Ina pun membalas salam Ina.
"Kok baru pulang, Nak?" Ayah Ina pun bertanya kepada anaknya.
"Iya yah, tadi Ina ada tugas tambahan" Ayahnya hanya ber "oh" saja.
"Di meja ada makanan, Ibu tadi udah masakin tempe pedas manis" Ucap Ibu Ina.
"Wah enak dong, Ina mau langsung ke dapur deh" Batin Ina ketika keluarganya berkumpul dan melihat Ayah Ibunya yang saling tersenyum melihatnya merasa bersyukur telah hidup selama ini.
Meskipun tadi sudah di traktir Naya makan tetapi merasa lapar lagi kalau melihat masakan yang di buat Ibunya sendiri yang dengan hati, tidak tega jika tidak memakannya.
"Wah kelihatannya enak banget" Ucap Ina yang membuka tutup saji. Ina buru - buru mengambil piring dan mengambil nasi tidak lupa dengan lauk kesukaannya yaitu tempe pedas manis.
Ina duduk di kursi sambil menyantap masakan Ibunya memasak lauk kesukaan Ina. Ina memakannya dengan lahap, jarang Ibunya memasak lauk kesukaan Ina.
"Gimana? Enak gak?" Tanya Ibu Ina menanyakan rasa masakannya'
"Enak banget sama nagih banget, apalagi yang masak Ibu tambah makin enak" Ina menjawab dengan makanan yang masih ada di dalam mulutnya.
"Ibu mau sholat dulu" Ibunya pun pergi untuk menjalankan Sholat dan melihat itu Ina pun tersenyum dengan manis.
"Ayah gak di sisain nih?" Ayah Ina tiba - tiba muncul di belakang Ina secara mendadak sampai Ina tersedak.
UHUK! UHUK!
"Ayah ih, sukanya ngagetin Ina aja, Gak baik tau ngagetin orang" Ucap Ina kesal.
"Nih Ayah ambilin minum, kalau makan tuh pelan - pelan biar gak kaget juga biar gak kesedak" Ayah membantu Ina minum karena tangan Ina kotor.
"Iya deh, yang pinter ngalah"
"Untung kamu anak Ayah bukan anak Ayam" Ina pun melotot.
"AYAHHH!!!" Dan Ayahnya pun tertawa.
...
Ina membuka pintu kamarnya, merebahkan tubuhnya sebentar lalu mengambil handuk untuk mandi.
"Ina?" Ayah Ina datang ke kamar Ina dan juga membawa amplop berisikan uang. Uang tersebut digunakan untuk biaya hidup Ina selama kuliah.
Ayahnya mendengar suara air mengalir di dalam kamar mandi, Ayah Ina berfikir mungkin anaknya itu sedang mandi jadi Ayahnya pun pergi meninggalkan kamar Ina dan meletakkan amplop yang berisikan uang tersebut.
Ina keluar dari kamar mandinya rambutnya basah dan dililit dengan handuk.
"Eh" Ina melihat ada sebuah amplop yang ayahnya letakkan di laci meja Ina.
Ina mengambil amplop itu dan memperhatikannya.
"Eumm.. Amplopnya padat juga berisi, kayaknya isinya banyak deh"
"Tapi ini punya siapa? Perasaan tadi gak ada sesuatu di atas laci meja deh" Ucap Ina pada dirinya sendiri, dirinya pun bingung.
Kemudian Ina membuka amplop tersebut, dan Ina terkejut karena amplop tersebut berisikan uang yang bernilai tidak kecil, bisa dibilang nilainya itu besar.
"Kok banyak banget? Emang siapa yang naruh disini? Apa Ayah yang sengaja naruh ini?"
Ina langsung bergegas memakai baju dan buru - buru menemui Ayahnya.
Ina langsung bergegas memakai baju dan buru - buru menemui Ayahnya.
"Ayah?" Panggil Ina.
"Ibu, Ayah dimana?" Ina bertanya pada Ibunya, karena tidak ada jawaban dari Ayahnya.
"Ayah tadi keluar, katanya keluarnya sebentar" Jawab Ibunya itu sambil menjahit baju Ayah Ina.
"Tapi kemana?" Ina bertanya lagi dan Ibunya hanya mengangkat bahu berisyarat tidak tahu.
Ina tidak ingin memberitahu Ibunya kalau Ayah memberikannya uang yang banyak dan tidak tahu untuk apa uang banyak itu diberikan kepadanya.
"Ina mau ke kamar dulu ya Bu? Banyak tugas yang harus Ina kerjain" Dan Ibunya hanya mengangguk.
Ina masuk ke kamarnya dan belajar.
"Aku akan menunggu ayah sambil belajar"
...Drrtt!!...
"OH!!"
^^^"Halo?"^^^
^^^ Ina memulai pembicaraan.^^^
"Halo Ina aku Naya!"
^^^"Oh! Ada apa menelponku?"^^^
"Bisakah kau datang menemuiku ke toko yang ada di pinggir jalan depan rumahmu?"
^^^"Untuk apa?"^^^
"Aku mohon temui lah aku sekarang, ya?"
^^^"Hmm... baiklah, tunggu aku di sana"^^^
"Oke"Naya menutup teleponnya.
Ina buru - buru memakai jaket dan keluar dari kamarnya.
"OH! Mau kemana?" Ibunya bertanya ketika melihat Ina ingin keluar dari rumah.
"Aku akan menemui Naya di toko depan, aku pamit dulu Ibu"
"JANGAN PULANG MALAM!!"
"BAIKLAH!!" Ina terburu - buru menjawab.
Ina berjalan cepat menuju ke toko buku yang di bicarakan Naya.
"AWWW!!" Ina menabrak seseorang.
"Ah! Maaf... Apa kau tidak apa - apa?" Seseorang itu bertanya sambil mengulurkan tangannya.
Ina menerima tangan seseorang itu dan berdiri lalu membersihkan pakaiannya.
"Tidak apa - apa... Aku yang minta maaf karena terburu - buru" Ina membungkukkan badannya, tanda meminta maaf.
"Lain kali kau harus berhati - hati"
"Eumm... Aku pergi dulu, temanku menunggu" Ina pun langsung berlari menuju toko buku.
"Sudah dinasehati jangan terburu - buru tapi malah berlari...ckk, dasar anak sekarang" Seseorang itu kemudian pergi dari tempat itu.
"Sudahlah, lebih baik aku mencari tempat untuk mengisi kekosongan perut" Ucapnya lalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments