NovelToon NovelToon

Kunta Wijaya

Eps. 1

Namaku Inaaya Wijaya aku adalah seorang penulis, aku hobi banget menulis. Aku sudah menang banyak sekali lomba dan akhirnya aku dapat beasiswa tertinggi di Universitas. Aku senang banget karena bisa masuk jurusan yang aku impikan yaitu Seni menulis. Aku suk-

"INAA!!!"

Hosh! Hosh!

"Apa? Kenapa lari - lari?"

"Hehehe, pinjam catatannya ya?" Ucap sahabatnya itu.

"Halah, kebiasaan" Wanita itu merogoh tasnya dan mengeluarkan buku yang berwarna pink, memberikan buku tersebut kepada teman yang ada di depannya itu.

"Makasih, nanti aku traktir banyak deh" Temannya menggandeng Ina menuju ke Taman.

"Aku mau nasi campur sama tambahan telur rebusnya ya" Rezeki punya teman yang tajir tapi sukanya nyontek.

"Sip deh, nanti aku tambahin juga telur rebus sama tempe pedas manisnya" Rezeki banyak untuk hari ini.

Dua gadis itu berjalan dengan santai melewati taman untuk menuju kelas.

"Ina tadi aku sempet lihat anak baru yang ganteng banget" Temannya itu yang bernama Naya mencoba menemukan cara untuk bergosip.

"Kapan?"

"Tadi sebelum aku lari buat pinjem contekan ke kamu"

"Anak kelas mana?" Tanya Ina yang penasaran tetapi temannya menjawab dengan isyarat tidak tau.

"Kalau gak tau detailnya gak usah gosip"

"Yakan biar gak hening gitu loh, kan hidup juga harus punya suasana"

"Suasana gosip gak bikin hidup, malah bikin dosa"

"Ohiya, astagfirullah untung masih hidup jadi gak mati yan Na?" Ina yang tidak sanggup dengan jalan pikir sahabatnya yang satu ini pun. Ina hanya bisa menghela nafas panjang.

...

"Ina pulang, Ayah Ibu dimana?"

"Ayah disini" Ayah Ina pun membalas salam Ina.

"Kok baru pulang, Nak?" Ayah Ina pun bertanya kepada anaknya.

"Iya yah, tadi Ina ada tugas tambahan" Ayahnya hanya ber "oh" saja.

"Di meja ada makanan, Ibu tadi udah masakin tempe pedas manis" Ucap Ibu Ina.

"Wah enak dong, Ina mau langsung ke dapur deh" Batin Ina ketika keluarganya berkumpul dan melihat Ayah Ibunya yang saling tersenyum melihatnya merasa bersyukur telah hidup selama ini.

Meskipun tadi sudah di traktir Naya makan tetapi merasa lapar lagi kalau melihat masakan yang di buat Ibunya sendiri yang dengan hati, tidak tega jika tidak memakannya.

"Wah kelihatannya enak banget" Ucap Ina yang membuka tutup saji. Ina buru - buru mengambil piring dan mengambil nasi tidak lupa dengan lauk kesukaannya yaitu tempe pedas manis.

Ina duduk di kursi sambil menyantap masakan Ibunya memasak lauk kesukaan Ina. Ina memakannya dengan lahap, jarang Ibunya memasak lauk kesukaan Ina.

"Gimana? Enak gak?" Tanya Ibu Ina menanyakan rasa masakannya'

"Enak banget sama nagih banget, apalagi yang masak Ibu tambah makin enak" Ina menjawab dengan makanan yang masih ada di dalam mulutnya.

"Ibu mau sholat dulu" Ibunya pun pergi untuk menjalankan Sholat dan melihat itu Ina pun tersenyum dengan manis.

"Ayah gak di sisain nih?" Ayah Ina tiba - tiba muncul di belakang Ina secara mendadak sampai Ina tersedak.

UHUK! UHUK!

"Ayah ih, sukanya ngagetin Ina aja, Gak baik tau ngagetin orang" Ucap Ina kesal.

"Nih Ayah ambilin minum, kalau makan tuh pelan - pelan biar gak kaget juga biar gak kesedak" Ayah membantu Ina minum karena tangan Ina kotor.

"Iya deh, yang pinter ngalah"

"Untung kamu anak Ayah bukan anak Ayam" Ina pun melotot.

"AYAHHH!!!" Dan Ayahnya pun tertawa.

...

Ina membuka pintu kamarnya, merebahkan tubuhnya sebentar lalu mengambil handuk untuk mandi.

"Ina?" Ayah Ina datang ke kamar Ina dan juga membawa amplop berisikan uang. Uang tersebut digunakan untuk biaya hidup Ina selama kuliah.

Ayahnya mendengar suara air mengalir di dalam kamar mandi, Ayah Ina berfikir mungkin anaknya itu sedang mandi jadi Ayahnya pun pergi meninggalkan kamar Ina dan meletakkan amplop yang berisikan uang tersebut.

Ina keluar dari kamar mandinya rambutnya basah dan dililit dengan handuk.

"Eh" Ina melihat ada sebuah amplop yang ayahnya letakkan di laci meja Ina.

Ina mengambil amplop itu dan memperhatikannya.

"Eumm.. Amplopnya padat juga berisi, kayaknya isinya banyak deh"

"Tapi ini punya siapa? Perasaan tadi gak ada sesuatu di atas laci meja deh" Ucap Ina pada dirinya sendiri, dirinya pun bingung.

Kemudian Ina membuka amplop tersebut, dan Ina terkejut karena amplop tersebut berisikan uang yang bernilai tidak kecil, bisa dibilang nilainya itu besar.

"Kok banyak banget? Emang siapa yang naruh disini? Apa Ayah yang sengaja naruh ini?"

Ina langsung bergegas memakai baju dan buru - buru menemui Ayahnya.

Ina langsung bergegas memakai baju dan buru - buru menemui Ayahnya.

"Ayah?" Panggil Ina.

"Ibu, Ayah dimana?" Ina bertanya pada Ibunya, karena tidak ada jawaban dari Ayahnya.

"Ayah tadi keluar, katanya keluarnya sebentar" Jawab Ibunya itu sambil menjahit baju Ayah Ina.

"Tapi kemana?" Ina bertanya lagi dan Ibunya hanya mengangkat bahu berisyarat tidak tahu.

Ina tidak ingin memberitahu Ibunya kalau Ayah memberikannya uang yang banyak dan tidak tahu untuk apa uang banyak itu diberikan kepadanya.

"Ina mau ke kamar dulu ya Bu? Banyak tugas yang harus Ina kerjain" Dan Ibunya hanya mengangguk.

Ina masuk ke kamarnya dan belajar.

"Aku akan menunggu ayah sambil belajar"

...Drrtt!!...

"OH!!"

^^^"Halo?"^^^

^^^ Ina memulai pembicaraan.^^^

"Halo Ina aku Naya!"

^^^"Oh! Ada apa menelponku?"^^^

"Bisakah kau datang menemuiku ke toko yang ada di pinggir jalan depan rumahmu?"

^^^"Untuk apa?"^^^

"Aku mohon temui lah aku sekarang, ya?"

^^^"Hmm... baiklah, tunggu aku di sana"^^^

"Oke"Naya menutup teleponnya.

Ina buru - buru memakai jaket dan keluar dari kamarnya.

"OH! Mau kemana?" Ibunya bertanya ketika melihat Ina ingin keluar dari rumah.

"Aku akan menemui Naya di toko depan, aku pamit dulu Ibu"

"JANGAN PULANG MALAM!!"

"BAIKLAH!!" Ina terburu - buru menjawab.

Ina berjalan cepat menuju ke toko buku yang di bicarakan Naya.

"AWWW!!" Ina menabrak seseorang.

"Ah! Maaf... Apa kau tidak apa - apa?" Seseorang itu bertanya sambil mengulurkan tangannya.

Ina menerima tangan seseorang itu dan berdiri lalu membersihkan pakaiannya.

"Tidak apa - apa... Aku yang minta maaf karena terburu - buru" Ina membungkukkan badannya, tanda meminta maaf.

"Lain kali kau harus berhati - hati"

"Eumm... Aku pergi dulu, temanku menunggu" Ina pun langsung berlari menuju toko buku.

"Sudah dinasehati jangan terburu - buru tapi malah berlari...ckk, dasar anak sekarang" Seseorang itu kemudian pergi dari tempat itu.

"Sudahlah, lebih baik aku mencari tempat untuk mengisi kekosongan perut" Ucapnya lalu pergi.

Eps. 2

AWWW!!" Ina menabrak seseorang.

"Ah! Maaf... Apa kau tidak apa - apa?" Seorang Lelaki itu bertanya sambil mengulurkan tangannya.

Ina menerima tangan seseorang itu dan berdiri lalu membersihkan pakaiannya.

"Tidak apa - apa... Aku yang minta maaf karena terburu - buru" Ina membungkukkan badannya, tanda meminta maaf.

"Lain kali kau harus berhati - hati"

"Eumm... Aku pergi dulu, temanku menunggu" Ina pun langsung berlari menuju toko buku.

"Sudah di nasehati jangan terburu - buru tapi malah berlari...ckk, dasar anak sekarang" Seseorang itu kemudian pergi dari tempat itu.

"Sudahlah, lebih baik aku mencari tempat untuk mengisi kekosongan perut" Ucapnya lalu pergi.

Hosh! Hosh!

"Naya!!" Ina menemui Naya dengan nafas yang tidak beraturan karena berlari sangat cepat.

"Kenapa kau lari - lari?" Naya bertanya dengan santai.

"Aku berlari hanya untuk menemuimu Naya! Sekarang katakan kenapa kau ingin aku menemuimu?!"

"Aku sedang bosan dirumah dan kalau dipikir - pikir lagi aku ingin keluar rumah untuk menghirup angin luar"

"Hanya itu?! Karena kau menyuruhku dan dengan nada panikmu membuat aku juga panik! Dan kau membuat aku menabrak seseorang! Hufftt... Baiklah sekarang apa rencanamu?" Ina duduk disofa toko buku dan membuka jaketnya sembari merebahkan kakinya. Ina mencoba sabar dengan sahabatnya itu.

"Temani aku baca buku, Oh ya tadi aku lihat ada buku bagus loh! Judulnya "Romantic For You" bagus loh!"

"Aku tidak suka buku cinta dan tidak pernah membacanya" Ina menghela nafas kasar.

"Maka, kau harus mencoba membacanya, kau tidak akan pernah tau jika kau tidak pernah mencobanya" Naya menyondorkan buku itu.

"Baiklah, Aku akan mencobanya... tapi aku akan membacanya dirumah, aku pinjam buku ini" Naya mengacungkan jempol ke hadapan Ina.

"Hidup itu harus punya suasana atau pandangan baru, Ina"

"Hmm" Ina menjawab singkat dan lesu.

"Hmm" Ina menjawab singkat dan lesu.

Ina ingin merasakan apa itu cinta, tapi tidak semudah itu untuk mencoba merasakannya.

Ada banyak perasaan tidak menyenangkan tentang cinta di hati Ina.

...

"Ibu! Ayah! Ina pulang" Ina menutup pintu depan rumahnya.

"Tadi kemana Ina?" Ayah Ina bertanya.

"Ina tadi ke toko buku pinggir jalan, Yah" Ina duduk disofa sebelah ayahnya.

"Sama siapa?"

"Sama Naya tadi, dia yang ngajakin Ina"

"Lain kali pulang sebelum jam 9 ya, nak?"

"Iya ayah, maafin Ina. Ina mau ke kamar dulu, bersihin badan" Ina tersenyum lalu pergi ke kamar. Ina buru - buru mandi agar badannya tidak lengket.

Seketika setelah mandi Ina teringat untuk bertanya tentang uang yang ada di amplop tadi, Ina lupa menanyakan uang itu ke ayahnya. Jika di lihat sekarang sudah jam 10 malam, ayahnya pasti sudah tidur.

"Aku akan pergi tidur saja, besok akan aku tanyakan tentang amplop itu" Ina bergeman sambil melihat amplop yang ada didalam laci meja dekat kasurnya.

"Ini hari yang melelahkan dan hari yang panjang"

Ina merebahkan diri di kasur dan mematikan lampu kamarnya hanya lampu kecil yang tersisa.

Ina teringat untuk mencoba buku yang direkomendasikan Naya tadi.

"Apa buku ini menarik?" Ina mengamati buku itu dan mulai membuka bukunya.

"Halaman pertama, tentang prolog...eumm"

"Kisah seorang gadis yang mati rasa dengan cinta dan tidak sengaja bertemu dengan orang asing yang tidak di kenal olehnya... eumm itu saja prolognya?"Ina mulai berbicara sendiri.

Tidak terasa Ina membaca sampai setengah jam, dia terlelap bersama buku itu.

Kringgg!!!

"Hoamm!" Ina menguap.

"Jam berapa ini?" Ina melihat alarmnya dan sekarang jam 07.00.

"APAAA!!!" Ina berteriak, buru - buru Ina pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mencuci muka beruangnya.

"OH TIDAK!" Ina terburu - buru mengambil handuknya yang tertinggal.

"Ayah!"

"Ayah kamu sudah pergi bekerja" Jawab ibu Ina.

"Apa?! Tapi kenapa aku di tinggal?"

"Ditinggal kemana?"

"Hari ini aku kuliah, Apa ibu tidak ingat?"

"Kau pergi kuliah pada hari Minggu?"

"Apa?" Ina lupa kalau hari ini hari Minggu. Ina menepuk dahinya.

"Ina bodoh! Kenapa tidak ingat kalau hari ini hari Minggu" Ina mengoceh dengan diri sendiri.

Ina kembali ke kamarnya dan duduk disamping ranjangnya.

"Kenapa aku tidak ingat hari? Mungkin gara - gara buku kemari. Aku membaca buku itu sampai ketiduran...huftt"

"Kemarin sudah tidak bisa memberitahu ayah dan sekarang juga sama" Ina menghembuskan nafas kasar.

Drrttt!

"Halo! Ina! Apakah mau pergi ke festival 'Hot Summer'?!" Ucap Naya di telepon, jangan lupa dengan suaranya yang bisa di bilang tidak enak di telinga.

"Aku tidak punya uang" Ucap Ina dengan apa adanya.

"Kau hanya perlu datang untuk menemaniku, aku akan membelikan tiketnya untukmu"

"Eumm... Baiklah aku akan kesana"

"Aku menunggumu, Dadah!"

Tutt! Sambungan terputus.

"Daripada bosan di rumah lebih baik aku menemani Naya, sekaligus dapat gratisan... Azekk!!" Seru Ina lalu bersiap - siap.

...

"Naya!!" Panggil Ina dari kejauhan.

"Ina, kau sudah datang? Ayo aku akan perkenalkanmu kepada teman - temanku" Naya mengajak Ina untuk lebih dekat dengan teman - temannya.

Dari kejauhan Ina tidak sengaja melihat seseorang yang ia tabrak semalam.

"Ina? Kenapa bengong? Kau sakit?" Ina melamun dan tidak sadar jika Naya berbicara dengannya.

"Tidak"

"Kau melihat pria itu? Itu adalah anak dari Direktur ternama, dia Daniel Kuntajaya. Apakah kau pernah bertemu dengannya?"

"Tidak, tidak pernah" Ina menggelengkan kepalanya dengan canggung. Batin Ina "Ternyata dia orang kaya"

"Kalau begitu mari kita menikmati festival ini" Naya menarik tangan Ina ke tengah - tengah kerumunan orang - orang yang sedang menari di bawah terik matahari.

Ina dan Naya menikmati tarian di bawah sinar matahari, mereka menari sangat riang sampai - sampai.

"AWWW" Ina menginjak karang tajam.

"Eh, Ina" Naya yang membantu Ina untuk duduk di samping bangku pantai.

"Sakit" Ringis Ina.

"Oh tidak! Kakimu berdarah, aku akan mengambilkan kotak P3K di ruang rawat samping pantai"

Sementara Ina yang sedang duduk dan memijit telapak kakinya yang berdarah.

"Halo" Ina mendongak melihat seseorang yang berdiri di depannya.

"Halo" Jawab singkat dari Ina.

"Bolehkah aku membantumu membersihkan lukamu?"

"Oh tidak perlu, temanku sedang mengambilkan kota P3K untukku, kamu tidak perlu repot membersihkannya" jawab Ina dengan ramah.

"Eumm... kalau boleh tau siapa namamu?" Ucapnya sambil duduk di samping Ina.

"Aku? Eumm... Kamu boleh panggil aku Ina"

"Aku Erino Tunggal, kamu boleh panggil aku Rino" jawab seorang laki - laki yang baru dikenal.

Ina berfikir sejenak, ia mengingat marga Tunggal.

"Erino Tunggal? Kau orang kaya itu?" Tanya Ina penasaran.

"Sebenarnya yang kaya itu ayahku bukan aku" jawabnya sembari tersenyum. Ina tersenyum dan berfikir kalau anak orang kaya yang ada di depannya bisa di bilang ramah.

"Ina, ini kotak P3K-nya" Naya datang sambil menyondorkan kotak P3K, lalu berjongkok membantu Ina membersihkan luka-nya.

"AWW!!" Ringis Ina.

"Tahan sedikit" Naya menenangkan Ina.

"Sakit Naya!"

"Sudah selesai, ngomong - ngomong kenapa Rino bisa sampai kesini?"

"Biasa lah namanya cari teman baru" Jawab Rino.

"Halah, palingan juga caper alias 'cari perhatian' "

"Kata siapa? Jangan Seudzhon deh" Keduanya ribut dan Ina hanya melihat keributan di antara keduanya.

"Eh gak gak Seudzhon ya? itu tuh fakta!" jawab Naya ngegas.

"Biasa kali! Gausah ngegas juga!"

"Situ juga ngegas!" Pertengkaran keduanya berapi - api.

"HEI!!!" Ketiganya pun menoleh ke sumber suara.

Eps. 3

"Sakit Naya!"

"Sudah selesai, ngomong - ngomong kenapa Rino bisa sampai kesini?"

"Biasa lah cari teman baru" Jawab Rino.

"Halah, palingan juga caper alias 'cari perhatian' "

"Kata siapa? Jangan Seudzhon deh" Keduanya ribut dan Ina hanya melihat keributan di antara keduanya.

"Eh gak gak Seudzhon ya? itu tuh fakta!" Jawab Naya ngegas.

"Biasa kali! Gausah ngegas juga!"

"Situ juga ngegas!" Pertengkaran keduanya berapi - api.

"HEI!!!" Ketiganya pun menoleh ke sumber suara.

"TAYO!!" Jawab Rino.

"HAHAHAHA" Naya tertawa keras, sementara Ina yang sedang duduk dengan saking terkejutnya melihat seseorang itu. Mereka bertemu lagi.

"Ada apa nih ribut - ribut?" Tanya seorang laki - laki yang bisa di bilang teman Rino.

"What's Up Bro!" Rino menepuk pundak temannya itu.

"Baik gak?" Tanya temannya.

"Alhamdulillah, baik banget"

"Sok alim"

"Tumben si Tengil ikut festival? biasanya monoton ngerjain bisnis"

"Nggak tau juga, keserupan kali" Anak laki - laki itu tertawa.

"Ini siapa?" Tanya laki - laki itu.

"Oh ini Naya sama temannya"

"Ina" Ina memberi salam.

"Cayo" Jawab laki - laki itu sambil mengulurkan tangannya dan Ina membalas uluran tangannya.

"Jangan lama - lama" Rino melepas uluran tangan Cayo dan Ina.

"Gak boleh Syirik, Rino. Eh Naya apa kabar?" Tanya Cayo dengan jahil.

"Baru tanya kabar aku?" Jawab Naya dengan nada jual mahal.

"Kalau gak mau ditanyain yaudah" Jawab Cayo sambil meledek Naya dan Naya memasang wajah kesalnya.

"Eh Daniel apa kabar?" Tanya Naya.

"Baik" Jawab singkat, padat dan jelas, sementara Naya hanya ber'oh' saja.

"Kalian daritadi cuman duduk kayak gini?" Tanya Cayo.

"Enggak, tadi Ina kakinya nginjak Karang terus berdarah mangkanya di obati dulu, terus nanti bisa main lagi" Naya menjelaskan dan Ina hanya duduk diam, canggung melihat Daniel berdiri tepat di depannya meskipun itu berjarak 2 kilometer.

"Terus tunggu apalagi? Ayo! nikmati pestanya!" Seru Cayo.

"YUHUUUUU!!!" Seru Naya dan membantu Ina untuk berdiri namun Ina menahannya.

"Aku disini aja ya? Kaki aku masih sakit" Permintaan Ina. Sebenarnya Ina tidak mau ikut bukan karena kakinya masih sakit tapi Ina masih malu dengan orang yang baru saja ia kenal yaitu teman Naya. Ina tidak terbiasa akrab dengan orang baru.

"Tapi jangan disini ya? Duduk di depan Cafe itu aja ya? Biar enakan juga duduknya" Lalu Ina mengangguk dan Naya menuntun Ina ke kursi Cafe yang ditunjuk Naya.

Sementara ketiga laki - laki itu sedang berdansa di tengah terik matahari dan di tengah orang - orang yang sedang menari juga.

"Terima kasih Naya" Ucap Ina sambil tersenyum dan Naya membalasnya.

"Sama - sama, aku pergi membeli minuman sebentar"

Ina yang melihat kiri - kanan, festival ini bukan festival biasa. Festival yang di kunjungi oleh orang kelas atas. Dan banyak sekali remaja yang bisa di lihat masih seumuran Ina dan Naya.

"Minumlah" Naya menyondorkan segelas minuman untuk Ina dan Ina meminumnya.

"Apa kaki kamu sudah baikan?" Tanya Naya.

"Lumayan" Jawab Ina sambil meminum minumannya.

"Naya, maafkan aku karena aku kau tidak bisa menikmati festivalnya" Ucap Ina.

"Tidak perlu begitu, sebenarnya aku juga tidak ingin pergi kesini tetapi ini adalah festival undangan untukku, jadi mau tidak mau aku harus menghadirinya. Meskipun festival ini bersifat santai tapi ini undangan ini juga bersifat sebagai tanda hormat" Naya menjelaskan dan Ina mengangguk memahaminya.

"Aku sudah bosan dengan festival ini dan di tambah aku sudah tidak punya teman, aku mengajakmu kesini untuk menemaniku. Juga siapa tau kau bisa melihat bagaimana suasana baru untukmu, yang belum pernah kau temui" Naya menjelaskan sangat panjang.

Ina mengerti bagaimana rasanya menjadi anak orang kaya, ada rasa enak dan tidak enaknya. Tapi apapun itu harus di syukuri dan menjadikan itu semua sebagai pengalaman yang pernah terjadi.

"Aku mau pulang saja ya?" Ucap Ina pelan.

"Tunggu beberapa menit lagi, aku akan melihat ketiga anak laki - laki itu dan tunggu aku untuk mengganti bajuku dulu. Kau tunggu lah disini saja" Naya pun pergi menghampiri ketiga laki - laki yang sedang menari di tengah orang - orang yang juga sedang sibuk menari.

"Hufftt... ini sangat melelahkan" Ina mendelosorkan dagunya di meja.

Drrtt!!

"Halo?"

"Halo Ina ini Dekan Jinan" seketika Ina pun terkejut.

"Ada apa ya pak?"

"Tolong sore hari ini temui saya di kantor saya, ada yang mau saya beritahu tentang karyamu"

"Baik, saya akan datang sore jam 3 nanti"

"Saya tunggu" Dekan pun mematikan sambungan teleponnya.

Ina berfikir karyanya akan menjadi pemenang lomba antar sekolah nanti dan akan menambah pemasukannya meskipun sedikit yang akan dia dapat.

"Naya belum juga selesai dengan tiga laki - laki itu" Ina melihat Naya yang sedang bersama dengan ketiga anak laki - laki, mereka sepertinya membicarakan sesuatu yang penting dan serius.

"Aku akan membeli makanan dulu" Ina membeli makanan ringan di sebuah franchise.

"Bang, Fried Chicken Sauce seporsi" Ucap Ina lalu duduk di bangku antrian.

Hari ini cuacanya terik, Ina bahkan lupa untuk memakai Suncream. Tangan Ina memanas akibat terkena radiasi matahari.

"Disini panas sekali" Ringis Ina.

"Ina, ayo pulang" Ucap Naya yang sudah terlihat rapi memakai pakaian informal.

"Okeh" Ina dan Naya beranjak pergi, tak lupa dengan Fried Chicken Sauce Ina.

Tiba - tiba di perjalanan ban mobil Naya bocor.

"Oh tidak, bannya bocor!" Teriak Naya.

"Apa disini dekat dengan tambal ban?"

"Tambal ban mungkin satu kilometer dari sini"

"Lalu bagaimana? Apa kita tinggalkan saja mobilnya?"

"Jika meninggalkan mobilnya, maka kita akan berjalan sangat jauh. eumm... Aku akan menelpon Supirku dulu" Dan Ina mengangguk.

Tutt!

"Bagaimana?" Tanya Ina.

"Supirku akan menambalnya, mungkin sekitar 30 menit akan sampai" Balas Naya.

"Apa kita akan menunggu selama itu?"

"Aku tidak tau Ina, eumm... Mungkin sementara kita akan menunggu"

Tiinnn!!!

"Miskin mau kemana nih?" Ucap Cayo.

"Hei! beri kami bantuan untuk tumapangan!" Balas Naya.

"Tidak, Kau bahkan tidak mengucapkan kata minta tolong" Naya sangat kesal dengan Cayo selama beberapa hari ini.

"Tolong beri kami bantuan" Naya menahan untuk tidak berteriak dan menghantam Cayo. Dalam berdiskusi Naya dan Cayo akan profesional akan tetapi jika di luar diskusi maka akan sering terjadi pertengkaran kecil.

"Baiklah nona - nona silahkan masuk" Balas Cayo.

Naya membuka pintu mobil tersebut dan Ina berjalan di belakang Naya.

"Apa kau sudah memberitahu Supirmu tentang mobil bocormu" Tanya Ina.

"Sudah, mungkin 30 menit akan sampai"

"Kau beruntung bisa menumpang dan tidak menunggu Supirmu" Ucap Cayo. Sementara dua orang itu tidak memperhatikan jika Ina merasa tidak nyaman dengan orang - orang yang ada di dalam mobil Cayo apalagi dengan keberadaannya Daniel. Dan lagi Friend Chicken Sauce Ina tertinggal di mobil Naya.

"Hidupku memang dipenuhi keberuntungan" Balas Naya dan dia pun tertawa.

"Naya, kita akan sampai jam berapa?" Tanya Ina.

"Mungkin sekitar 20 menit"

"Tenang Ina, aku akan membawamu pulang dengan selamat" Ucap Cayo.

"Halah playboy" Sindir Rino.

"Biasalah buaya tajir" Sindir Naya.

"Syirik!" Balas Cayo sambil memutar bola matanya, buaya julid.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!