"Terimakasih, Ibu" Ucap Ina sambil memeluk Ibunya dan Ibunya pun membalas pelukannya. Batin Ina berkata "Ibu mungkin orang yang keras tapi Ibu juga memiliki sisi kelembutan di dalam hatinya"
"Sudahlah, sekarang kau siapkan meja makannya, Ibu akan memasak"
"Baiklah, Ibu" Dan Ibu dan Anak tersebut berkerja sama untuk menyiapkan makan siang nanti.
Ina menyiapkan alat makan di meja meja makan, seketika ia sadar jika Naya membutuhkan baju ganti, cepat - cepat Ina lari ke kamar dan menyiapkan baju untuk Naya yang ia letakkan di kasurnya. Untuk saja Naya belum keluar dari kamar mandi lalu Ina memutuskan untuk melanjutkan tugas menyiapkan meja makan.
"Apakah sudah selesai?" Ibu Ina menanyakan tentang meja makan.
"Beres, sudah selesai" Jawab Ina sambil mengacungkan jempolnya.
"Baiklah, sebaiknya kamu panggil Naya untuk makan bersama" Ucap Ibu Ina.
"Baiklah, aku akan memanggilnya untuk makan bersama" Jawab Ina lalu pergi ke kamar untuk memanggil Naya.
"Naya, Ibu memamnggilmu untuk makan bersama" Ucap Ina sambil membuka pintu kamarnya. Terlihat Naya sedang merapikan rambutnya yang basah.
"Baiklah, aku akut sekarang" Ucap Naya sambil tersenyum, kedua sahabat itu pergi ke meja makan untuk makan bersama - sama.
"Naya, kita akan makan bersama ya, Nak" Ucap Ibu Ina sambil memberikan piring kepada Naya.
"Terimakasih, Bibi" Ucap Naya sambil menerima piring tersebut.
"Lebih nyaman, panggil saya Ibu" Ucap Ibu Ina. Lalu Naya melihat ke arah Ayah Ina.
"Panggil Ayah juga, buat dirimu senyaman mungkin disini" Ucap Ayah Ina sambil tersenyum.
"Baik Ibu, Ayah" Naya pun menurut apa yang di katakan oleh orang tua Ina. dan Ina hanya tersenyum sambil menepuk pundak Naya.
"Ayo makan!" Ucap Ina memberikan suasana ceria agar tidak canggung. Lalu mereka pun makan bersama - sama.
...
"Apa yang harus kita lakukan?" Para penjaga itu kebingungan untuk mencari keberadaan Naya.
"Habislah kita kalau tidak menemukan anak bos" Ucap salah satu penjaga.
"Kita masih memiliki waktu 2 jam lagi" Ucap para penjaga.
"Tapi kita harus berfikir kemana dia akan pergi"
"Mungkinkah dia pulang kerumah?"
"Entahlah, tapi itu juga mungkin saja"
"Baiklah, mari kita cari ke rumahnya"
"Tapi bisa dimana?"
"Bos tidak mungkin pulang ke rumah"
Baiklah, kita cari ke rumah"
"Mari kita pergi sekarang"
...
"Aku di jodohkan hanya demi uang untuk memperbaiki perusahaan" Ucap Naya yang duduk di kasur dengan ekspresi wajah lesu.
"Memangnya apa yang terjadi dengan perusahaan Ayahmu?" Tanya Ina yang tidak pernah berfikir jika seorang Ayah menjadikan korban hanya untuk uang.
"Setiap 2 tahun para pemilik perusahaan ada sebuah acara peringkat yaitu perusahaan mana yang jauh tinggi maka, akan mendapatkan sebuah kontrak yang berharga dari negara luar"
"Perusahaan Ayah sedang krisis ekonomi keuangan maupun tenaga kerja utama, maka dari itu Ayah ingin bekerja sama dengan perusahaan lain untuk memperbaiki perusahaan dan untuk menambah dukungan perusahaan yang aku nikahi agar perusahaan tersebut mendapatkan peringkat utama dalam acara untuk menandatangani kontrak berharga" Ucap Naya dengan apa adanya.
"Apakah dua keluarga telah menyetujui pernikahan?" Tanya Ina.
"Yang aku dengar mempelai pria tidak ingin menikah dan menentang perjodohan ini" Ucap Naya.
"Lalu jika kedua mempelai sendiri tidak mau menikah maka, bisa di pikirkan pernikahan tidak akan pernah terjadi"
"Aku juga berfikir begitu, tapi Apakah dia ingin bicara denganku?"
"Aku yakin jika dia akan bicara denganmu, jika orang tuamu melakukan atas dasar sebuah bisnis maka kamu juga bisa"
"Apakah kamu bisa bersamaku kesana?" Tanya Naya sambil memegang tangan Ina.
"Tentu saja!" Jawab Ina sambil mengepalkan tangannya.
...
"Sial! Tidak ada!" Umpat para penjaga itu.
"Kemana anak itu pergi?" Para penjaga kebingungan.
"Kalian disini?!" Ucap Ayah Naya sambil melototkan matanya.
"Dimana Naya? Hah! Dimana?!" Tanya Ayah Naya dengan penekanan.
"Ka- kami be- belum menemukannya" Jawab Penjaga dengan gugup.
"ADA APA DENGAN KALIAN?!" Teriak Ayah Naya dengan marah.
"Maa- maaf bos" Para penjaga itu pun menunduk, takut jika bosnya akan berbuat tidak masuk akal terhadap mereka.
"PERGILAHH!" Teriak Ayah Naya.
"Baik bos!" Para penjaga itu pun langsung pergi dengan cepat tidak ada jejak.
"NAYA!!!"
...
"Apa ini rumahnya?" Tanya Ina.
"Iya ini rumahnya" Jawab Naya, mereka sedang berada di depan pintu gerbang rumah Daniel.
"Lalu, Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ian bingung bagaimana Meraka akan masuk, karena para penjaga menjaga pintu rumah.
"Aku akan bertamu" Ina pun bingung dengan keputusan Naya.
"Maksudmu?" Tanya Ina dengan kebingungan.
"Kau lihatlah sendiri nanti" Jawab Naya sambil tersenyum.
"Tapi Naya bukankah ini hari tunanganmu?" Tanya Ina.
"Acara tunanganku akan segera tiba, kau hanya perlu mengikutiku, Ayolah!" Jawab Naya.
"Halo, Naya" Sorang wanita paruh baya, menyapa Naya dengan dengan tersenyum.
"Halo, Nyonya Kunta" Sapa Naya dengan hormat.
"Ini adalah hari pertunanganmu dengan Daniel" Ucap Nyonya Kunta.
"Saya kesini dengan tujuan untuk berbicara dengan Daniel" Ucap Naya dengan sopan.
"Berbicara dengan Daniel?"
"Tentu, saya ingin berdiskusi dengan Daniel tentang acara pertunangan nanti, saya berfikir akan menambahkan tahap dalam acara" Ucap Naya menjelaskan.
"Ahh... Kalian ingin menambahkan tahap dalam acara? Tapi Daniel sedang tidak ada di rumah" Ucap Nyonya Kunta.
"Apakah Nyonya tahu dimana Daniel berada?" Tanya Naya kepada Nyonya Kunta.
"Aku tidak tahu" Jawab Nyonya Daniel.
BRAK!!
Tiba - tiba saja, pintu ruang utama terbuka dengan keras.
"Siapa yang berani melansungkan acara pertunangan?!" Teriak Daniel, dia yang membuka pintu utama dengan keras. Naya dan Ina yang melihat itupun langsung terkejut.
"Kau harus menikah Daniel, ini perintah" Ucap Ibu tirinya.
"Aku tidak ingin menikah!" Ucap Daniel dengan penuh penekanan.
"Ayahmu berharap ka--" Ucapan Ibu tirinya terpotong.
"Keputusanku sudah bulat!" Daniel memotong pembicaraan.
"Ini demi Ayahmu, Daniel!" Teriak Ibu tirinya.
"Ini hanya rencanamu yang keji!" Daniel menekan ucapannya.
"Kau tidak menghormati Ibumu?" Tanya Ibu tirinya dengan lembut.
"Daniel" Ucap Naya menghampiri Daniel.
"Kau disini untuk membatalkannya juga bukan? Ini sudah beres, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" Ucap Daniel dan Naya menoleh ke Ina.
"Aku akan bersama dengan Ina" Ucap Naya sambil memegang tangan Ina dan Daniel pun mengangguk setuju.
"DANIEL BERHENTI!" Teriak Ibu tiri Daniel.
Daniel, Naya dan Ina pun masuk ke dalam mobil dan menuju ke tempat yang sudah di rencanakan Daniel.
"Kita mau kemana?" Tanya Ina ketika berada di mobil.
"Sebenarnya, Daniel aku ingin bertemu dengan Ibuku, aku khawatir jika--" Ucapan Naya pun terpotong.
"Ayahmu membawa Ibumu pergi entah kemana" Daniel memotong uacapan Naya.
"APAA!!" Naya pun terkejut, selama ini yang telah ia khawatir akhirnya terjadi sekarang.
"Lalu apa yang bisa aku perbuat?" Naya yang mulai stres dengan masalah yang datang, Ina pun memeluk Naya untuk menenangkannya.
"Tenang Naya, Ibumu akan pulang bersamamu besok" Ucap Ina dengan lembut.
"Tapi Ina, Dia Ibuku dan aku tau bagaimana sikap Ayah" Ucap Naya yang panik.
"Kemungkinan Ibumu hanya di culik tetapi tidak ada kekerasan yang menimpanya" Ucap Daniel.
"Tunggu, Bagaimana denganmu? Maksudku Ayahmu? Kau diam setelah Ibumu seperti itu? Ibumu bisa saja membuat Ayahmu mati" Ucap Naya.
"Kemungkinan besar Ayahku akan hidup lebih lama, karena rencana nenek sihir itu tidak berhasil" Jawab Daniel dengan santai.
"Kita akan menemukan Ibumu besok yang kita butuhkan hanya tempat untuk beristirahat" Ucap Daniel.
"Kita akan menyelesaikannya secepat mungkin" Daniel yang memikirkan cara untuk masalah ini cepat selesai agar keadaaan kembali dengan normal seperti sebelumnya atau lebih dari sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments